Transparansi Dibatasi? Polemik Larangan Syuting Adegan Ramping Ambulans di WA

Pemerintah Negara Bagian Australia Barat (WA) tengah menjadi sorotan setelah Departemen Kesehatan setempat menetapkan pembatasan ketat terhadap proses syuting serial dokumenter Paramedics. Tayangan populer yang menampilkan kerja paramedis secara langsung ini kini dilarang menampilkan adegan ramping ambulans—momen ketika pasien belum bisa dipindahkan ke rumah sakit karena keterbatasan kapasitas. Aturan baru ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk oposisi dan Asosiasi Medis Australia WA (AMA WA), yang menilai langkah tersebut sebagai bentuk sensor berlebihan dan tidak jujur terhadap kenyataan di lapangan.

Dokumen internal yang diperoleh media menunjukkan Departemen Kesehatan memiliki hak untuk menolak tayangan yang dinilai mencitrakan buruk sistem kesehatan WA. Bahkan, pengambilan gambar harus dihentikan saat ambulans tiba di area rumah sakit dan tidak boleh dilanjutkan di dalam rumah sakit, berbeda dengan musim sebelumnya yang memperlihatkan proses penyerahan pasien. Presiden AMA WA, Dr Michael Page, menyayangkan jika transparansi publik dikorbankan demi menjaga citra, karena menurutnya paramedis kerap harus menunggu lama karena kekurangan tempat tidur rumah sakit.

Sementara itu, pihak oposisi melalui Menteri Kesehatan Bayangan Libby Mettam menyebut keputusan ini sebagai langkah politis yang menutupi krisis sistemik. Ia menegaskan bahwa ramping bukan kesalahan layanan ambulans, melainkan cerminan buruk kapasitas rumah sakit yang tidak memadai. Meski pemerintah mengklaim telah menambah ratusan tempat tidur sejak 2021, berbagai pihak tetap mendesak agar masalah ini diselesaikan secara struktural, bukan ditutup-tutupi.

“5 Film Perang Sci-Fi Paling Seru dan Epic yang Wajib Ditonton!”

Film perang sci-fi selalu menyuguhkan pengalaman menegangkan yang menggabungkan elemen futuristik dengan ketegangan pertempuran. Dari invasi alien hingga teknologi tempur canggih, genre ini mampu membawa penonton pada petualangan yang tak terlupakan. Berikut adalah 5 film perang sci-fi yang paling epic dan menarik untuk ditonton.

“Edge of Tomorrow” memperkenalkan konsep perang sci-fi dengan twist unik. Cerita mengikuti seorang tentara pemula bernama Cage (Tom Cruise), yang harus menghadapi invasi alien di Bumi. Setiap kali Cage mati, ia kembali bangun dan memulai hari yang sama, terjebak dalam loop waktu. Bersama prajurit legendaris Rita (Emily Blunt), mereka berusaha menemukan cara untuk mengalahkan invasi alien tersebut.

“Battle: Los Angeles” mengisahkan sekelompok marinir Amerika yang tiba-tiba dihadapkan dengan serangan alien di Los Angeles. Misi penyelamatan berubah menjadi pertempuran habis-habisan melawan makhluk asing yang mengancam kota tersebut, menjadikannya zona perang yang penuh ketegangan.

“District 9” menceritakan kisah para alien yang mendarat di Johannesburg, namun alih-alih menyerang, mereka justru terperangkap dan membutuhkan perlindungan. Seorang petugas pemerintah yang terpapar zat misterius berubah menjadi sasaran perburuan oleh pemerintah dan perusahaan senjata yang ingin mengeksploitasi teknologi alien.

“Ender’s Game” menggambarkan anak-anak berbakat yang dilatih untuk menghadapi perang luar angkasa melawan ras alien yang hampir memusnahkan umat manusia. Ender Wiggin, seorang jenius muda, dipilih untuk memimpin armada dalam pertempuran melawan makhluk yang mematikan.

Kelima film ini menawarkan berbagai pandangan unik tentang perang, teknologi, dan alien, masing-masing dengan ketegangan dan aksi yang akan membuat penonton terpaku.

Komang: Sebuah Film Penuh Cinta dan Toleransi dari Lirik ke Layar Lebar

Film Komang karya sutradara Naya Anindita berhasil mencuri perhatian publik sejak dirilis pada libur Lebaran 2025. Diadaptasi dari lagu populer milik Raim Laode, film ini telah ditonton lebih dari dua juta orang di seluruh Indonesia. Lagu Komang, yang dikenal karena liriknya yang menyentuh hati, menjadi inspirasi kuat dalam pembuatan film ini. Meski begitu, menjadikan sebuah lagu emosional menjadi karya sinema bukanlah perkara sederhana.

Penulis skenario Evelyn Afnilia mengaku sempat merasa tertekan saat pertama kali menerima tawaran untuk menulis naskahnya. Lagu yang begitu dekat di hati masyarakat membuatnya merasa ada tanggung jawab besar. Namun, setelah melihat antusiasme penonton dan respons positif yang mengalir, ia merasa sangat bersyukur dan lega. Evelyn pun menuturkan bahwa film ini tidak hanya bicara tentang kisah cinta, tetapi juga mengangkat nilai-nilai toleransi dan keberagaman yang begitu kental di Indonesia.

Menurut Evelyn, Komang menjadi titik balik dalam karier kepenulisannya. Proses menulis skenario ini membuka perspektif baru baginya, tentang cinta yang melampaui perbedaan dan kekuatan nilai-nilai kemanusiaan. Film ini menggambarkan perjalanan nyata Raim Laode bersama sang istri, Komang Ade Widiandari, yang berasal dari latar budaya dan keyakinan berbeda. Cerita mereka dituturkan dengan latar warna-warni khas nusantara dan pesan universal tentang kebersamaan.

Dibintangi oleh Keisha Alvaro, Aurora Ribero, Ayu Laksmi, Mathias Muchus, Cut Mini, dan Arie Kriting, film ini menjadi sajian emosional yang kuat, menyatukan musik dan kisah hidup yang menyentuh.

Ketegangan Real-Time: Streaming, Thriller Korea dengan Konsep Siaran Langsung yang Bikin Deg-degan

“Mulai sekarang, aku akan menangkap pembunuh berantai. Dan disiarkan secara langsung!”Kalimat tersebut menjadi titik awal ketegangan dalam Streaming, film thriller Korea terbaru yang menampilkan Kang Ha-neul sebagai pemeran utama. Mengusung konsep inovatif, film ini membawa penonton ke dalam dunia siaran langsung yang menyerupai platform streaming sungguhan, menjadikannya pengalaman sinematik yang sangat imersif dan mendebarkan.

Tokoh utama, Woo Sang, adalah streamer kriminal paling populer di platform WAG. Ia terkenal karena membahas kasus-kasus kriminal tak terpecahkan secara mendalam. Namun, setelah terlibat dalam skandal yang merusak reputasinya, Woo Sang kehilangan pamornya. Dalam upaya bangkit kembali, ia membuat langkah nekat: mengejar dan menangkap Pembunuh Berantai Hemline secara live. Awalnya, siaran tersebut menjadi ajang pembuktian diri, namun situasi berubah drastis saat diketahui sang pembunuh juga ikut menyaksikan siaran tersebut, memicu teror nyata di balik layar.

Film ini dikemas layaknya siaran langsung, lengkap dengan antarmuka digital, suara donasi, serta komentar penonton yang terus mengalir, menciptakan suasana autentik. Dibalut sinematografi ciamik, adegan-adegan panjang tanpa potongan memperkuat kesan real-time. Kang Ha-neul tampil luar biasa sebagai Woo Sang yang karismatik namun ambisius. Peran pendukung seperti Ha Seo-yoon dan Kang Ha-kyung juga memberikan warna tersendiri.

Dengan pendekatan unik, Streaming menjadi tontonan wajib bagi penggemar thriller yang mencari sensasi baru. Tayang di bioskop Indonesia mulai 16 April 2025.

Flow: Film Animasi yang Mengajarkan Makna Kehidupan dari Seekor Kucing

Bagi para pecinta kucing, ada sebuah film animasi unik yang patut ditonton, yaitu Flow. Film ini tidak seperti animasi kucing pada umumnya. Flow, yang dirilis pada tahun 2024, menawarkan alur cerita yang lebih mendalam, membawa penonton untuk merenungkan kehidupan melalui petualangan seekor kucing di dunia post-apokaliptik. Film berdurasi 86 menit ini memenangkan Piala Oscar 2025 dan menjadi salah satu karya yang banyak diperbincangkan.

Cerita Flow mengikuti perjalanan seekor kucing hitam yang penakut dan kurus, yang hidup di tengah hutan tanpa keberadaan manusia. Hidup tenang tiba-tiba berubah setelah banjir besar melanda, memaksa si kucing untuk terbangun dan berjuang demi kelangsungan hidupnya. Dalam usahanya untuk bertahan, ia melompat ke sebuah perahu rusak dan memulai petualangan mencari tempat yang lebih aman. Di sepanjang perjalanan, kucing ini menemukan teman baru yang setia menemani.

Film ini unik karena disajikan tanpa dialog, namun tetap mampu menyampaikan pesan-pesan mendalam tentang persahabatan, kerjasama, adaptasi, dan keberanian. Hewan-hewan yang ada dalam cerita memiliki karakter yang kuat, dengan usaha mereka untuk menyatukan perbedaan demi tujuan bersama. Selain itu, Flow menampilkan visual yang memukau, didukung dengan lagu pengiring dan soundtrack yang menyentuh hati.

Flow pertama kali diputar di Cannes Film Festival dan meraih berbagai penghargaan bergengsi, seperti Film Animasi Terbaik di Golden Globe Awards ke-82, mengalahkan film Disney populer seperti Moana 2 dan Inside Out 2. Selain itu, film ini juga meraih penghargaan di European Film Awards ke-37 dan New York Film Critics Circle Awards.

Sinners: Ketika Kejahatan Supernatural Bertemu Musik Blues

Film “Sinners,” yang disutradarai oleh Ryan Coogler, terkenal karena menggabungkan horor supernatural dengan musik blues yang menyentuh jiwa. Dengan pemain utama seperti Hailee Steinfeld, Miles Caton, dan Michael B. Jordan, film ini membawa penonton ke dunia yang gelap dan penuh intrik. Berlatar belakang tahun 1932 di desa Clarksdale, Mississippi, “Sinners” mengisahkan tentang kehidupan para petani dan penyanyi musik blues terbaik, dengan referensi pada legenda musik blues, Robert Johnson, yang terkenal karena menjual jiwanya kepada iblis demi kekayaan dan ketenaran.

Michael B. Jordan berperan ganda sebagai Smoke dan Stack, saudara kembar yang dulunya meninggalkan kampung halaman mereka untuk menuju Chicago dengan harapan mengasah keterampilan musik. Namun, mereka kembali ke Mississippi sebagai penipu dan pembunuh. Film ini tidak hanya menggambarkan kejahatan, tetapi juga menyoroti perjuangan mereka yang penuh dosa dan hubungan mereka dengan kekuatan jahat. Karakter utama, Sammie More, atau Preacher Boy, adalah pemain gitar berbakat yang memiliki hubungan keluarga dengan Smoke dan Stack. Ia bergabung dengan Delta Slim, seorang pemain harmonika dan piano, untuk membawa musik blues ke dunia yang lebih gelap.

Salah satu adegan paling menonjol dalam film ini adalah ketika para vampir melakukan tarian Irlandia yang mengerikan, diiringi nyanyian yang menyeramkan. Visual yang luar biasa, dari langit biru hingga darah merah, memberikan pengalaman sinematik yang sangat mendalam. Musik blues, yang menjadi inti dari cerita ini, menggambarkan betapa pentingnya musik dalam hidup orang-orang dari berbagai latar belakang, mengikat mereka bersama, bahkan melalui masa-masa sulit dan kelam.

Mau Nonton Drama Pendek? Ini 5 Aplikasi Alternatif Selain LK21 dan IndoXXI

Pernahkah kamu menikmati serial drama pendek di internet? Jika ya, mungkin kamu tertarik mencoba beberapa aplikasi yang menyajikan hiburan seru dengan durasi singkat. Saat ini, banyak platform yang menawarkan film tidak hanya dalam format landscape, tetapi juga portrait, dengan durasi yang lebih pendek, antara satu hingga tiga menit.

Agar lebih menarik, adegan dalam film-film ini dirancang untuk langsung memikat perhatian penonton, membuat mereka terus menontonnya tanpa henti. Serial drama pendek biasanya dapat ditemukan di platform seperti TikTok, Instagram Reels, atau Facebook, meskipun itu bukanlah platform resmi.

Ada beberapa aplikasi yang khusus menyediakan film dengan durasi singkat dan format portrait. Penasaran ingin tahu lebih lanjut? Yuk, simak penjelasan tentang lima aplikasi seru untuk menonton drama pendek ini.

ReelShort
ReelShort merupakan aplikasi pertama yang bisa kamu coba untuk menikmati drama pendek. Seperti platform streaming lainnya, aplikasi ini menawarkan berbagai film, meskipun durasinya lebih singkat. Namun, tidak semua konten tersedia secara gratis. Pengguna hanya dapat mengakses beberapa episode tanpa biaya, sementara untuk menonton episode selanjutnya, mereka perlu berlangganan atau membeli akses menggunakan koin.

Harga per episode sekitar 15 koin, dan koin tersebut bisa dibeli mulai dari Rp 48 ribu hingga Rp 479 ribu. Untuk langganan, tersedia paket seharga Rp 159 ribu per minggu atau Rp 3.190.000 untuk akses selama setahun penuh.

DramaBox
DramaBox juga menyediakan sistem langganan serupa. Beberapa serial di aplikasi ini tidak dapat diakses secara gratis, sehingga untuk menonton seluruh episode, pengguna perlu membeli koin atau memilih paket langganan yang berlaku dari seminggu hingga setahun.

Di aplikasi ini, kamu bisa menikmati berbagai genre seperti romantis, fantasi, atau bahkan film orisinal dari DramaBox. Bagi pengguna baru, ada kesempatan untuk mendapatkan koin gratis hanya dengan log in setiap hari.

GoodShort
Selanjutnya, ada GoodShort, aplikasi yang juga menawarkan film pendek dengan sistem pembayaran untuk mengakses episode lengkap. Namun, GoodShort memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk mengumpulkan koin secara gratis setiap hari. Selain itu, ada juga misi yang bisa diselesaikan untuk mendapatkan koin emas yang dapat digunakan untuk menonton film.

ShortMax
ShortMax menawarkan beragam kategori drama pendek, mulai dari cinta modern, keluarga elit, hingga fantasi tinggi. Pengguna dapat menonton film yang sedang tren di menu “most trending”, namun perlu diingat bahwa tidak semua episode bisa diakses gratis. Koin yang dibutuhkan untuk menonton episode lebih sedikit dibandingkan aplikasi lainnya, dan harganya dimulai dari Rp 18 ribu untuk 100 koin.

FlickReels
FlickReels adalah aplikasi terakhir yang bisa kamu coba. Aplikasi ini memiliki koleksi film dari Barat hingga Asia. Menariknya, kamu bisa menonton 15 episode pertama secara gratis. Untuk episode selanjutnya, pengguna harus berlangganan atau membayar dengan koin. Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari lima juta kali di Google Play Store dan mendapatkan rating yang cukup baik.

Rebel Moon: Nemesis – Komik Prekuel yang Mengungkap Masa Lalu Sang Pembunuh Cyborg

Waralaba Rebel Moon yang diciptakan oleh Zack Snyder telah menarik perhatian banyak penggemar dengan dunia luas dan cerita epiknya. Meskipun masa depan film-film lanjutannya masih belum jelas, kabar baik bagi para penggemar adalah bahwa cerita tambahan akan segera hadir dalam bentuk buku komik. Serial komik prekuel yang berjudul Rebel Moon: Nemesis ini diproduksi oleh Titan Comics dan akan menggali lebih dalam kisah karakter Nemesis, yang dalam film diperankan oleh Doona Bae. Dalam film, Nemesis dikenal sebagai pembunuh yang tangguh dengan pedang cyborg yang besar dan mencolok.

Komik ini akan membawa kita kembali ke masa sebelum Nemesis menjadi pembunuh mekanis legendaris yang kita kenal. Ceritanya akan mengungkapkan kisah seorang wanita tak bersalah yang harus menghadapi tentara Imperium yang menghancurkan keluarganya. Dengan gaya balas dendam ala film barat, Rebel Moon: Nemesis menjanjikan aksi yang intens dan penuh ketegangan. Diciptakan oleh penulis Gail Simone dan ilustrator Federico Bertoni, komik ini dipastikan akan menggali karakter Nemesis secara lebih dalam.

Komik Rebel Moon: Nemesis dijadwalkan rilis pada 16 Juli, dan ini akan menjadi komik kedua dalam waralaba Rebel Moon, setelah House of the Bloodaxe yang ditulis oleh Zack Snyder. Bagi penggemar yang telah jatuh cinta dengan film Rebel Moon, komik ini menjadi kesempatan untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia yang diciptakan oleh Snyder.

Film Animasi Seru di Prime Video: Teman Santai di Akhir Pekan

Akhir pekan ini, jika kamu ingin bersantai di rumah sambil menonton film animasi, Prime Video memiliki banyak pilihan yang seru dan cocok untuk menemani waktu luangmu. Mulai dari yang lucu hingga penuh petualangan, berikut adalah beberapa rekomendasi film animasi yang bisa kamu tonton.

Pertama, ada The Croods, yang mengisahkan keluarga prasejarah dalam petualangan lucu dan mengharukan. Grug, sang ayah, melarang anak-anaknya untuk keluar dari gua, tetapi Eep, sang anak perempuan, justru penasaran dengan dunia luar. Petualangan mereka pun berubah saat bertemu dengan Guy, seorang manusia modern yang membawa ide-ide cemerlang.

Kemudian, ada Mr. Peabody & Sherman, yang bercerita tentang anjing jenius, Mr. Peabody, dan anak angkatnya, Sherman, yang menggunakan mesin waktu untuk menjelajahi masa lalu. Petualangan mereka menjadi kacau ketika mereka tidak sengaja mengubah sejarah.

Home juga bisa jadi pilihan seru, menceritakan tentang alien Boov yang melarikan diri ke Bumi dan bertemu dengan seorang gadis bernama Tip. Mereka bekerja sama untuk menghindari ancaman dari bangsa Gork yang menyerang Bumi.

Turbo bercerita tentang siput biasa yang memiliki impian untuk menjadi pebalap profesional setelah memperoleh kekuatan super cepat. Sedangkan Hotel Transylvania 4: Transformania menghadirkan kekacauan di hotel para monster setelah sebuah eksperimen mengubah semua orang menjadi monster.

Film-film animasi ini akan membuat akhir pekanmu lebih seru dan menyenangkan!

Turang: Menghidupkan Kembali Film Perjuangan yang Hilang

Film Turang menawarkan perspektif berbeda tentang sejarah revolusi Indonesia dengan fokus pada heroisme yang diperlihatkan oleh keluarga biasa. Film ini diputar kembali dalam rangka memperingati 70 tahun Konferensi Asia Afrika, dan karya sutradara Bachtiar Siagian yang diproduksi pada 1957 ini mengisahkan perjuangan warga dan sekelompok tentara Indonesia yang melawan agresi Belanda di tanah Karo, Sumatra Utara, pada masa Revolusi.

Lokasi pengambilan gambar berada di Desa Seberaya dan beberapa desa di Kabanjahe, Kabupaten Karo, di mana sebagian besar pemainnya adalah aktor lokal, dengan 95% pemain merupakan warga setempat, seperti yang dikatakan oleh Bunga Siagian, putri Bachtiar Siagian. Film ini mengusung gaya neorealisme, yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat biasa dengan pendekatan yang realistis dan naturalistik.

Film Turang pertama kali diputar di Istana Negara di depan Presiden Sukarno, dan pada 1960, film ini meraih predikat film terbaik di Pekan Apresiasi Film Nasional. Pada 1958, Turang juga mencuri perhatian di Festival Film Asia Afrika pertama di Tashkent, Uzbekistan, dan bahkan mendapatkan tawaran hak distribusi dari delegasi Soviet dan Korea Utara. Namun, film ini kemudian menghilang, sebagian besar akibat terjadinya Peristiwa 1965 yang menandai era Orde Baru dan penyingkiran karya-karya yang terkait dengan ideologi komunis.

Nasib Turang yang hilang berhubungan dengan pengaruh dari Orde Baru yang melarang karya-karya yang dianggap terhubung dengan komunisme. Banyak film dari masa itu, terutama yang diproduksi oleh sutradara ‘kiri’ seperti Bachtiar Siagian, mengalami nasib yang sama. Sistem pendokumentasian film di Indonesia yang buruk juga berperan dalam menghilangnya banyak film dari era tersebut.

Pada 2022, setelah lebih dari satu dekade mencari, Bunga Siagian menemukan film Turang di pusat arsip film Rusia, Gosfilmofond, di Moskow. Setelah lebih dari satu tahun, film ini akhirnya dapat diputar kembali, pertama di Festival Film Internasional Rotterdam pada Februari 2025, dan kini kembali hidup dalam rangka peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika.

Film ini memiliki makna penting karena menonjolkan peran warga biasa dalam perjuangan kemerdekaan. Tidak ada glorifikasi pada militer, melainkan lebih kepada kehidupan sehari-hari masyarakat desa yang turut berjuang dalam situasi yang penuh tekanan. Turang memberikan gambaran bagaimana individu-individu biasa berperan dalam sejarah besar negara, tanpa harus menjadi bagian dari pasukan yang lebih besar atau tentara.

Film Turang kembali diputar sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah yang telah terlupakan, dan Bunga Siagian mengajak berbagai komunitas di seluruh Indonesia untuk merayakan film ini dengan pemutaran terbuka dari tanggal 19 hingga 30 April, seiring dengan peringatan Konferensi Asia Afrika.