Fakta Zombi Trailer 28 Years Later yang Viral Dikira Cillian Murphy

Trailer terbaru dari 28 Years Later telah menjadi viral di media sosial, memicu spekulasi besar di kalangan penggemar. Banyak yang menduga bahwa salah satu zombi dalam trailer tersebut adalah comeback karakter Jim, yang diperankan oleh Cillian Murphy dalam film 28 Days Later (2002).

Cillian Murphy sebelumnya sudah dikonfirmasi akan kembali dalam 28 Years Later, sehingga banyak penggemar yang sangat menantikan penampilan aktor tersebut. Dalam trailer yang baru saja dirilis, perhatian banyak orang tertuju pada satu zombi yang tampaknya lebih disorot dibandingkan zombi lainnya. Hal ini memunculkan dugaan bahwa karakter tersebut mungkin diperankan oleh Murphy.

Namun, laporan terbaru dari The Guardian pada Rabu (11/12) mengungkapkan bahwa zombi yang menjadi sorotan itu bukanlah Cillian Murphy. Sumber dari industri film mengonfirmasi bahwa peran tersebut dimainkan oleh model dan art dealer bernama Angus Neill.

Neill, yang juga dikenal dalam dunia seni, mengungkapkan bahwa dirinya dipilih langsung oleh sutradara Danny Boyle untuk mengambil peran tersebut. “Danny memberi tahu saya bahwa dia selalu memikirkan saya untuk suatu peran. Kami bertemu dan langsung merasa cocok, saya pun setuju untuk mengambilnya,” kata Neill.

Meski demikian, Neill tidak mengungkapkan lebih lanjut mengenai peran spesifik yang ia mainkan dalam 28 Years Later. Ia hanya menyebutkan bahwa bekerja dengan Danny Boyle adalah pengalaman yang sangat intens dan mendalam. “Dia memiliki kemampuan luar biasa yang dapat menghipnotis siapa saja,” tambahnya.

Sementara itu, kemunculan Cillian Murphy dalam 28 Years Later tetap menjadi teka-teki besar. Aktor asal Irlandia ini tidak hanya kembali sebagai aktor, tetapi juga menjadi produser eksekutif dalam film ketiga dari waralaba 28 Days Later. Nama Murphy juga muncul dalam hashtag atau tagar di deskripsi trailer yang telah mencapai lebih dari 10,47 juta penonton dalam waktu 48 jam.

CEO Sony Pictures Motion Picture Group, Tom Rothman, juga memberikan petunjuk bahwa kehadiran Cillian Murphy dalam 28 Years Later “akan mengejutkan” penonton.

Film 28 Years Later akan melanjutkan kisah horor dari 28 Days Later (2002) yang menceritakan tentang ancaman zombi di dunia pascakiamat. Film pertama, yang disutradarai oleh Danny Boyle dan dibintangi Cillian Murphy, meraih kesuksesan besar. Sekuelnya, 28 Weeks Later (2007), dibintangi oleh Jeremy Renner. Setelah hiatus panjang, waralaba ini kini kembali diproduksi oleh Sony Pictures.

Danny Boyle kembali sebagai sutradara, sementara Alex Garland kembali menulis skenario dan turut menjadi produser. Cillian Murphy bergabung sebagai produser eksekutif, menambah antisipasi penggemar.

28 Years Later dijadwalkan tayang 20 Juli 2025.

Menekraf Apresiasi Film Women From Rote Island yang Wakili Indonesia di Piala Oscar

JAKARTA – Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kualitas cerita dan pesan moral yang disampaikan oleh film Women From Rote Island. Film garapan sutradara Jeremias Nyangoen ini berhasil menembus 85 besar nominasi awal untuk kategori Best International Feature Film pada ajang Piala Oscar 2025, sebuah prestasi yang mengharumkan nama perfilman Indonesia di kancah dunia.

Dalam acara Special Screening film ini di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Teuku Riefky menyatakan, “Film Women From Rote Island menunjukkan kualitas luar biasa, tidak hanya dalam penyampaian cerita, tetapi juga nilai-nilai moral yang diusung. Keunggulan perfilman Indonesia memang terletak pada penggabungan budaya, alam, serta potensi talenta-talenta muda dan sutradaranya yang berbakat.”

Film yang berlatar Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur ini menggambarkan kisah nyata mengenai ketangguhan perempuan-perempuan Rote dalam memperjuangkan hak-hak mereka dengan penuh keberanian dan tekad. Dengan latar belakang budaya dan alam Pulau Rote yang sangat khas, film ini mampu memadukan elemen-elemen lokal dengan narasi yang menginspirasi, memperlihatkan peran perempuan dalam menghadapi tantangan sosial dan budaya.

Sejak tayang perdana pada 22 Februari 2024, film ini telah meraih berbagai prestasi. Selain berhasil menyabet penghargaan sebagai juara umum dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2023, Women From Rote Island juga telah diputar di sejumlah festival film internasional, termasuk Busan International Film Festival 2023, yang semakin menambah reputasinya di mata dunia.

Pemerintah Indonesia melalui berbagai kementerian dan lembaga juga memberikan dukungan penuh terhadap perjalanan film ini menuju Oscar. Menekraf Riefky Harsya menambahkan, “Kami berkolaborasi dengan Kementerian Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, dan berbagai pihak terkait untuk memastikan film ini mendapat dukungan maksimal di kancah internasional.”

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, juga memberikan dukungan yang tak kalah kuat. Menurutnya, pemutaran Women From Rote Island kali ini merupakan bagian dari upaya kolektif dan komitmen pemerintah untuk mendukung perfilman Indonesia agar semakin dikenal di dunia internasional. “Melalui dukungan yang solid ini, kami berharap film ini bisa meraih nominasi dan bahkan memenangkan penghargaan di Oscar,” ungkap Fadli.

Di tengah kemajuan pesat perfilman tanah air, Indonesia mencatatkan angka yang luar biasa pada jumlah penonton film domestik. Hingga pekan pertama Desember 2024, lebih dari 75 juta penonton telah menyaksikan film-film lokal, dan angka ini diprediksi akan terus meningkat menjelang liburan Natal dan Tahun Baru. Hal ini menunjukkan bahwa industri perfilman Indonesia semakin berkembang dan mampu bersaing di pasar global.

Acara pre-screening yang dihadiri oleh sejumlah menteri, wakil menteri, anggota DPR, serta para tokoh perfilman, termasuk sutradara Jeremias Nyangoen dan para pemeran Women From Rote Island, menambah semangat bagi industri film nasional. Keterlibatan para pihak ini menegaskan komitmen untuk membawa film Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi di panggung dunia.

Benedict Cumberbatch Belum Mau Pensiun Perankan Doctor Strange MCU

Aktor Benedict Cumberbatch mengungkapkan bahwa ia belum berniat untuk pensiun dari perannya sebagai Doctor Strange di Marvel Cinematic Universe (MCU). Dalam wawancaranya, Cumberbatch mengungkapkan bahwa karakter penyihir super yang ia perankan masih menyimpan banyak sisi yang bisa dieksplorasi lebih dalam. Hal ini menjadi alasan kuat mengapa ia tertarik untuk terus menghidupkan peran tersebut dalam kisah-kisah mendatang.

Kepribadian Doctor Strange yang Kompleks

Cumberbatch menjelaskan bahwa Doctor Strange adalah sosok yang sangat kompleks dengan motivasi yang rumit. Menurutnya, karakter ini memiliki kecenderungan untuk mengendalikan segala hal dengan cara apapun, sebuah sifat yang cukup menantang untuk dipahami. “Doctor Strange adalah pria yang sangat kompleks, termotivasi untuk mengendalikan segalanya dengan cara apapun,” ujar Cumberbatch dalam wawancaranya yang dilansir Variety pada Selasa (10/12).

Aktornya pun menyatakan ketertarikan terhadap dampak dari motivasi tersebut terhadap perkembangan karakter Doctor Strange. “Masih banyak lagi yang bisa digali dari karakter ini, dan saya merasa itu sangat menarik,” lanjut Cumberbatch. Dengan banyaknya lapisan dalam karakter ini, ia merasa masih banyak ruang untuk mengeksplorasi lebih dalam kepribadian dan perjalanan Stephen Strange sebagai seorang superhero.

Relevansi Karakter Doctor Strange dengan Kehidupan Sosial

Salah satu aspek menarik yang diungkap oleh Cumberbatch adalah relevansi Doctor Strange dengan kondisi sosial saat ini. Meski awalnya merasa karakter tersebut bisa dianggap misoginis dan angkuh, Cumberbatch akhirnya menyadari bahwa sifat-sifat tersebut justru menjadi bagian penting dari perkembangan Stephen Strange. Sifat tersebut menunjukkan perjalanan karakter yang kompleks dalam menghadapi perubahan besar dalam hidupnya, dari seorang ahli bedah arogan menjadi penyihir super.

Cumberbatch juga mencatat bahwa kepribadian Doctor Strange bisa menjadi aspek yang menggugah penonton, yang tidak hanya melihatnya sebagai karakter fiksi, tetapi juga sebagai cerminan dari perasaan dan dinamika dalam kehidupan nyata.

MCU: Lebih dari Sekadar Hiburan

Menurut Cumberbatch, film-film dalam MCU, termasuk yang melibatkan Doctor Strange, lebih dari sekadar hiburan belaka. Marvel Studios telah berhasil menciptakan sebuah waralaba yang tidak hanya menghadirkan cerita seru, tetapi juga berbicara tentang zaman dan budaya kita. “Ketika film-film MCU benar-benar luar biasa, mereka tidak hanya menangkap suasana zaman ini, tetapi juga berbicara kepada kita dan budaya kita,” ungkap Cumberbatch. Hal ini membuktikan bahwa film MCU bisa lebih dari sekadar tontonan, tetapi juga sebuah refleksi terhadap kehidupan sosial dan budaya modern.

Perjalanan Benedict Cumberbatch sebagai Doctor Strange di MCU

Benedict Cumberbatch pertama kali memerankan Doctor Stephen Strange pada film Doctor Strange (2016), yang memperkenalkan karakter tersebut sebagai seorang ahli bedah neurochirurg yang arogan, namun akhirnya berubah menjadi seorang penyihir super setelah mengalami kecelakaan yang mengubah hidupnya.

Setelah debut yang sukses, Cumberbatch kembali memerankan Doctor Strange dalam berbagai film MCU lainnya, termasuk Thor: Ragnarok (2017), di mana ia tampil sebagai cameo, dan menjadi salah satu karakter utama dalam Avengers: Infinity War (2018) dan Avengers: Endgame (2019). Penampilan selanjutnya adalah di Spider-Man: No Way Home (2021), yang menyajikan petualangan Doctor Strange yang melibatkan dimensi lain dan multiverse.

Namun, setelah film Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022), Cumberbatch belum kembali muncul dalam film-film MCU lainnya. Meskipun begitu, terdapat spekulasi bahwa Doctor Strange akan kembali beraksi di film Avengers: Doomsday atau Avengers: Secret Wars, yang menjadi puncak dari Multiverse Saga dalam MCU.

Apa yang Diharapkan dari Kembalinya Doctor Strange?

Kembalinya Doctor Strange di film Avengers mendatang tentu memberikan banyak harapan bagi penggemar MCU. Benedict Cumberbatch menunjukkan dedikasinya dalam menghidupkan karakter ini, dan dengan kompleksitas karakter Stephen Strange, masih banyak potensi cerita yang dapat dieksplorasi dalam sekuel-sekuel film mendatang.

Kesimpulan: Masa Depan Doctor Strange di MCU

Benedict Cumberbatch tetap bersemangat memerankan Doctor Strange dalam Marvel Cinematic Universe. Dengan karakter yang kaya akan konflik internal dan motivasi yang mendalam, Doctor Strange menjadi salah satu karakter yang paling dinantikan untuk melanjutkan perjalanan epiknya di MCU. Fans pun menantikan kelanjutan cerita dan evolusi karakter ini dalam film-film Avengers yang akan datang, seperti Avengers: Doomsday dan Avengers: Secret Wars.

Sinopsis Serial Black Doves, Keira Knightley Jadi Agen Rahasia

Black Doves merupakan serial televisi terbaru yang dikembangkan oleh Joe Barton, seorang kreator dan penulis skenario yang dikenal berkat karyanya dalam serial The Lazarus Project (2022) dan film Encounter (2021). Dalam Black Doves, Barton menggali dunia spionase dengan alur yang penuh intrik, konspirasi, dan ketegangan. Serial ini siap memikat pemirsa dengan plot yang intens dan karakter-karakter yang kuat.

Keira Knightley Memimpin dalam Peran Agen Rahasia

Keira Knightley, salah satu aktris terbaik Inggris, mendapatkan peran utama dalam serial ini. Keira yang telah mencuri perhatian dunia lewat penampilannya dalam film-film besar seperti Love Actually (2003), Pride & Prejudice (2005), Atonement (2007), dan The Imitation Game (2014), kini tampil dalam peran yang berbeda. Dalam Black Doves, ia berperan sebagai agen rahasia yang terlibat dalam misi berisiko tinggi, menambah daya tarik dari serial ini dengan kemampuannya memerankan karakter yang penuh kedalaman.

Daftar Aktor Terkenal yang Bergabung dalam Black Doves

Selain Keira Knightley, Black Doves juga dibintangi oleh sejumlah aktor ternama yang turut memberikan nuansa berbeda pada setiap episode. Ben Whishaw, yang dikenal sebagai pemeran Q dalam franchise James Bond, bergabung dalam serial ini dan memerankan peran yang penuh misteri dan kompleksitas. Aktor berbakat lainnya yang turut meramaikan Black Doves antara lain Sarah Lancashire, Andrew Buchan, Andrew Koji, Isabella Wei, dan Paapa Essiedu. Dengan kombinasi para aktor berpengalaman ini, kualitas akting dalam serial ini tidak diragukan lagi.

Alur Cerita yang Penuh Ketegangan

Black Doves terdiri dari enam episode yang semuanya akan tayang sekaligus pada saat perilisan. Serial ini mengisahkan perjalanan seorang agen rahasia yang terlibat dalam serangkaian misi yang tidak hanya mengancam keselamatan dirinya tetapi juga berisiko mengguncang kestabilan dunia internasional. Dengan fokus pada ketegangan antara negara dan organisasi rahasia, Black Doves menghadirkan perpaduan antara thriller, aksi, dan drama psikologis.

Para penonton dapat mengikuti alur cerita yang penuh kejutan dan beragam plot twist, yang pasti akan membuat mereka terjaga hingga episode terakhir. Setiap karakter memiliki kisah dan motivasi yang saling terkait, menciptakan dinamika yang menarik dan penuh ketegangan.

Tersedia di Platform Streaming Netflix

Black Doves kini bisa disaksikan secara eksklusif melalui platform streaming Netflix. Dengan kualitas visual yang memukau dan alur cerita yang mendalam, serial ini cocok untuk Anda yang mencari tontonan yang sarat dengan aksi dan misteri.

Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan perjalanan para karakter dalam dunia penuh rahasia, konspirasi, dan ketegangan internasional di Black Doves. Serial ini siap menghadirkan pengalaman menonton yang berbeda, dengan cerita yang menantang pemikiran dan memberikan hiburan yang penuh drama.

Film Garapan MAXStream Studios Tembus Platform Netflix

Jakarta – MAXStream Studios, anak perusahaan dari Telkomsel, meraih pencapaian besar dengan salah satu film garapannya yang berhasil masuk ke platform streaming internasional, Netflix. Film yang berjudul “Penantian Penuh Harapan” ini telah mulai tayang di Netflix pada 10 Desember 2024, dan langsung mendapat perhatian besar dari para penonton di berbagai negara.

Film “Penantian Penuh Harapan” merupakan drama keluarga yang mengangkat tema tentang perjuangan hidup, cinta, dan harapan di tengah keterbatasan. Disutradarai oleh Rudi Sulomo, film ini mengisahkan perjalanan seorang ibu yang berusaha mengatasi tantangan besar dalam hidup demi masa depan anak-anaknya. Film ini dibintangi oleh aktor dan aktris ternama Indonesia, termasuk Adinia Wirasti dan Reza Rahadian, yang berhasil menyampaikan emosi mendalam dalam peran mereka.

Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut merupakan langkah besar bagi industri film Indonesia. Direktur MAXStream Studios, Andriani Putri, mengatakan, “Kami sangat bangga dengan prestasi ini. Masuknya film kami ke Netflix menunjukkan bahwa produk lokal Indonesia memiliki kualitas yang bisa diterima di pasar global. Ini adalah bukti bahwa industri film Indonesia terus berkembang dan bisa bersaing di tingkat internasional.”

Sementara itu, Netflix juga menyambut baik kehadiran film Indonesia di platform mereka, yang semakin memperkaya ragam pilihan tontonan bagi pengguna global. “Kami sangat senang dapat menampilkan film dari MAXStream Studios yang menceritakan kisah yang dekat dengan hati banyak orang. Ini adalah langkah positif dalam mendukung diversitas konten dari seluruh dunia,” ujar perwakilan Netflix Asia.

Keberhasilan ini menambah optimisme bagi perfilman Indonesia, yang kini semakin mendapat pengakuan di kancah internasional, khususnya di pasar digital global.

Film Indonesia yang Wajib Ditonton di 2025: Daftar Penuh Kejutan!

Joko Anwar dan Tia Hasibuan, pendiri rumah produksi Come and See Pictures, baru saja mengungkapkan kabar menggembirakan untuk para pecinta film Indonesia. Studio mereka akan meluncurkan empat proyek film terbaru dengan genre yang sangat beragam, yang siap menghiasi layar lebar mulai tahun 2025 hingga 2026. Pengumuman ini dilakukan melalui media sosial resmi mereka pada 25 November 2024.

Salah satu film yang paling dinantikan adalah Pengepungan di Bukit Duri, sebuah karya dari Joko Anwar yang mengusung genre laga-thriller. Film ini mengangkat cerita tentang kehidupan siswa-siswa bermasalah di sebuah sekolah ‘buangan’ pada masa pergolakan Indonesia, yang sarat dengan ketegangan dan konflik. Pengepungan di Bukit Duri dijadwalkan tayang pada tahun 2025 dan akan dibintangi oleh sejumlah aktor berbakat seperti Morgan Oey, Omara Esteghlal, dan Hana Pitrashata Malasan.

Selain itu, ada Legenda Kelam Malin Kundang, sebuah film yang mengadaptasi legenda terkenal Indonesia ke dalam latar modern. Proyek ini akan digarap oleh duo sutradara Rafki Hidayat dan Kevin Rahardjo, dengan Joko Anwar yang kembali menulis naskahnya bersama Aline Djayasukmana. Meskipun belum ada detail lebih lanjut mengenai plot dan pemeran, film ini juga dijadwalkan tayang pada 2025.

Untuk penonton muda dan keluarga, Perkasa Seperti Air menjadi proyek istimewa dari Come and See Pictures. Film ini menandai gebrakan Joko Anwar dalam genre fantasi anak/keluarga. Dalam film ini, Joko Anwar juga bertindak sebagai penulis dan sutradara, membawa cerita yang bertema coming of age. Perkasa Seperti Air diperkirakan akan tayang pada 2026.

Terakhir, Joko Anwar kembali menyuguhkan film horor yang mengandung unsur komedi dengan judul Ghost in the Cell. Film ini bercerita tentang sekumpulan narapidana yang terjebak dalam ketakutan, dengan sentuhan humor yang membuatnya berbeda dari film horor lainnya. Meskipun jadwal rilisnya belum diumumkan, Ghost in the Cell diharapkan dapat menarik perhatian penggemar film horor yang mencari sesuatu yang baru.

Dengan berbagai genre dan tema menarik, Come and See Pictures siap menyuguhkan pengalaman menonton yang tak terlupakan dalam dua tahun ke depan. Para penonton di Indonesia dan dunia tentu sudah tidak sabar menantikan empat proyek besar ini.

Cerita Seru Artis Bulan Sutena Dan Kiesha Alvaro Bintangi Film “Eva Pendakian Terakhir”

film drama petualangan Eva: Pendakian Terakhir yang dibintangi oleh Bulan Sutena dan Kiesha Alvaro resmi tayang di bioskop Indonesia. Film ini mengangkat kisah perjuangan seorang wanita muda, Eva, yang berusaha mencapai puncak gunung sebagai simbol pencarian jati diri dan pemulihan dari trauma masa lalu. Bulan Sutena memerankan karakter utama, Eva, sementara Kiesha Alvaro berperan sebagai teman seperjalanan yang setia, Ari. Kolaborasi keduanya menghadirkan dinamika yang kuat, menarik perhatian banyak penonton.

Film Eva: Pendakian Terakhir berkisah tentang Eva, seorang wanita muda yang merasa kehilangan arah setelah sebuah peristiwa tragis. Untuk menyembuhkan diri, ia memutuskan untuk mendaki gunung yang menjadi simbol perjalanan hidup dan kebebasan. Selama pendakian, Eva ditemani oleh Ari (diperankan oleh Kiesha Alvaro), seorang pria yang memiliki pengalaman mendaki dan juga punya rahasia tersendiri. Sepanjang perjalanan, keduanya harus menghadapi tantangan alam yang keras, sekaligus mengungkap konflik batin yang telah lama mereka simpan. Kisah ini menggambarkan pentingnya perjalanan fisik dan mental dalam menghadapi kesulitan hidup.

Bulan Sutena, yang dikenal melalui perannya dalam sejumlah serial televisi, berhasil menunjukkan kedalaman emosi dalam memerankan Eva, karakter yang penuh dengan perjuangan batin. Sementara Kiesha Alvaro, yang sebelumnya dikenal lewat film-film remaja, tampil memukau sebagai Ari, karakter yang lebih tenang namun penuh pengorbanan. Kerjasama mereka di layar membawa chemistry yang kuat, yang membuat penonton terhubung dengan perjalanan emosional kedua karakter ini. Keduanya berhasil menyampaikan konflik internal yang dialami oleh masing-masing karakter dengan sangat menyentuh.

Syuting Eva: Pendakian Terakhir dilakukan di berbagai lokasi alam yang menantang, termasuk pegunungan di Jawa Barat, yang memberikan latar belakang yang dramatis untuk cerita. Proses pendakian yang dilakukan oleh Bulan dan Kiesha selama syuting tidak hanya melibatkan latihan fisik, tetapi juga mental. Dalam beberapa adegan, keduanya bahkan harus mendaki gunung sungguhan untuk mendapatkan nuansa alami yang maksimal. “Ini adalah pengalaman yang sangat berkesan, baik secara fisik maupun emosional. Kami harus benar-benar merasakan apa yang dialami oleh karakter kami,” kata Bulan Sutena dalam sebuah wawancara.

Dengan tema yang kuat dan akting yang solid, Eva: Pendakian Terakhir diharapkan dapat menginspirasi penonton untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih berani dan tegar. Film ini juga memberikan ruang bagi industri film Indonesia untuk terus berkembang dengan menyajikan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki pesan mendalam tentang kehidupan dan pencarian diri. “Kami berharap film ini bisa memberi pesan positif dan membuka wawasan penonton tentang betapa pentingnya perjalanan menuju pemulihan dan pencapaian diri,” kata Kiesha Alvaro. Film ini kini tersedia di seluruh bioskop Indonesia.

Teaser Film ‘Perayaan Mati Rasa’ Resmi Dirilis, Siap Tayang 30 Januari 2025

Yogyakarta – Dunia perfilman Indonesia kembali diwarnai dengan karya terbaru garapan Umay Shahab, berjudul “Perayaan Mati Rasa”. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop mulai 30 Januari 2025 dan telah merilis teaser yang memberikan gambaran menarik tentang jalan ceritanya.

Diproduksi oleh Sinemaku Pictures, film ini menghadirkan isu kehidupan dan dinamika keluarga yang sangat relevan dengan realitas anak muda saat ini. “Perayaan Mati Rasa” adalah tontonan yang sangat cocok bagi mereka yang merasa kehilangan arah dan berjuang untuk memenuhi ekspektasi keluarga, terutama anak pertama yang tidak pernah merasakan kehadiran sang ayah.

“Buat kamu yang merasa hilang arah, berkali-kali gagal mengejar mimpi dan memenuhi ekspektasi keluarga, film Perayaan Mati Rasa untuk kamu. Kita rayakan mati rasa ini bersama-sama di bioskop mulai 30 Januari 2025,” tulis Umay melalui akun X @umayshhhhb.

Kisah Ian dan Uta: Menghadapi Masalah Kehidupan

Film “Perayaan Mati Rasa” berfokus pada kehidupan dua kakak-beradik, Ian dan Uta, yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan dan Umay Shahab. Mereka menghadapi berbagai masalah dan kekonyolan dalam kehidupan sehari-hari, sambil berusaha mencari solusi atas tantangan yang mereka hadapi.

Dalam teaser yang dirilis, terlihat bagaimana Ian, sebagai anak pertama, sering merasa terombang-ambing oleh ekspektasi keluarga dan dirinya sendiri. “Sebagai anak pertama, terlalu banyak ekspektasi dari keluarga dan kepala sendiri yang harus dipenuhi. Harus jadi harapan orang tua, harus jadi panutan untuk adik,” ucap Ian dalam salah satu adegan.

Film ini juga menyiratkan bahwa seharusnya ada sosok ayah yang bisa menjadi penuntun bagi anak pertama yang merasa kehilangan arah. “Perayaan Mati Rasa” menggambarkan perjuangan dan pertanyaan yang ada di benak setiap anak pertama yang harus menjalani kehidupan tanpa kehadiran sang ayah.

Diangkat dari Lagu dengan Judul yang Sama

Cerita film ini diangkat dari lagu berjudul “Perayaan Mati Rasa” yang merupakan kolaborasi antara Umay Shahab dan Natania Karin. Single tersebut dirilis pada paruh akhir 2023 dan kini diadaptasi menjadi sebuah film yang menyentuh hati.

Ini adalah film ketiga yang digarap oleh Umay Shahab, di mana ia tidak hanya berperan sebagai sutradara tetapi juga berakting sebagai Uta. Iqbaal Ramadhan, selain memerankan tokoh Ian, juga bertanggung jawab sebagai produser eksekutif.

Deretan Pemain Berbakat

Film “Perayaan Mati Rasa” dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris ternama Indonesia, termasuk Iqbaal Ramadhan, Umay Shahab, Devano Danendra, Dul Jaelani, Priscilla Jamail, Unique Priscilla, Dwi Sasono, Randy Danistha, dan Lukman Sardi. Dengan jajaran pemain yang kuat dan cerita yang mendalam, film ini diharapkan dapat memberikan pengalaman emosional yang mendalam bagi para penonton.

Jangan lewatkan “Perayaan Mati Rasa” yang akan tayang mulai 30 Januari 2025 di bioskop kesayangan Anda

Review Film: Devils Stay

“Devils Stay” menawarkan sebuah cerita yang penuh dengan ketegangan dan elemen supranatural. Meskipun karakter Lee Min-ki memiliki peran yang sangat vital dalam film ini, yakni sebagai seorang pastor, hasilnya justru cukup mengecewakan. Jika dibandingkan dengan film-film eksorsisme Hollywood yang biasanya menampilkan karakter yang berjuang melawan kekuatan iblis, Lee Min-ki tampaknya hanya berada di sisi yang lebih pasif, seolah tidak banyak memberikan kontribusi terhadap alur cerita yang ada.

Karakter Lee Min-ki: Dari Ketenangan Menuju Mati Rasa

Karakter yang diperankan oleh Lee Min-ki seharusnya bisa membawa ketenangan, namun lebih terkesan seperti mati rasa. Bisa jadi ini adalah pilihan karakter yang sengaja dibangun, atau mungkin hasil dari usaha Lee Min-ki untuk memperlihatkan karakter yang lebih kalem. Namun, alih-alih menghadirkan ketenangan, karakter ini justru terasa membosankan dan tidak memberi dampak yang besar pada penonton. Tidak ada nuansa ketegangan atau perjuangan yang membuat karakter tersebut terasa hidup di tengah konflik film yang cukup intens.

Kesan Setelah Menonton “Devils Stay”

Ketika film “Devils Stay” sampai di bagian parade kredit, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa meskipun film ini menggunakan pendekatan konvensional dalam mengisahkan cerita kesurupan, ternyata cara yang dipilih tidak sepenuhnya buruk. Film ini masih dapat dinikmati dengan pendekatan yang lebih sederhana dalam menggambarkan elemen horor, meski tidak berhasil memukau penonton seperti yang diharapkan.

Film dengan Gaya Konvensional: Masih Ada Nilai Plus

Meski tidak bisa dikatakan sebagai film eksorsisme yang mencekam atau revolusioner, “Devils Stay” tetap memiliki nilai tersendiri bagi para penggemar genre horor yang menikmati cerita-cerita kesurupan dengan pendekatan yang lebih klasik. Penggunaan elemen-elemen horor yang sederhana, meski tidak sangat inovatif, tetap mampu menghadirkan atmosfer yang menarik, meski tidak cukup untuk mengangkat karakter utama yang kurang berkesan.

Film Sundul Langit Diharapkan Jadi Contoh Pembuatan Film Untuk Difabel

Jakarta — Film “Sundul Langit” yang baru saja dirilis di bioskop Indonesia mendapat perhatian khusus karena mengangkat tema keberagaman dan inklusivitas, dengan fokus pada kisah tokoh difabel. Para pembuat film berharap bahwa karya ini dapat menjadi contoh bagi industri film Indonesia dalam menciptakan karya yang lebih ramah dan memperhatikan kebutuhan penyandang disabilitas.

“Sundul Langit” bercerita tentang perjuangan seorang pemuda difabel yang bermimpi besar, meskipun menghadapi berbagai rintangan. Tokoh utama dalam film ini, yang diperankan oleh aktor difabel, berusaha untuk meraih impian dan menunjukkan kepada dunia bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk sukses. Film ini disutradarai oleh Asep Suparman dan diproduksi oleh sejumlah kreator yang peduli terhadap kesetaraan akses bagi penyandang disabilitas dalam dunia hiburan.

Salah satu aspek penting dari film ini adalah bagaimana proses produksinya secara keseluruhan melibatkan difabel, baik di depan maupun di belakang layar. Tim produksi “Sundul Langit” bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa film ini tidak hanya menceritakan kisah yang relevan bagi difabel, tetapi juga memudahkan mereka untuk terlibat langsung. Mulai dari penyediaan subtitel, penggunaan bahasa isyarat, hingga aksesibilitas bagi penonton difabel di bioskop.

Film ini diharapkan menjadi pemicu untuk perubahan lebih besar di industri film Indonesia, dengan lebih banyaknya representasi difabel baik dalam cerita maupun dalam proses produksi. Para pembuat film menginginkan agar industri film tidak hanya fokus pada keuntungan komersial, tetapi juga memperhatikan keberagaman dan memberikan ruang bagi semua kalangan untuk tampil di layar lebar.

“Sundul Langit” menjadi contoh nyata bagaimana film bisa lebih inklusif dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat, termasuk difabel. Dengan produksi yang melibatkan orang-orang difabel secara langsung, film ini dapat menginspirasi lebih banyak rumah produksi untuk membuat karya yang lebih beragam, mengedepankan kesetaraan, dan memberi kesempatan yang lebih besar bagi penyandang disabilitas.