Seorang wanita lanjut usia di Thailand mengambil langkah ekstrem untuk melindungi dirinya dan lingkungan sekitar dari perilaku agresif anak laki-lakinya yang kecanduan narkoba dan judi online. Wanita tersebut, Saraphee (64), memutuskan membangun sebuah “penjara” di dalam rumahnya demi keselamatan semua orang. Keputusannya ini menjadi sorotan setelah kisahnya diberitakan oleh berbagai media lokal.
Selama lebih dari 20 tahun, Saraphee hidup dalam ketakutan akibat ulah anaknya yang kini berusia 42 tahun. Ia menceritakan bahwa sang anak mulai terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba sejak usia 16 tahun, terutama jenis metamfetamin. Ketergantungan tersebut semakin parah ketika ia juga menjadi pecandu judi online.
Setiap hari, anaknya meminta uang kepada istrinya sebesar 100 hingga 200 baht (sekitar Rp45.000–90.000) untuk membeli narkoba dan berjudi. Ketika permintaannya tidak dipenuhi, ia kerap mengamuk hingga mengancam keselamatan keluarganya. Salah satu insiden yang membahayakan terjadi pada Oktober 2024, ketika ia dengan sengaja menabrakkan mobil ke rumah.
Saraphee telah berulang kali mengirimkan anaknya ke lebih dari 10 pusat rehabilitasi, termasuk rumah sakit, kuil, hingga markas militer. Namun, setiap kali ia pulang, kebiasaan buruknya kembali terjadi. Kondisi ini memaksa Saraphee untuk mencari cara lain agar bisa mengendalikan situasi.
Pada awal November 2024, ia menyewa jasa kontraktor untuk membangun kamar dengan jeruji besi di rumahnya yang berlokasi di Distrik Nang Rong, Provinsi Buriram. Kamar tersebut dirancang agar sang anak tidak bisa melarikan diri atau menyakiti orang lain. Saraphee menginvestasikan sekitar 12.000 baht (setara Rp5,4 juta) untuk proyek tersebut.
Dalam pernyataannya, Saraphee menjelaskan bahwa kamar tersebut dilengkapi dengan fasilitas dasar, seperti tempat tidur, kamar mandi, dan akses WiFi. Ia juga memasang kamera pengawas untuk memantau perilaku anaknya sepanjang waktu.
“Saya hanya ingin dia tetap aman dan tidak membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Saya akan memastikan dia makan dan tidur dengan baik,” ujar Saraphee.
Ia juga menambahkan bahwa langkah ini ia ambil demi keselamatannya sendiri dan juga para tetangganya.
Kisah Saraphee ini menarik perhatian pejabat setempat, yang segera melakukan penyelidikan terkait legalitas kamar tersebut. Kepala distrik Nang Rong menyebut bahwa tindakan ini berpotensi melanggar Pasal 310 KUHP Thailand yang melarang penahanan ilegal. Jika terbukti bersalah, pelaku dapat dijatuhi hukuman penjara antara 3 hingga 15 tahun.
Menteri Kehakiman Thailand, Pol. Kol. Tawee Sodsong, turut menyoroti kasus ini dan memerintahkan tim narkoba serta dinas kesehatan setempat untuk memberikan solusi yang komprehensif bagi keluarga Saraphee. Pemerintah juga memutuskan untuk memindahkan sang anak ke Rumah Sakit Jiwa Nakhon Ratchasima Rajanagarindra guna mendapatkan perawatan profesional.
Saraphee berharap pemerintah lebih serius dalam menangani masalah narkoba dan perjudian yang merusak banyak keluarga di Thailand. Ia percaya bahwa kasusnya bukan satu-satunya dan banyak keluarga lain mengalami masalah serupa tanpa solusi yang efektif.
“Saya mencintai anak saya dan ingin dia sembuh. Tapi saya juga ingin dia menyadari bahwa perilakunya tidak bisa dibiarkan begitu saja,” ungkapnya.
Dinas kesehatan dan otoritas setempat sepakat bahwa dukungan keluarga serta pengawasan masyarakat sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. Kepala desa dan kader kesehatan memiliki peran kunci dalam membantu pemerintah memberantas masalah ini.
Meskipun pemerintah telah menawarkan solusi, Saraphee meminta izin untuk mencoba pendekatannya terlebih dahulu. Ia berjanji akan mengikuti arahan pemerintah jika metode penjara rumah tersebut terbukti tidak efektif. Dengan tekad yang kuat, Saraphee berharap bisa membantu anaknya pulih dari kecanduan sekaligus memberikan contoh bagi keluarga lain yang menghadapi tantangan serupa.