Apa yang Harus Anda Ketahui Tentang Drama “When the Phone Rings”

Drama When the Phone Rings sempat menarik perhatian banyak penonton dengan premis yang menarik dan cerita yang menggabungkan romansa dan thriller. Namun, seiring berjalannya waktu, kualitas penceritaan drama ini mulai menurun drastis, berujung pada kekecewaan besar di bagian akhirnya.

Pada awalnya, drama ini tampil menjanjikan dengan memadukan elemen-elemen klasik yang biasa ditemukan dalam cerita romansa seperti pernikahan yang diatur dan hubungan yang berawal dari musuh menjadi kekasih. Penonton pun diajak untuk tenggelam dalam ketegangan cerita dengan ancaman “sentuh dia dan kamu akan mati”. Dua episode pertama berhasil menarik perhatian dengan alur yang memikat dan membuat penonton ingin tahu lebih lanjut.

Seiring berjalannya waktu, drama ini memunculkan masalah yang semakin rumit. Di tengah cerita yang sudah terasa makjang, alur drama masih tetap bisa dinikmati berkat chemistry yang kuat antara Yoo Yeon-seok dan Chae Soo-bin sebagai pasangan utama. Karakter Kang Young-woo yang diperankan oleh Lim Chul-soo juga menyuntikkan elemen komedi yang menyegarkan di tengah ketegangan cerita.

Namun, memasuki paruh kedua, drama ini terjebak dalam pola yang berulang dengan kesalahpahaman yang tidak kunjung selesai antara para karakter. Salah satu hal yang paling mengecewakan adalah karakter Paik Sa-eon, yang semakin sulit dipahami seiring berjalannya waktu. Awalnya digambarkan sebagai sosok pria yang penuh dengan toxic masculinity, Paik Sa-eon semakin membingungkan ketika ia terus menyembunyikan perasaannya terhadap Hong Hee-joo, dengan alasan ingin melindungi istrinya. Karakter ini semakin mengingatkan penonton pada sosok protagonis dalam drama-drama FTV era 2000-an yang seringkali memanipulasi perasaan demi kepentingan pribadi.

Masalah bertambah ketika karakter Paik Sa-eon seolah kehilangan arah menjelang akhir drama. Daripada berusaha memperbaiki hubungan dengan Hong Hee-joo, ia malah lebih sibuk menebus dosa masa lalunya dengan menyalahkan berbagai kejadian yang telah berlalu. Konflik yang dihasilkan pun terasa dibuat-buat dan tidak masuk akal, menambah kekecewaan bagi penonton.

Bukan hanya itu, penggunaan alur maju mundur untuk menggali latar belakang karakter pendukung justru membingungkan, seakan-akan penonton sudah tahu semua detail cerita asli yang seharusnya diceritakan lebih jelas. Banyak plot yang telah dibangun di awal drama mulai terasa menguap, meninggalkan banyak celah yang tak terisi, membuat penonton merasa terputus dari cerita yang seharusnya lebih terstruktur.

Puncaknya, drama ini menyisipkan unsur politik internasional yang tidak relevan dengan cerita romantis yang ada. Masalah politik yang tiba-tiba muncul pada episode terakhir, dengan referensi yang jelas mengarah pada Palestina dan Israel, berusaha diselipkan dengan menggunakan nama negara fiksi seperti Paltima dan Izmael. Tentu saja, keputusan ini hanya menambah kebingunguan dan merusak alur cerita utama, yang seharusnya tetap fokus pada hubungan para karakter utama.

Namun, tidak semuanya buruk. Backstory muda dari Paik Sa-eon dan Hong Hee-joo yang diperankan oleh Shin Yeon-woo dan Lee Jae-joon memberikan nuansa baru yang menarik dalam cerita ini. Meskipun demikian, itu tidak cukup untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang semakin terasa di sepanjang drama.

Secara keseluruhan, When the Phone Rings adalah drama yang memulai dengan harapan besar tetapi berakhir dengan kekecewaan. Meski chemistry antara karakter utama masih bisa sedikit menyelamatkan drama ini, penulis dan tim kreatif gagal menyelesaikan cerita dengan baik, terutama dengan menyisipkan elemen politik yang tidak diperlukan dan merusak alur yang telah dibangun dengan begitu hati-hati di awal.

Siap-Siap! ‘The Equalizer 2’ Hadir di Bioskop Trans TV 8 Januari 2025, Simak Sinopsisnya!

Pada malam ini, Rabu, 8 Januari 2025, Bioskop Trans TV akan menayangkan The Equalizer 2 (2018) pukul 21.00 WIB. Dalam film ini, Denzel Washington kembali memerankan Robert McCall, seorang pensiunan agen intelijen yang kini menjalani hidup yang lebih tenang. Namun, kedamaian hidup McCall terganggu setelah kematian sahabat karibnya, Susan Plummer, yang terbunuh secara brutal oleh penjahat. McCall pun bertekad membalas dendam dan mencari keadilan bagi temannya.

Sinopsis The Equalizer 2

Robert McCall memulai hidup baru yang jauh dari dunia kekerasan setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai agen intelijen. Sebagai seorang sopir, ia menghabiskan waktu membantu orang-orang yang membutuhkan. Salah satunya adalah Susan Plummer (Melissa Leo), teman dekatnya yang juga mantan rekan kerja di DIA. McCall selalu siap menolong, baik itu menyelamatkan seorang gadis kecil yang diculik di Istanbul atau membantu seorang pria tua mendapatkan kembali lukisannya yang hilang.

Namun, segalanya berubah ketika Susan ditemukan tewas secara tragis di Brussels. McCall yang merasa kehilangan dan curiga atas kematian temannya segera melakukan penyelidikan. Ia menyadari bahwa pembunuhan tersebut merupakan bagian dari konspirasi yang lebih besar dan dilakukan oleh pelaku yang sangat terlatih. McCall kemudian bertekad untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab dan membalas dendam atas kematian Susan.

Film ini merupakan sekuel dari The Equalizer (2014) dan bagian kedua dari trilogi Equalizer. Disutradarai oleh Antoine Fuqua, The Equalizer 2 melanjutkan kisah McCall dengan lebih banyak aksi dan ketegangan. Richard Wenk, yang juga menulis naskah untuk The Equalizer dan The Equalizer 3 (2023), kembali menulis skrip untuk film ini.

Aksi Dendam yang Menggugah

Denzel Washington kembali memukau penonton dengan perannya sebagai Robert McCall, seorang pria dengan kode moral yang tinggi dan kemampuan bertarung luar biasa. Di samping Washington, The Equalizer 2 juga dibintangi oleh Pedro Pascal, Ashton Sanders, Bill Pullman, dan Melissa Leo, yang turut memperkaya jalannya cerita.

Saat tayang di bioskop, The Equalizer 2 sukses meraih pendapatan box office yang sangat memuaskan, dengan total US$190,4 juta—melampaui biaya produksinya yang sekitar US$79 juta.

Bagi penggemar aksi dan thriller, The Equalizer 2 menjadi pilihan yang tak boleh dilewatkan. Saksikan bagaimana McCall menghadapi keadilan dalam dunia yang penuh dengan konspirasi dan kekerasan, hanya di Bioskop Trans TV malam ini.

Selain The Equalizer 2, Bioskop Trans TV juga akan menayangkan film The Informer (2019) pada pukul 23.00 WIB, jadi pastikan Anda tidak melewatkan kedua tayangan menarik ini.

Kebakaran Menghentikan Premier Film Terbaru, Dampaknya di California

Serangkaian acara pemutaran perdana film di Los Angeles yang dijadwalkan pada Selasa, 7 Januari 2025, terpaksa dibatalkan akibat kebakaran besar yang melanda California. Beberapa film yang seharusnya tayang perdana pada malam itu termasuk Wolf Man, Unstoppable, Better Man, dan The Pitt. Bencana alam yang melanda wilayah tersebut memaksa studio-studio besar untuk mengambil keputusan yang sulit, demi keselamatan publik.

Batalnya Premiere Film Besar

Amazon MGM Studios dan Universal Studios mengumumkan pembatalan dua acara besar mereka, yakni pemutaran perdana Unstoppable dan Wolf Man, yang awalnya direncanakan pada Selasa malam. Kedua studio tersebut merilis pernyataan yang menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil mengingat situasi cuaca yang memburuk dan risiko kebakaran yang semakin mengancam.

“Mengingat situasi cuaca yang semakin buruk dan ancaman kebakaran yang semakin meluas di Los Angeles, kami dengan berat hati mengumumkan bahwa premiere Unstoppable malam ini dibatalkan,” ujar Amazon MGM Studios dalam pengumumannya.

Hal yang sama juga berlaku untuk Wolf Man, di mana pihak Universal menyampaikan bahwa acara tersebut terpaksa dibatalkan akibat peningkatan kebakaran dan peringatan evakuasi yang telah dikeluarkan.

Netflix dan Studio Lain Ikut Membatalkan Acara

Netflix, yang merencanakan acara perayaan untuk film Emilia Perez, juga terpaksa membatalkan pertemuan tersebut. Acara ini semula direncanakan untuk menampilkan bintang Karla Sofia Gascon serta penulis lagu Camille & Clement. Namun, karena kebakaran yang meluas di kawasan Los Angeles, acara tersebut tidak bisa dilanjutkan.

Selain itu, beberapa studio lain juga mengumumkan pembatalan pemutaran perdana film mereka pada Rabu, 8 Januari 2025. Paramount membatalkan premiere Better Man, sementara Max juga mengikuti langkah serupa dengan membatalkan acara The Pitt. Keputusan ini diambil untuk memastikan keselamatan para tamu undangan dan staf di tengah situasi yang semakin berbahaya.

Kebakaran yang Melanda Wilayah California

Kebakaran besar yang melanda kawasan California diperkirakan telah menghanguskan lebih dari 1.200 hektar wilayah, dengan pusat kebakaran berada di dataran tinggi Palisades. Dalam upaya mengurangi risiko lebih lanjut, pemerintah setempat telah mengeluarkan peringatan evakuasi untuk beberapa area seperti Sunset Mesa, Palisades Highlands, dan Rustic Canyon. Ratusan warga dari kawasan tersebut terlihat mengungsi dengan meninggalkan rumah mereka dan kendaraan yang terparkir di sepanjang jalan Palisades Drive.

Angin kencang yang menyertai kebakaran semakin memperburuk situasi, dengan kebakaran juga merambah ke kawasan Eaton Canyon di Altadena, yang terletak di utara Pasadena. Para petugas pemadam kebakaran dan tim penyelamat terus berusaha untuk mengendalikan api, namun ancaman terhadap keselamatan warga tetap tinggi.

Dampak pada Dunia Hiburan

Kebakaran yang memaksa pembatalan acara-acara besar ini menunjukkan betapa besar dampak bencana alam terhadap industri hiburan. Tidak hanya mengganggu jadwal yang telah dipersiapkan selama berbulan-bulan, tetapi juga membahayakan keselamatan banyak orang. Meskipun demikian, prioritas utama tetap pada keselamatan para individu yang terancam oleh bencana alam ini.

Bagi banyak orang di dunia hiburan, keputusan untuk membatalkan acara menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan perhatian terhadap lingkungan, terutama di kawasan yang rentan terhadap bencana alam seperti kebakaran hutan.

Tolak Tawaran Film Mirip Midsommar, Florence Pugh Sebut Pengalaman Tersebut Menyiksa

Aktris Florence Pugh mengungkapkan bahwa ia merasa enggan untuk kembali membintangi film seberat Midsommar, karya sutradara Ari Aster, setelah mengalami dampak psikologis yang cukup dalam akibat peran yang ia jalani. Pugh menggambarkan pengalamannya dalam memerankan karakter Dani, seorang perempuan yang menghadapi trauma emosional dalam sebuah festival yang ternyata berujung pada kengerian, sebagai suatu proses yang sangat menguras dirinya.

Menurut Pugh, meskipun ia merasa bangga dengan hasil kerja kerasnya dalam Midsommar, pengalaman tersebut meninggalkan bekas yang cukup dalam dan membuatnya menyadari pentingnya menjaga keseimbangan mental dalam memilih peran. “Ada peran-peran tertentu yang membuat saya mengerahkan seluruh kemampuan saya, tetapi setelah itu saya merasa seperti hancur dalam waktu yang lama,” jelas Pugh mengenai perannya dalam film horor yang membuat namanya semakin dikenal di seluruh dunia.

Aktris yang juga dikenal lewat Little Women ini menjelaskan bahwa meskipun Midsommar memberinya banyak kesempatan dan pengakuan, ia merasa proses penggarapan film tersebut terlalu berat. “Saat saya melihat kembali penampilan saya di Midsommar, saya merasa bangga, tetapi saya juga menyadari bahwa saya perlu memberi batas pada diri saya sendiri,” lanjut Pugh.

Pugh juga mengungkapkan bahwa ia telah belajar untuk menjaga kesejahteraan emosionalnya dan menghindari peran-peran yang bisa menguras dirinya secara berlebihan. Meski begitu, ia tidak menyesali keputusannya untuk bekerja sama dengan Ari Aster, dan merasa bangga dengan hasil yang dicapai melalui film tersebut. “Meskipun itu adalah pengalaman yang sangat berat, saya tidak menyesalinya,” tambahnya.

Peran sebagai Dani dalam Midsommar memang menjadi tonggak penting dalam karier Florence Pugh, membawanya ke sorotan internasional. Film horor yang penuh ketegangan dan emosi itu menggambarkan perjalanan Dani yang berusaha pulih dari kehilangan dan trauma, hanya untuk menghadapi kenyataan mengerikan dalam sebuah sekte. Akting Pugh sebagai Dani, dengan ekspresi yang kuat dan emosional, mendapat pujian luas dari kritikus dan penonton.

Sejak sukses besar di Midsommar, Florence Pugh semakin mendapat tempat di dunia perfilman internasional. Ia kemudian tampil dalam berbagai film besar, seperti Little Women, Black Widow, Don’t Worry Darling, dan yang terbaru, Oppenheimer. Keputusan Pugh untuk memilih peran dengan bijak dan mengutamakan kesehatan mental menunjukkan kedewasaannya sebagai seorang aktris yang terus berkembang dalam industri hiburan.

Namun, meskipun Pugh enggan mengambil peran yang terlalu membebani dirinya, ia tetap mengapresiasi setiap langkah yang telah membentuk kariernya hingga saat ini. Pugh kini lebih selektif dalam memilih proyek-proyek yang sejalan dengan visinya sebagai aktris, namun tetap menjaga integritas dan kesejahteraan pribadinya.

Kameramen Squid Game 2 Tertangkap Masuk Adegan Adu Tembak, Jadi Sorotan!

Sejak tayang perdana pada 26 Desember 2024, Squid Game 2 terus menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan penggemar. Namun, kali ini, perhatian para penonton tidak hanya tertuju pada alur cerita yang menegangkan, melainkan juga pada sebuah kesalahan teknis yang cukup mencuri perhatian.

Dalam salah satu adegan yang berlangsung di episode 7 berjudul “Friend or Foe”, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Saat ketegangan memuncak dalam adegan adu tembak antara Gi-hun (Lee Jung-jae) dan pasukan Pink Guard, seorang kru produksi, yang diketahui adalah juru kamera, muncul secara tidak sengaja di latar belakang. Kru yang seharusnya tidak terlihat dalam adegan tersebut tampak sedang fokus mengambil gambar, dan hal ini segera menjadi viral setelah salah seorang penonton menyadarinya.

Video cuplikan adegan yang memuat kesalahan ini langsung menyebar luas di media sosial, memicu berbagai reaksi dari netizen. Banyak yang merasa lucu dan menganggap ini sebagai sebuah kekeliruan kecil, meskipun ada juga yang memberi simpati pada tim produksi yang harus bekerja keras di balik layar. “Sepertinya seseorang akan dipecat setelah ini,” canda salah satu pengguna Twitter, sementara yang lain berkomentar, “Editor pasti kelelahan sampai-sampai tidak menyadari hal ini.”

Kesalahan teknis semacam ini sebenarnya bukan hal baru di dunia perfilman. Sebelumnya, serial Game of Thrones juga sempat dikejutkan oleh kemunculan gelas kopi Starbucks yang tertinggal di meja, meskipun cerita tersebut berlatar di dunia fiksi abad pertengahan. Hal ini membuktikan bahwa meskipun sebuah produksi memiliki anggaran besar, kesalahan manusia tetap bisa terjadi di setiap tahap pembuatan.

Squid Game 2 sendiri melanjutkan kisah dari musim pertama yang fenomenal. Di musim kedua ini, para peserta kembali terjebak dalam serangkaian permainan maut yang menegangkan, sementara karakter utama, Gi-hun, berusaha mengungkap lebih banyak tentang misteri di balik permainan ini. Selain Lee Jung-jae yang kembali memerankan Gi-hun, beberapa karakter dari musim pertama juga kembali hadir, seperti Front Man (Lee Byung-hun) dan The Recruiter (Gong Yoo).

Selain itu, musim kedua Squid Game ini juga memperkenalkan sejumlah wajah baru, termasuk aktor-aktor ternama seperti Park Gyu-young, Choi Seung-hyun (T.O.P), Lee Jin-wook, Jo Yuri, Won Ji-an, dan Kang Ae-sim. Dengan alur cerita yang semakin kompleks dan permainan yang semakin mematikan, tak heran jika serial ini terus menarik perhatian dan memicu diskusi di kalangan penonton.

Kesalahan yang terjadi di Squid Game 2 kali ini mungkin bisa dianggap sebagai kejadian tak disengaja, namun di balik layar, proses produksi yang rumit tetap berjalan dengan tujuan untuk memberikan tontonan terbaik bagi para penggemar di seluruh dunia.

Sutradara Jeff Baena, Suami Aubrey Plaza, Ditemukan Meninggal di Usia 47 Tahun

Aktris Aubrey Plaza yang sebelumnya diumumkan sebagai salah satu presenter di ajang Golden Globes 2025, harus menerima kabar duka yang sangat mengejutkan. Suaminya, sutradara Jeff Baena, meninggal dunia pada Jumat (3/1/2025), hanya satu hari setelah Plaza diumumkan akan tampil bersama lebih dari tiga lusin presenter lainnya di acara bergengsi tersebut. Kabar ini menggemparkan dunia hiburan, dan membuat kehadiran Plaza di Golden Globes yang dijadwalkan pada 6 Januari 2025 menjadi sangat diragukan.

Jeff Baena, yang meninggal pada usia 47 tahun, ditemukan tak bernyawa di rumahnya di Los Angeles pada pagi hari. Pihak berwenang kemudian menyatakan bahwa penyebab kematiannya adalah bunuh diri. Baena dikenal luas sebagai sutradara film-film seperti The Little Hours, Life After Beth, dan Joshy. Ia menikahi Aubrey Plaza pada tahun 2021 setelah berpacaran selama lebih dari satu dekade. Keduanya merupakan pasangan yang sangat tertutup, tetapi Plaza sering kali mengekspresikan rasa sayangnya terhadap Baena melalui unggahan media sosial.

Aubrey Plaza, yang saat ini berusia 40 tahun, dikenal sebagai bintang dalam serial TV The White Lotus dan Parks and Recreation. Hingga berita ini diturunkan, Plaza belum memberikan komentar resmi terkait kematian suaminya. Pihak keluarga menyampaikan kepada media bahwa mereka tengah berduka dan memohon untuk diberikan privasi dalam masa yang penuh kesedihan ini.

Sementara itu, karier Jeff Baena di dunia perfilman dimulai setelah ia lulus dari Universitas New York dengan gelar di bidang film. Sebelum memulai debutnya sebagai sutradara pada tahun 2014 dengan film Life After Beth, Baena bekerja di bagian produksi untuk beberapa pembuat film terkenal, seperti Robert Zemeckis dan David O’Russell. Karyanya sebagai sutradara, yang sering mengeksplorasi tema gelap dan humor, mendapatkan pengakuan di kalangan penggemar film indie.

Sebagai informasi, bunuh diri adalah masalah serius yang sering kali terkait dengan depresi. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami perasaan putus asa atau membutuhkan dukungan, penting untuk mencari bantuan segera. Terdapat berbagai layanan konseling yang siap membantu, dan Anda tidak perlu menghadapi kesulitan ini sendirian.

Pihak keluarga Plaza dan Baena meminta agar mereka diberi waktu untuk berduka dengan tenang dan meminta privasi selama masa sulit ini. Kematian mendalam ini tentu meninggalkan luka yang besar, dan dunia hiburan turut merasakan kehilangan yang mendalam atas sosok Jeff Baena yang berbakat.

Kemenangan Gemilang “The Brutalist” di Golden Globes 2025 Sebagai Film Drama Terbaik

Film “The Brutalist” berhasil meraih penghargaan Film Drama Terbaik di ajang Golden Globe Awards 2025, mengalahkan pesaing-pesaing kuat seperti A Complete Unknown, Conclave, Dune: Part Two, Nickel Boys, dan September 5. Kemenangan ini semakin lengkap dengan penghargaan Aktro Terbaik yang diraih oleh Adrien Brody dan Sutradara Terbaik yang diterima oleh Brady Corbet, yang juga mengarahkan film ini.

Brady Corbet, yang memberikan pidato penuh emosi saat menerima piala Golden Globe-nya, mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada seluruh tim yang terlibat dalam pembuatan “The Brutalist”. “Saya sangat terharu,” kata Corbet, yang tampak tak bisa menyembunyikan perasaan bangga atas pencapaian ini.

Corbet juga mengenang perjuangannya dalam mewujudkan film berdurasi lebih dari tiga setengah jam ini, yang mengisahkan perjalanan seorang arsitek bernama Laszlo Toth, seorang penyintas Holocaust yang berjuang untuk memulai hidup baru di Amerika Serikat. “Tidak ada yang meminta film berdurasi tiga setengah jam tentang seorang perancang abad pertengahan, dengan ukuran 70 mm, tetapi film ini berhasil,” ujar Corbet. Pernyataan tersebut menggambarkan tantangan besar yang dihadapi selama proses pembuatan dan distribusi film ini.

Cerita “The Brutalist” mengangkat tema kehidupan Laszlo Toth yang harus menghadapi kenangan kelam masa lalunya serta adaptasi dengan lingkungan barunya. Dengan penggambaran yang mendalam dan visual yang memukau, film ini berhasil memenangkan hati para kritikus dan penonton. Sebelumnya, film ini juga meraih penghargaan di Festival Film Venesia, semakin menambah reputasinya sebagai salah satu karya sinematik yang sangat dihargai.

Proses produksi “The Brutalist” juga menarik perhatian, terutama penggunaan kamera VistaVision, yang terakhir kali digunakan dalam film One-Eyed Jack pada tahun 1961. Keputusan untuk menggunakan teknologi lama ini tidak hanya memberikan nuansa klasik pada film, tetapi juga menambah keindahan visual yang membedakan film ini dari karya-karya modern lainnya.

Kemenangan “The Brutalist” di Golden Globe Awards 2025 semakin mengukuhkan statusnya sebagai film dengan kualitas tinggi, dan menghantarkan Brady Corbet, serta seluruh tim yang terlibat, ke puncak kesuksesan dalam dunia perfilman internasional.

Deretan Film Indonesia Siap Menghibur Januari 2025, Horor Jadi Daya Tarik Utama

Jakarta – Memasuki tahun baru 2025, sejumlah film Indonesia siap meramaikan bioskop di seluruh Tanah Air. Beragam genre menarik seperti fantasi, horor, drama, romansa, hingga olahraga hadir untuk memanjakan pecinta sinema. Berikut ini adalah deretan film yang dijadwalkan tayang sepanjang Januari 2025:

  1. Zanna: Kisah di Pulau Vulkanik
    Film animasi ini menghadirkan petualangan magis Zanna, seorang gadis yang terpisah dari keluarganya dan menemukan dunia penuh keajaiban. Bersama dua peri, Zanna berjuang untuk kembali ke rumah. Film ini tayang mulai 2 Januari 2025.
  2. Utusan Iblis
    Kisah menegangkan ini mengikuti psikiater Olivia yang terlibat dalam kasus pembunuhan brutal melibatkan seorang wanita muda. Diwarnai elemen psikologi dan misteri, film ini tayang perdana pada 2 Januari.
  3. Almarhum
    Drama horor tentang keluarga yang mengalami teror setelah kehilangan anggota keluarga. Dibintangi Dimas Adhitya dan Rizky Hanggono, film ini hadir mulai 9 Januari 2025.
  4. Ambyar Mak Byar
    Happy Asmara memulai debut aktingnya dalam kisah tentang perjuangan band campursari “Konco Seneng” di tengah konflik cinta dan impian. Tayang mulai 9 Januari.
  5. Elang
    Film olahraga ini bercerita tentang dilema pemain sepak bola timnas Garuda yang dihadapkan pada pilihan besar. Dibintangi Ganindra Bimo, film ini akan tayang 9 Januari.
  6. Ketindihan
    Horor bertema atlet tenis yang menghadapi gangguan misterius. Haico Van der Veken tampil memukau dalam film yang tayang mulai 9 Januari.
  7. 1 Imam 2 Makmum
    Drama pernikahan yang menyentuh hati ini menggambarkan dilema seorang wanita yang menikahi pria yang masih mencintai mendiang istrinya. Film ini tayang mulai 16 Januari.
  8. Pengantin Setan
    Diadaptasi dari kisah viral, film horor ini mengangkat kisah rumah tangga yang diganggu makhluk gaib. Film ini tayang mulai 16 Januari.
  9. Bayang-Bayang Anak Jahanam
    Kisah tentang anak dengan kekuatan misterius yang membawa kehancuran. Dibintangi Taskya Namya, film ini hadir pada 16 Januari.
  10. Eva Pendakian Terakhir
    Diangkat dari kisah nyata, film ini mengisahkan tragedi pendakian gunung. Tayang mulai 23 Januari.
  11. Keajaiban Air Mata Wanita
    Film inspiratif yang diadaptasi dari buku “Rahasia Magnet Rezeki” ini akan tayang mulai 23 Januari.
  12. Sebelum 7 Hari
    Misteri dan supranatural mewarnai film ini yang tayang pada 23 Januari 2025.
  13. Mama
    Kisah haru seorang ayah yang berjuang melanjutkan hidup dengan anaknya, tayang mulai 23 Januari.
  14. Pengantin Iblis
    Drama horor tentang perjuangan seorang ibu demi anaknya yang menghadapi kondisi sulit. Film ini tayang mulai 26 Januari.

Januari 2025 menjadi bulan penuh warna bagi perfilman Indonesia, menghadirkan cerita-cerita yang mampu memikat penonton dari berbagai latar belakang. Jangan lewatkan kesempatan menyaksikan deretan film ini di bioskop terdekat!

Film Drama Indonesia ‘2nd Miracle In Cell No. 7’ Tembus 1 Juta Penonton, Ini Kata Rumah Produksi!

Film drama Indonesia 2nd Miracle In Cell No. 7 berhasil meraih pencapaian spektakuler dengan menembus angka 1 juta penonton sejak tayang perdana di bioskop pada 25 Desember 2024. Kabar gembira ini diumumkan langsung oleh Falcon Pictures, rumah produksi film ini, melalui akun Instagram resminya pada Kamis (2/1/2025). Mereka mengucapkan terima kasih kepada semua penonton yang telah berbagi tawa dan air mata setelah menyaksikan film yang mengharukan ini.

2nd Miracle In Cell No. 7 menjadi film Indonesia ke-20 yang berhasil mencapai angka 1 juta penonton. Tidak hanya itu, film yang disutradarai oleh Herwin Novianto ini juga masuk dalam daftar film drama Indonesia kedelapan yang menembus angka tersebut. Kesuksesan ini menambah panjang daftar film Indonesia yang berhasil meraih pencapaian luar biasa di pasar domestik, termasuk beberapa judul drama sukses lainnya seperti Ipar Adalah Maut, Bila Esok Ibu Tiada, Home Sweet Loan, dan Ancika: Dia yang Bersamaku 1995.

Selain 2nd Miracle In Cell No. 7, film Indonesia lain yang turut meraih pencapaian tinggi pada tahun 2024 adalah Panggonan Wingit 2: Miss K. Film ini, yang dirilis bersamaan dengan 2nd Miracle In Cell No. 7, juga menunjukkan potensi besar untuk bergabung dalam daftar film dengan lebih dari 1 juta penonton. Hingga saat ini, Panggonan Wingit 2: Miss K sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 700.000 penonton, dan diprediksi akan terus bertambah.

Kesuksesan yang diraih oleh film-film Indonesia di tahun 2024 ini menjadi bukti bahwa industri perfilman Tanah Air semakin berkembang dan mendapatkan tempat di hati penonton. Para sineas Indonesia semakin berhasil menghadirkan karya-karya yang mengangkat cerita emosional dan dramatis, yang tidak hanya menarik minat masyarakat, tetapi juga mampu bersaing dengan produksi luar negeri.

Dengan pencapaian yang luar biasa ini, 2nd Miracle In Cell No. 7 telah mencatatkan dirinya sebagai salah satu film drama Indonesia yang tak hanya sukses secara komersial, tetapi juga menyentuh emosi banyak penonton, membuktikan kekuatan cerita lokal yang mampu memikat hati.

Mengenal ZANNA: Whisper of Volcano Isle – Film Animasi Penuh Keajaiban dan Tantangan

Film animasi ZANNA: Whisper of Volcano Isle kini resmi tayang di bioskop Indonesia sejak Kamis (2/1/2025). Diproduksi oleh MNC Animation dan MNC Pictures, film ini berhasil menarik perhatian karena menggabungkan visual yang memukau dengan alur cerita penuh petualangan dan nilai moral yang kuat. Pengisi suara ternama seperti Robby Purba, Alya Nurshabrina, Ghea Indrawari, Brooklyn Alif Rea, dan Ayu Dyah Pasha turut berpartisipasi dalam menghadirkan karakter-karakter yang hidup dalam film ini.

ZANNA: Whisper of Volcano Isle mengisahkan perjalanan seorang gadis bernama Zanna yang terpisah dari keluarganya. Dalam pencarian untuk menemukan keluarganya, Zanna tanpa sengaja terjatuh ke dunia yang penuh dengan keajaiban dan tantangan. Di sana, ia bertemu dengan dua peri, Dinda dan Novi, yang membantunya mengatasi segala rintangan. Namun, perjalanan Zanna tidak semudah yang dibayangkan. Ia harus menghadapi pasukan musuh yang berusaha menggagalkan misinya.

Film ini tidak hanya menawarkan hiburan visual, tetapi juga mengandung pesan-pesan moral yang dalam. Alya Nurshabrina, yang mengisi suara untuk karakter Zanna, mengungkapkan harapannya agar film ini dapat memberikan inspirasi kepada para penonton. “Semoga penonton bisa mengambil banyak pelajaran dari film ini, menanamkan pesan-pesannya, dan menumbuhkan semangat untuk mengerjakan apa pun dengan tekad dan keberanian,” kata Alya dalam siaran pers yang diterima pada Kamis.

Selain kisah yang mendalam, ZANNA: Whisper of Volcano Isle juga menawarkan promo spesial bagi para penggemar film animasi. Penonton bisa menikmati promo buy 1 get 1 free di sejumlah bioskop ternama seperti Cinema XXI, CGV, dan Cinepolis. Dengan adanya promo ini, film ini menjadi pilihan yang menarik bagi keluarga dan pecinta film animasi Indonesia.

Sebagai sebuah karya yang sarat dengan nilai-nilai positif, ZANNA: Whisper of Volcano Isle tidak hanya dapat menjadi hiburan semata, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang keberanian, persahabatan, dan semangat untuk menghadapi tantangan hidup. Bagi Anda yang ingin merasakan keajaiban dunia Zanna, pastikan untuk menyaksikan film ini di bioskop terdekat.