Alan Cumming Kembali Sebagai Nightcrawler di “Avengers: Doomsday”, Marvel Siapkan Crossover Epik

Alan Cumming, yang dikenal lewat perannya sebagai Nightcrawler dalam film X2 (2003), dipastikan kembali memerankan karakter tersebut dalam film terbaru Marvel Studios, Avengers: Doomsday. Kabar ini muncul setelah keberhasilannya sebagai pembawa acara reality show The Traitors, yang bahkan membawanya meraih penghargaan Emmy. Kehadirannya kembali sebagai Nightcrawler pun semakin menambah daftar panjang karakter ikonik yang kembali ke layar lebar.

Dalam X2, Nightcrawler dikenal dengan kemampuan teleportasi yang membuatnya menonjol meskipun hanya tampil dalam durasi terbatas. Marvel Studios tampaknya ingin menghidupkan kembali nostalgia penggemar dengan mengembalikan banyak aktor dari era X-Men besutan 20th Century Fox. Selain Cumming, beberapa aktor lain seperti Patrick Stewart (Profesor-X), Ian McKellen (Magneto), Rebecca Romijn (Mystique), dan James Marsden (Cyclops) juga dikabarkan akan bergabung dalam proyek ini.

Tak hanya dari X-Men, Avengers: Doomsday juga akan menjadi ajang pertemuan berbagai karakter dari waralaba Marvel lainnya, termasuk tokoh dari Captain America: Brave New World, Black Panther: Wakanda Forever, Thunderbolts, Ant-Man & The Wasp, Thor, Shang-Chi, dan Fantastic Four. Beberapa pemeran baru yang dipastikan tampil antara lainPedro Pascal akan berperan sebagai Mr. Fantastic, sementara Vanessa Kirby memerankan The Invisible Woman. Ebon Moss-Bachrach dipercaya untuk membawakan karakter The Thing, dan Joseph Quinn akan tampil sebagai The Human Torch.

Selain itu, Channing Tatum yang akan memerankan Gambit dipastikan muncul setelah debutnya di Deadpool & Wolverine. Kejutan lain datang dari Robert Downey Jr., yang kembali sebagai Iron Man setelah terakhir tampil di Avengers: Endgame (2019). Film ini pertama kali diumumkan di San Diego Comic-Con 2024 dan dijadwalkan tayang pada 1 Mei 2026, sebelum dilanjutkan dengan Avengers: Secret Wars pada 7 Mei 2027, dengan Russo Brothers sebagai sutradaranya.

Snow White 2025: Ketika Eksperimen Modernisasi Berujung Kegagalan

Disney menghadapi pukulan besar dengan kegagalan komersial dari adaptasi live-action Snow White tahun 2025. Film ini menerima ulasan negatif dan tampil buruk di box office, memicu diskusi luas mengenai keputusan kreatif yang diambil. Salah satu aspek yang paling disorot adalah perubahan signifikan terhadap materi sumber yang ikonik. Pemilihan Rachel Zegler sebagai pemeran utama menimbulkan kontroversi, karena banyak yang merasa karakter Snow White seharusnya tetap sesuai dengan deskripsi klasiknya. Selain itu, pernyataan Zegler yang mengkritik film animasi tahun 1937 dianggap meremehkan warisan Disney, membuat sebagian besar penggemar merasa terasing.

Tak hanya aspek pemeran, perubahan naratif juga menjadi faktor yang memperburuk penerimaan film ini. Snow White tidak lagi menunggu pangeran, tetapi diceritakan sebagai seorang pemimpin pemberontakan. Nama Snow White yang sebelumnya merujuk pada kulitnya kini diubah menjadi simbol badai salju saat kelahirannya. Tak hanya itu, penghapusan karakter tujuh kurcaci yang digantikan dengan makhluk CGI beragam juga memicu kritik luas. Banyak yang menganggap pendekatan ini sebagai pemaksaan agenda modern tanpa mempertimbangkan daya tarik asli cerita.

Kegagalan Snow White bukanlah yang pertama bagi Disney dalam tren adaptasi live-action. Beberapa film seperti Mulan (2020) dan Pinocchio (2022) juga mengalami nasib serupa. Kritik terhadap CGI yang kurang meyakinkan, perubahan karakter yang tidak sesuai ekspektasi, serta hilangnya elemen nostalgia menjadi pola berulang yang merusak citra Disney. Kegagalan ini memperlihatkan bahwa inovasi tanpa mempertimbangkan esensi cerita dapat berujung pada penolakan dari penonton setia.

Deretan Serial Baru yang Siap Menghibur: Dari Dunia Balet hingga Petualangan Futuristik

Prime Video siap menyajikan serial terbaru berjudul Étoile, yang menggambarkan dunia balet kompetitif di New York dan Paris. Digarap oleh Amy Sherman-Palladino dan Daniel Palladino, pencipta The Marvelous Mrs. Maisel, serial ini mengisahkan dua perusahaan balet ternama yang melakukan pertukaran penari sebagai upaya terakhir menyelamatkan masa depan mereka. Beberapa aktor yang turut membintangi serial ini antara lain Luke Kirby, Gideon Glick, Charlotte Gainsbourg, Lou de Laâge, serta David Alvarez. Serial yang terdiri dari delapan episode ini akan tayang di Prime Video mulai 24 April.

Sementara itu, Bravo menghadirkan reality show terbaru bertajuk Bravo’s Love Hotel yang menampilkan bintang-bintang dari The Real Housewives, seperti Shannon Storms Beador, Gizelle Bryant, Ashley Darby, dan Luann de Lesseps. Mereka akan menjalani liburan di Los Cabos, Meksiko, dengan harapan menemukan cinta sejati. Reality show ini akan menampilkan bagaimana keempat wanita tersebut berinteraksi dengan para kandidat pasangan sebelum menentukan pilihan mereka. Diproduksi oleh Shed Media, acara ini akan tayang perdana pada 27 April pukul 9 malam ET/PT di Bravo.

Tak ketinggalan, Apple TV+ juga menghadirkan musim kedua dari WondLa, serial animasi berbasis novel The Search for WondLa karya Tony DiTerlizzi. Musim baru ini melanjutkan perjalanan Eva, seorang remaja 16 tahun yang masih mencari jawaban tentang asal-usulnya. Dengan tujuh episode berdurasi setengah jam, serial ini menghadirkan pengisi suara seperti Jeanine Mason, Brad Garrett, Gary Anthony Williams, Teri Hatcher, John Harlan Kim, dan Ana Villafañe. WondLa musim kedua akan tayang mulai 25 April di Apple TV+.

Deretan Film Seru yang Wajib Ditonton Saat Libur Lebaran 2025

Menjelang libur Lebaran 2025, industri perfilman Indonesia kembali menghadirkan berbagai pilihan film yang siap menemani waktu santai bersama keluarga dan teman. Setelah berkumpul dengan keluarga, menonton film di bioskop menjadi salah satu aktivitas favorit untuk mengisi liburan. Tahun ini, sejumlah film menarik dari berbagai genre akan tayang, mulai dari horor, drama, hingga animasi yang cocok untuk semua usia.

Salah satu film yang patut dinantikan adalah Pabrik Gula, sebuah film horor produksi MD Pictures yang mengangkat kisah teror di sebuah pabrik tua. Film ini menceritakan para pekerja yang dihantui oleh kejadian-kejadian mistis hingga mengungkap rahasia kelam di baliknya. Kemudian ada Qodrat 2, sekuel dari film horor religi yang sukses di tahun 2022. Film ini melanjutkan kisah Ustad Qodrat dalam melawan kekuatan jahat yang mengancam istrinya, Azizah, yang kini menghadapi gangguan mistis di tempat kerjanya.

Bagi penikmat drama penuh emosi, Norma: Antara Menantu dan Mertua hadir sebagai kisah nyata yang sempat viral. Film ini mengisahkan perjuangan Norma yang harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya berselingkuh dengan ibu kandungnya sendiri. Di sisi lain, film Komang menyuguhkan drama romantis yang diadaptasi dari lagu hits Raim Laode. Film ini mengisahkan perjalanan cinta Ode dan Ade yang harus menghadapi perbedaan keyakinan serta tantangan jarak yang memisahkan mereka.

Untuk tontonan yang lebih ringan dan bisa dinikmati semua usia, animasi Jumbo menjadi pilihan yang tepat. Film ini bercerita tentang seorang anak bernama Don yang sering diejek karena tubuhnya yang gemuk. Namun, kehidupannya berubah setelah bertemu dengan arwah bernama Meri yang membawanya dalam sebuah petualangan seru.

Dengan beragam pilihan film berkualitas, libur Lebaran tahun ini semakin meriah dengan tontonan yang menarik di bioskop. Pastikan untuk tidak melewatkan pengalaman sinematik yang penuh emosi dan petualangan dalam momen spesial ini.

Perjalanan Linda di The Change: Revolusi Kecil yang Menggelitik dan Menginspirasi

Serial The Change kembali dengan musim keduanya, melanjutkan kisah Linda yang masih bertahan di Hutan Dean setelah menolak kembali ke kehidupan lamanya. Dengan waktu yang baru terpakai 4.320 menit dari total 3,5 juta menitnya sebagai ibu rumah tangga, Linda tetap teguh pada pendiriannya. Sementara itu, suaminya, Steve, masih dengan wajah belepotan selai, berusaha membawanya pulang. Namun, serial ini bukan hanya tentang menopause, tetapi juga menggali tema yang lebih luas seperti feminisme, komunitas, aktivisme, dan absurditas kehidupan domestik.

Musim kedua ini membawa konflik baru ketika Linda, yang kini dijuluki “Mick Lynch dari pekerjaan rumah tangga,” menghadapi pengadilan rakyat di kafe lokal. Hakim Joy, setelah mendengar pembelaan emosionalnya tentang beratnya tugas rumah tangga, memutuskan hasil voting yang nyaris sama dengan referendum Brexit: 48% menentang, 52% mendukung. Linda tetap tinggal! Dengan semangat revolusioner, para perempuan di kota mulai mencatat pekerjaan domestik mereka, mencetak kaus bertuliskan “Je suis Linda,” dan menuntut perubahan. Sementara itu, kaum pria akhirnya menyerah dan mengikuti program edukasi kebersihan bersama Pig Man.

Kisah ini semakin unik dengan episode bertema alam dan budaya. Dalam “Mycelium,” Linda mendapat pertanyaan tajam dari para perempuan yang mulai memasukkan aktivitas seksual ke dalam daftar pekerjaan rumah. “Jika terasa seperti tugas, masukkan saja,” jawabnya bijak. Sedangkan di “Psilocybin,” eels yang selama ini menjadi bahan makanan utama mulai langka, memicu pencarian alternatif vegan yang justru membuat para pria mengalami pengalaman psikedelik. Konflik memuncak saat para perempuan melakukan mogok kerja, memicu kekacauan rumah tangga yang bahkan membuat suaminya menggunakan satu kain lap untuk segalanya—sebuah mimpi buruk domestik yang mengerikan!

Dengan humor yang absurd dan cerdas, The Change berhasil menyentil berbagai isu sosial tanpa kehilangan sisi komedinya. Bridget Christie menghadirkan komedi yang unik, menggabungkan feminisme dengan kejenakaan khas Inggris. Dari sindiran terhadap budaya domestik hingga impian utopis tentang keadilan gender, serial ini adalah gambaran jenaka dari revolusi kecil yang bisa terjadi di sekitar kita.

David Blaine: Menyingkap Keajaiban di Seluruh Dunia Lewat “Do Not Attempt”

David Blaine kembali menggemparkan dunia hiburan dengan membawa keahliannya ke layar kaca dalam serial terbarunya, Do Not Attempt. Selama bertahun-tahun, Blaine telah memukau penonton global dengan aksi ketahanan dan ilusi yang menantang batas kemampuan manusia, bahkan sebelum era media sosial membuat segalanya viral. Kali ini, dalam acara yang tayang di National Geographic serta tersedia di Disney+ dan Hulu, ia membawa penonton dalam perjalanan selama tiga tahun ke berbagai belahan dunia untuk bertemu dengan individu luar biasa yang memiliki keterampilan menakjubkan.

Berbeda dari pendekatan sebelumnya yang berfokus pada ketahanan dirinya sendiri, Blaine kini lebih menyoroti kemampuan luar biasa orang lain. Ia terpesona bukan hanya karena aksi mereka yang terlihat ekstrem dan berbahaya, tetapi juga karena keyakinan serta dedikasi yang mereka curahkan untuk mencapai hal-hal yang tampaknya mustahil. Baginya, ini bukan sekadar soal keahlian fisik, tetapi juga tentang semangat dan kepercayaan diri yang menggerakkan mereka.

Dalam serial ini, Blaine menjelajahi berbagai lokasi seperti Brasil, Asia Tenggara, India, Lingkar Arktik, Afrika Selatan, dan Jepang, menyelami budaya lokal dan tradisi unik yang melampaui batas manusia. Ia mengagumi bagaimana banyak dari mereka menciptakan cara baru dalam melakukan sesuatu, sama seperti seorang pesulap yang menghabiskan ribuan jam untuk menyempurnakan trik agar tampak mustahil di mata penonton. Bagi Blaine, keajaiban sejati terletak pada dedikasi dan kerja keras di balik sebuah aksi luar biasa.

Selain menghadirkan acara ini, Blaine juga memperluas jangkauan pertunjukannya dengan menetapkan residensi di Wynn Las Vegas. Hal ini memungkinkan para penggemarnya menikmati pengalaman sulap yang lebih intim dan imersif di pusat hiburan dunia.

Stephen Graham dan “Adolescence”: Deretan Film dan Serial yang Wajib Ditonton

Serial terbaru Stephen Graham, Adolescence, sukses mencuri perhatian penonton di seluruh dunia. Dengan tema yang kuat mengenai maskulinitas beracun, kekerasan terhadap perempuan, dan radikalisasi melalui internet, serial ini memicu diskusi luas. Digarap bersama Jack Thorne, yang sebelumnya berkolaborasi dengan Graham dalam beberapa proyek, Adolescence hanya memiliki empat episode, membuat banyak penonton segera mencari tontonan serupa setelah menyelesaikannya.

Bagi yang menginginkan tontonan dengan atmosfer dan kualitas yang sebanding, ada beberapa rekomendasi film dan serial yang dibintangi oleh Stephen Graham. Salah satunya adalah Boiling Point, sebuah film dan serial TV yang menggambarkan tekanan di dunia kuliner, di mana Graham memerankan seorang koki dengan ketegangan yang lebih intens dibandingkan The Bear. Selanjutnya, ada The Virtues, drama emosional yang mengikuti perjalanan seorang pria menghadapi masa lalunya yang kelam.

Graham juga tampil dalam Help, film yang berlatarkan pandemi COVID-19, serta This is England, yang menjadi batu loncatan dalam kariernya. Serial lain yang tak kalah menarik adalah The Walk-In, yang membahas infiltrasi ke dalam kelompok neo-Nazi, serta A Thousand Blows, drama berlatar era Victoria yang menampilkan Graham sebagai petarung jalanan.

Tak ketinggalan, ada Time, drama penjara yang menampilkan interaksi emosionalnya dengan Sean Bean, dan Snatch, film kriminal klasik karya Guy Ritchie. Graham juga tampil dalam film terbaru Blitz, yang menggambarkan London saat Perang Dunia II, serta Gangs of New York, di mana ia beradu akting dengan Leonardo DiCaprio dalam garapan Martin Scorsese. Dengan berbagai pilihan tontonan ini, penggemar Adolescence dapat terus menikmati akting memukau dari Stephen Graham dalam berbagai genre.

Misteri Scribbly Gum: Warisan, Rahasia, dan Intrik Keluarga

Serial adaptasi dari novel Liane Moriarty ini menghadirkan nuansa misterius yang berpadu dengan sentuhan sastra yang lembut. Berlatar di Pulau Scribbly Gum yang fiktif, lokasi indah di dekat Sydney, hampir seluruh penghuninya berasal dari keluarga yang sama dan menyimpan rahasia kelam. Sebagai serial misteri-thriller, setiap rahasia yang terungkap tidak hanya mengejutkan tetapi juga sarat dengan intrik yang menarik.

Tokoh utama dalam kisah ini adalah Sophie (Teresa Palmer), seorang jurnalis berusia 30-an yang tiba-tiba mewarisi sebuah properti dari kerabat mantan pacarnya yang hampir tidak dikenalnya. Alasan di balik keputusan Connie (Angela Punch McGregor), sang pemilik sebelumnya, menjadi salah satu misteri utama yang terungkap perlahan sepanjang episode. Tidak hanya itu, serial ini juga mengangkat misteri lama tentang hilangnya pasangan muda bertahun-tahun lalu, sementara bayi mereka yang selamat kemudian dibesarkan oleh Connie dan Rose (Miranda Richardson). Bayi tersebut tumbuh menjadi Enigma (Helen Thomson), yang kini menggunakan kisah itu sebagai daya tarik wisata bagi pengunjung pulau.

Dalam perjalanan mengungkap kebenaran, Sophie berinteraksi dengan berbagai karakter unik, termasuk Veronika (Danielle Macdonald), yang awalnya bersikap dingin, serta keluarga besar yang terhubung dengan Enigma, seperti Margie (Susan Prior), Ron (Jeremy Lindsay Taylor), dan Grace (Claude Scott-Mitchell). Dengan jajaran pemain yang kuat, setiap karakter tampil begitu hidup, menciptakan dinamika yang kaya. Teresa Palmer memerankan Sophie dengan keanggunan yang penuh misteri, sementara Claude Scott-Mitchell menghadirkan emosi mendalam sebagai Grace, seorang ibu muda yang menghadapi luka batin.

Serial ini juga menampilkan beberapa elemen visual yang memikat, seperti adegan surreal di episode kedua di mana seorang karakter menyaksikan masa lalunya melalui jendela, menciptakan perpaduan waktu yang unik. Meskipun alur ceritanya tersusun dengan rapi, kejutan-kejutan besar tetap disajikan dengan detail yang tak terduga, menjadikannya salah satu tontonan terbaik dari Australia dalam beberapa tahun terakhir.

Ne Zha 2 Suguhkan Aksi Spektakuler dan Humor yang Mengocok Perut

Film animasi asal China, Ne Zha 2, sukses menghadirkan perpaduan aksi dan humor yang menghibur penonton saat penayangan perdananya di Cinepolis Lippo Mall Nusantara, Jakarta. Salah satu adegan yang paling mencuri perhatian adalah pertarungan Ne Zha melawan sekelompok pasukan yang dikemas dengan sentuhan humor khas. Sementara itu, bagian credit scene yang menyuguhkan kelucuan tambahan membuat suasana bioskop dipenuhi tawa.

Sebagai sekuel dari film pertamanya yang rilis pada 2019, Ne Zha 2 membawa kualitas animasi dan alur cerita yang lebih matang. Film ini berhasil memecahkan rekor sebagai film animasi terlaris dunia sepanjang sejarah dan mulai tayang di Indonesia pada 21 Maret melalui distribusi Warner Bros. Indonesia. Adel, salah satu penonton yang menyaksikan film ini, mengungkapkan bahwa kualitas Ne Zha 2 jauh melampaui pendahulunya dan layak masuk dalam daftar film terbaik. Bahkan, ia berencana untuk menontonnya kembali bersama teman-temannya karena begitu terkesan dengan jalan ceritanya.

Sementara itu, Ai Siti, penonton lain yang turut menikmati film ini, mengaku terharu dengan hubungan emosional antara Ne Zha dan kedua orang tuanya. Ia juga menyoroti aspek budaya China yang diselipkan dalam film, seperti makna sakral bunga teratai yang digunakan untuk membangun kembali tubuh fisik Ne Zha dan Ao Bing. Selain itu, visual film yang luar biasa disebutnya mampu menyaingi kualitas animasi Barat.

Menurut Kepala Pemasaran Warner Bros. Indonesia, Oscar Prajnaphalla, Ne Zha 2 merupakan film China pertama yang mereka hadirkan di Indonesia. Kesuksesan film ini di China juga menarik perhatian para pecinta film di Indonesia, terbukti dari antusiasme yang tinggi di berbagai platform media sosial.

Adolescence: Drama Kelam yang Mengguncang Publik dan Deretan Tayangan Sejenis

Miniseri Inggris Adolescence menjadi perbincangan hangat karena menggali pengaruh budaya incel terhadap remaja laki-laki, dengan satu kasus tragis sebagai gambaran dari permasalahan sosial yang lebih luas. Serial empat episode ini mengikuti kisah Jamie, seorang bocah 13 tahun yang didakwa menikam teman perempuannya hingga tewas. Dengan gaya penceritaan unik yang menampilkan setiap episode dalam satu pengambilan gambar tanpa potongan, Adolescence mengupas isu kekerasan laki-laki, pengaruh media sosial, dan bahaya ideologi misoginis.

Ditulis oleh Jack Thorne bersama aktor Stephen Graham—yang juga berperan sebagai ayah Jamie—serial ini mendapat sambutan luar biasa dari kritikus dan penonton. Popularitasnya bahkan membuat pemerintah Inggris mempertimbangkan untuk menayangkannya di sekolah sebagai bagian dari edukasi tentang ekstremisme gender.

Bagi yang terkesan dengan Adolescence dan ingin menonton tayangan dengan tema serupa, ada beberapa pilihan menarik. Dokumenter The Secret World of Incels menyoroti komunitas incel di Inggris, memperlihatkan bagaimana ideologi ini berkembang dan memengaruhi pengikutnya. Serial National Treasure mengeksplorasi skandal pelecehan seksual oleh seorang komedian ternama, menawarkan drama psikologis yang menggugah. Sementara itu, Defending Jacob menyajikan kisah serupa dengan Adolescence, di mana seorang remaja dituduh melakukan pembunuhan, membuat orang tuanya mempertanyakan seberapa baik mereka mengenal anaknya.

Film Boiling Point, yang juga melibatkan Stephen Graham, menawarkan ketegangan melalui narasi satu pengambilan gambar, menggambarkan tekanan di balik dapur restoran elit. Bagi yang menyukai dinamika interogasi mendalam, Criminal: United Kingdom menyajikan drama penuh ketegangan dengan latar utama ruang interogasi, menghadirkan akting memukau dari beberapa aktor ternama Inggris.