Trending di Berbagai Social Media, Warganet mengomentari TAPERA Akan Menambah Penderitaan Rakyat RI

Dalam beberapa hari terakhir, topik TAPERA atau Tabungan Perumahan Rakyat menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Warganet ramai-ramai mengungkapkan pendapat dan pandangan mereka terkait kebijakan ini.

Banyak yang merasa bahwa TAPERA justru akan menambah beban bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang sudah berada dalam tekanan ekonomi akibat berbagai faktor.

Trendingnya isu ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat peduli terhadap kebijakan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka.

TAPERA dirancang sebagai solusi untuk membantu masyarakat memiliki rumah dengan lebih mudah. Namun, di balik niat baik tersebut, banyak yang mempertanyakan efektivitas dan implementasinya.

Beberapa warganet berpendapat bahwa meskipun TAPERA bertujuan untuk membantu, banyak aspek yang belum diperhatikan secara mendalam, seperti biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta dan proses yang terkesan rumit. Hal seperti ini sudah menjadi sorotan utama diskusi media sosial Indonesia.

Komentar warganet pun beragam, mulai dari yang mendukung hingga yang sangat skeptis terhadap kebijakan ini. Banyak yang menyampaikan bahwa TAPERA tidak memberikan solusi nyata bagi masyarakat yang sudah berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Tak sedikit pula sindiran yang dilontarkan kepada pemerintah terkait pelaksanaan TAPERA. Warganet menggunakan humor dan sarkasme untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka.

“TAPERA? Mungkin lebih baik kita menabung untuk biaya hidup sehari-hari,” ungkap seorang pengguna di Instagram. Sindiran ini menunjukkan bahwa banyak orang merasa kebijakan ini tidak realistis dengan kondisi yang ada saat ini.

Pada akhirnya, banyak warganet sepakat bahwa TAPERA, meskipun memiliki niat baik, bisa menyusahkan rakyat Indonesia jika tidak diimplementasikan dengan baik.

Rasa empati terhadap sesama semakin menguat, dan warganet berharap agar pemerintah mendengarkan suara rakyat. Kebijakan yang baik seharusnya dapat meringankan beban, bukan justru menambah kesulitan.

Kesadaran akan pentingnya perumahan yang layak bagi semua lapisan masyarakat menjadi sorotan utama dalam diskusi ini.

Kengerian Thaghut: Ulasan Mencekam Film Horor Terbaru

Photo Source: cinemags.org

Film horor terbaru Thaghut, yang sebelumnya dikenal sebagai Kiblat, mengalami perubahan judul untuk menghindari kontroversi.

Judul awal dianggap dapat menyinggung elemen sakral dalam agama Islam, sehingga penyesuaian judul dilakukan untuk meredam potensi masalah.

Sinopsis: Misteri dan Ketegangan di Padepokan

Thaghut menceritakan kisah Ainun (Yasmin Napper), seorang remaja pesantren yang mengagumi Abah Mulya (Whani Darmawan), seorang tokoh mistis dari Padepokan.

Ainun hanya bisa melihat kehebatan Abah melalui televisi, hingga kematian misterius Abah Mulya dan pengakuan Uwak (Nassarudin) sebagai ayahnya menambah rasa penasaran Ainun.

Bersama sahabatnya, Bagas (Arbani Yasiz) dan Rini (Ria Ricis), Ainun pergi ke Padepokan untuk bertakziah. Namun, kematian Abah Mulya membuka jalan bagi Ainun untuk terjebak dalam ajaran sesat yang dipimpin Lingga (Dennis Adhiswara), seorang murid setia Abah.

Walaupun Ajeng (Hana Saraswati), istri ketiga Abah, dan Rahmat (Keanu Azka), adik Ainun, mengingatkan bahaya ajaran sesat, Ainun terus terlibat.

Ketegangan meningkat di Padepokan, dan Bagas serta Rini harus berjuang untuk menyelamatkan Ainun, Rahmat, dan Ajeng. Bisakah Ainun kembali ke jalur yang benar?

Ulasan Thaghut: Horor yang Intens dan Teknik Cinematic

Thaghut menawarkan pengalaman horor yang mendalam dengan menyoroti perbedaan antara ajaran sesat dan ajaran agama yang sah.

Penulis skenario Lele Leila menyampaikan pesan moral dengan jelas, menegaskan pentingnya tidak menyekutukan Allah.

Film ini menampilkan efek psikologis yang intens dan elemen horor yang memikat, berkat arahan sutradara Bobby Prasetyo (Pamali, Tanduk Setan).

Teknik kamera yang digunakan, termasuk handheld camera, menambah intensitas, terutama dalam adegan yang melibatkan Rini.

Adegan kesurupan Ainun dan peristiwa tragis di ladang jagung menciptakan suasana menegangkan yang mengundang perhatian penonton.

Dengan alur cerita yang jelas dan menyentuh, Thaghut memastikan pesan film tersampaikan dengan baik.