Drama When the Phone Rings sempat menarik perhatian banyak penonton dengan premis yang menarik dan cerita yang menggabungkan romansa dan thriller. Namun, seiring berjalannya waktu, kualitas penceritaan drama ini mulai menurun drastis, berujung pada kekecewaan besar di bagian akhirnya.
Pada awalnya, drama ini tampil menjanjikan dengan memadukan elemen-elemen klasik yang biasa ditemukan dalam cerita romansa seperti pernikahan yang diatur dan hubungan yang berawal dari musuh menjadi kekasih. Penonton pun diajak untuk tenggelam dalam ketegangan cerita dengan ancaman “sentuh dia dan kamu akan mati”. Dua episode pertama berhasil menarik perhatian dengan alur yang memikat dan membuat penonton ingin tahu lebih lanjut.
Seiring berjalannya waktu, drama ini memunculkan masalah yang semakin rumit. Di tengah cerita yang sudah terasa makjang, alur drama masih tetap bisa dinikmati berkat chemistry yang kuat antara Yoo Yeon-seok dan Chae Soo-bin sebagai pasangan utama. Karakter Kang Young-woo yang diperankan oleh Lim Chul-soo juga menyuntikkan elemen komedi yang menyegarkan di tengah ketegangan cerita.
Namun, memasuki paruh kedua, drama ini terjebak dalam pola yang berulang dengan kesalahpahaman yang tidak kunjung selesai antara para karakter. Salah satu hal yang paling mengecewakan adalah karakter Paik Sa-eon, yang semakin sulit dipahami seiring berjalannya waktu. Awalnya digambarkan sebagai sosok pria yang penuh dengan toxic masculinity, Paik Sa-eon semakin membingungkan ketika ia terus menyembunyikan perasaannya terhadap Hong Hee-joo, dengan alasan ingin melindungi istrinya. Karakter ini semakin mengingatkan penonton pada sosok protagonis dalam drama-drama FTV era 2000-an yang seringkali memanipulasi perasaan demi kepentingan pribadi.
Masalah bertambah ketika karakter Paik Sa-eon seolah kehilangan arah menjelang akhir drama. Daripada berusaha memperbaiki hubungan dengan Hong Hee-joo, ia malah lebih sibuk menebus dosa masa lalunya dengan menyalahkan berbagai kejadian yang telah berlalu. Konflik yang dihasilkan pun terasa dibuat-buat dan tidak masuk akal, menambah kekecewaan bagi penonton.
Bukan hanya itu, penggunaan alur maju mundur untuk menggali latar belakang karakter pendukung justru membingungkan, seakan-akan penonton sudah tahu semua detail cerita asli yang seharusnya diceritakan lebih jelas. Banyak plot yang telah dibangun di awal drama mulai terasa menguap, meninggalkan banyak celah yang tak terisi, membuat penonton merasa terputus dari cerita yang seharusnya lebih terstruktur.
Puncaknya, drama ini menyisipkan unsur politik internasional yang tidak relevan dengan cerita romantis yang ada. Masalah politik yang tiba-tiba muncul pada episode terakhir, dengan referensi yang jelas mengarah pada Palestina dan Israel, berusaha diselipkan dengan menggunakan nama negara fiksi seperti Paltima dan Izmael. Tentu saja, keputusan ini hanya menambah kebingunguan dan merusak alur cerita utama, yang seharusnya tetap fokus pada hubungan para karakter utama.
Namun, tidak semuanya buruk. Backstory muda dari Paik Sa-eon dan Hong Hee-joo yang diperankan oleh Shin Yeon-woo dan Lee Jae-joon memberikan nuansa baru yang menarik dalam cerita ini. Meskipun demikian, itu tidak cukup untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang semakin terasa di sepanjang drama.
Secara keseluruhan, When the Phone Rings adalah drama yang memulai dengan harapan besar tetapi berakhir dengan kekecewaan. Meski chemistry antara karakter utama masih bisa sedikit menyelamatkan drama ini, penulis dan tim kreatif gagal menyelesaikan cerita dengan baik, terutama dengan menyisipkan elemen politik yang tidak diperlukan dan merusak alur yang telah dibangun dengan begitu hati-hati di awal.