Jadwal Tayang Demon Slayer: Infinity Castle di Indonesia

Penggemar Demon Slayer (Kimetsu no Yaiba) kini bersiap menyambut salah satu arc terbesar dalam serial ini, yaitu Infinity Castle Arc. Berbeda dengan adaptasi sebelumnya seperti di To the Swordsmith Village dan To the Hashira Training, kali ini arc tersebut akan diubah menjadi trilogi film yang penuh aksi dan ketegangan.

Film pertama dari trilogi ini dijadwalkan tayang di berbagai negara mulai Agustus 2025, dengan tanggal rilis yang bervariasi tergantung wilayah.

Infinity Castle Trilogy akan memberikan pengalaman sinematik yang mendalam, mirip dengan kesuksesan Mugen Train pada tahun 2020. Film ini akan menjadi fitur mandiri tanpa recap episode, memberi kesempatan kepada penonton untuk merasakan keseluruhan cerita dari arc ini. Dengan animasi luar biasa dari studio ufotable, pertarungan epik, dan pengembangan karakter yang mendalam, trilogi ini pasti akan memukau para penggemar.

Tanggal rilis Demon Slayer: Infinity Castle di Indonesia dan global
Berikut adalah daftar tanggal rilis lengkap untuk Demon Slayer: Infinity Castle di berbagai negara:

  • 14 Agustus 2025: Malaysia, Singapura, Pakistan
  • 15 Agustus 2025: Kamboja, Indonesia, Vietnam
  • 20 Agustus 2025: Filipina
  • 11 September 2025: Meksiko, Chili, Peru, Argentina, Bolivia, Brasil, Karibia (Jamaika, Aruba, Suriname, Trinidad & Tobago, Curaçao), Amerika Tengah, Kolombia, Republik Dominika, Ekuador, Paraguay, Uruguay, Venezuela, Australia, Selandia Baru, Thailand, Armenia, Azerbaijan, Bahrain, Kroasia, Republik Ceko, Denmark, Mesir, Ethiopia, Georgia, Yunani, Hungaria, Islandia, Irak, Israel, Italia, Yordania, Kazakhstan, Kuwait, Lebanon, Lituania, Makedonia, Belanda, Oman, Portugal, Qatar, Arab Saudi, Serbia, Slovakia, Slovenia, Swiss (berbahasa Italia), Suriah, Ukraina, Uni Emirat Arab
  • 12 September 2025: India, Mongolia, Spanyol, Bulgaria, Estonia, Finlandia, Kenya, Latvia, Nigeria, Norwegia, Polandia, Rumania, Afrika Selatan, Swedia, Turki, Inggris
  • 17 September 2025: Belgia, Prancis, wilayah berbahasa Prancis di Afrika, Luksemburg, Swiss (berbahasa Prancis)
  • 18 September 2025: Moldova
  • 25 September 2025: Austria, Jerman, Swiss (berbahasa Jerman)

Film ini akan tersedia dalam versi subtitle dan dubbing, serta dapat dinikmati dalam format premium seperti IMAX untuk pengalaman menonton yang lebih imersif.

Apa yang terjadi dalam Demon Slayer: Infinity Castle?

Setelah melalui berbagai pertempuran sengit dan pelatihan keras bersama para Hashira (pembasmi iblis elit), Tanjiro dan teman-temannya akhirnya siap menghadapi ancaman terbesar mereka: Muzan Kibutsuji, iblis terkuat yang bertanggung jawab atas penderitaan keluarga Tanjiro dan Nezuko.

Namun, saat pertempuran dengan Muzan terjadi di markas keluarga Ubuyashiki, pemimpin Demon Slayer Corps, tiba-tiba mereka semuanya terlempar ke dalam Infinity Castle, benteng misterius yang diciptakan oleh Nakime, iblis tingkat atas (Upper Moon).

Infinity Castle adalah sebuah tempat yang sangat besar dan penuh dengan labirin, ruang yang terus berubah, serta berbagai bahaya yang mengintai di setiap sudutnya. Inilah tempat di mana pertempuran terakhir antara Demon Slayer dan Upper Moon akan terjadi.

Finale Solo Leveling Season 2: Menanti Klimaks yang Epik!

Setelah klimaks luar biasa dalam arc Jeju Raid, anime Solo Leveling kini bersiap menutup Season 2 dengan episode pamungkas yang sangat dinantikan.

Para penggemar menahan napas menantikan akhir musim ini yang akan tayang minggu depan. Untuk menambah antusiasme, Aniplex merilis trailer terbaru yang menggambarkan sejauh mana Jinwoo telah berkembang dalam perjalanannya hingga titik ini.

Akhir Musim dan Pertanyaan Fans: Apakah Episode Terakhir Berdurasi Satu Jam?

Di episode ke-12 Season 2, Jinwoo berhasil mengalahkan Ant King—salah satu momen paling menentukan dalam seluruh seri sejauh ini. Kemenangan ini bukan hanya menjadi penutup arc besar, tapi juga simbol perkembangan pesat Jinwoo sebagai karakter utama.

Kilasan Perjalanan Jinwoo: Dari Hunter Rank-E ke Rank-S

Trailer baru yang berdurasi satu menit memperlihatkan kembali sejumlah adegan penting dari awal petualangan Jinwoo, termasuk ketika dia nyaris kehilangan nyawa di Double Dungeon sebagai hunter rank-E, hingga pertarungan klimaksnya sebagai hunter rank-S melawan Ant King di Pulau Jeju.

Diiringi lagu “To the Top” karya Hiroyuki Sawano, trailer ini menampilkan adegan ikonik seperti duel melawan Kasaka, perubahan job, dan pertarungan melawan Igris, Kargalgan, Baran, hingga Elf Es—semua membentuk narasi pertumbuhan Jinwoo.

Dominasi Jinwoo di Jeju: Tidak Ada Hunter Rank-S Lain yang Setara

Pertarungan melawan Raja Semut bukan sekadar kemenangan bagi Jinwoo, tetapi juga bukti bahwa dia kini berada di puncak kekuatan. Bahkan, tidak satu pun hunter rank-S lain—termasuk Goto Ryuji dari Jepang—mampu menandingi kekuatan Ant King seperti yang dilakukan Jinwoo.

Apa yang Akan Terjadi di Episode Terakhir Season 2?

Meskipun ancaman terbesar di Jeju telah dikalahkan, masih banyak misteri yang menanti di episode final. Apa tantangan berikutnya bagi Jinwoo? Apakah dunia akan menghadirkan musuh baru yang lebih kuat?

Episode terakhir ini diharapkan bisa menjawab semua pertanyaan dan memberikan penutup memuaskan bagi perjalanan Jinwoo selama Season 2.

Nostalgia dan Penantian

Trailer terbaru tak hanya membangun ekspektasi tinggi untuk penutup musim, tapi juga mengajak penonton mengenang perjalanan epik seorang pria biasa yang tumbuh menjadi hunter terkuat. Dari titik terendah sebagai rank-E hingga puncak kekuatan sebagai rank-S, kisah Jinwoo menjadi inspirasi dan tontonan penuh aksi yang tak terlupakan.


Jika kamu mau versi yang lebih ringkas atau cocok untuk media sosial, saya juga bisa bantu. Mau dicoba?

Setelah klimaks luar biasa dalam arc Jeju Raid, anime Solo Leveling kini bersiap menutup Season 2 dengan episode pamungkas yang sangat dinantikan.

Para penggemar menahan napas menantikan akhir musim ini yang akan tayang minggu depan. Untuk menambah antusiasme, Aniplex merilis trailer terbaru yang menggambarkan sejauh mana Jinwoo telah berkembang dalam perjalanannya hingga titik ini.

Akhir Musim dan Pertanyaan Fans: Apakah Episode Terakhir Berdurasi Satu Jam?

Di episode ke-12 Season 2, Jinwoo berhasil mengalahkan Ant King—salah satu momen paling menentukan dalam seluruh seri sejauh ini. Kemenangan ini bukan hanya menjadi penutup arc besar, tapi juga simbol perkembangan pesat Jinwoo sebagai karakter utama.

Kilasan Perjalanan Jinwoo: Dari Hunter Rank-E ke Rank-S

Trailer baru yang berdurasi satu menit memperlihatkan kembali sejumlah adegan penting dari awal petualangan Jinwoo, termasuk ketika dia nyaris kehilangan nyawa di Double Dungeon sebagai hunter rank-E, hingga pertarungan klimaksnya sebagai hunter rank-S melawan Ant King di Pulau Jeju.

Diiringi lagu “To the Top” karya Hiroyuki Sawano, trailer ini menampilkan adegan ikonik seperti duel melawan Kasaka, perubahan job, dan pertarungan melawan Igris, Kargalgan, Baran, hingga Elf Es—semua membentuk narasi pertumbuhan Jinwoo.

Dominasi Jinwoo di Jeju: Tidak Ada Hunter Rank-S Lain yang Setara

Pertarungan melawan Raja Semut bukan sekadar kemenangan bagi Jinwoo, tetapi juga bukti bahwa dia kini berada di puncak kekuatan. Bahkan, tidak satu pun hunter rank-S lain—termasuk Goto Ryuji dari Jepang—mampu menandingi kekuatan Ant King seperti yang dilakukan Jinwoo.

Apa yang Akan Terjadi di Episode Terakhir Season 2?

Meskipun ancaman terbesar di Jeju telah dikalahkan, masih banyak misteri yang menanti di episode final. Apa tantangan berikutnya bagi Jinwoo? Apakah dunia akan menghadirkan musuh baru yang lebih kuat?

Episode terakhir ini diharapkan bisa menjawab semua pertanyaan dan memberikan penutup memuaskan bagi perjalanan Jinwoo selama Season 2.

Nostalgia dan Penantian

Trailer terbaru tak hanya membangun ekspektasi tinggi untuk penutup musim, tapi juga mengajak penonton mengenang perjalanan epik seorang pria biasa yang tumbuh menjadi hunter terkuat. Dari titik terendah sebagai rank-E hingga puncak kekuatan sebagai rank-S, kisah Jinwoo menjadi inspirasi dan tontonan penuh aksi yang tak terlupakan.

Musim Semi Perfilman: Dua Permata Sinematik yang Menggetarkan Jiwa

Musim semi selalu menjadi waktu yang menarik bagi perfilman: saat gemerlap Oscar telah usai dan deretan blockbuster musim panas belum sepenuhnya hadir, film-film dengan kualitas tinggi mulai bermunculan. Tahun ini, periode ini memberikan lebih dari sekadar hiburan ringan—ada setidaknya dua film yang diprediksi akan terus dibicarakan hingga akhir tahun. Salah satunya adalah The Shrouds karya David Cronenberg. Meski sebagai thriller ia terasa kurang solid secara plot, film ini menyimpan kedalaman emosional yang kuat. Vincent Cassel memerankan Karsh, seorang pria yang masih larut dalam duka atas kematian istrinya, diperankan Diane Kruger dalam berbagai mimpi. Karsh menciptakan kain kafan istimewa yang memungkinkan orang hidup menyaksikan pembusukan jenazah secara langsung, menciptakan kedekatan fisik yang aneh namun mengharukan. Ia bahkan membuka kompleks pemakaman lengkap dengan restoran mewah, menambah lapisan ironi khas Cronenberg. Ketika kompleks itu dirusak, Karsh dan keluarganya berusaha mengungkap dalangnya, sembari ia sendiri perlahan mencoba kembali ke kehidupan.

Film kedua yang mencuri perhatian adalah Warfare, hasil kolaborasi antara sutradara Ex Machina, Alex Garland, dan veteran Perang Irak, Ray Mendoza. Film ini merekonstruksi kejadian nyata di Ramadi pada 2006, ketika sekelompok Navy SEAL menghadapi serangan mendadak dari al-Qaeda. Cosmo Jarvis memerankan Elliott Miller, salah satu prajurit yang mengalami luka berat. Cerita dituturkan dalam waktu nyata, menawarkan pengalaman mendebarkan dan emosional. Mendoza menciptakan film ini sebagai “potret hidup” bagi Miller, yang tak bisa mengingat kejadian tersebut. Warfare berhasil menjadi karya yang brutal namun indah secara visual, mempersembahkan penghormatan yang kuat bagi mereka yang pernah berperang.

“5 Film Horor di Prime Video yang Wajib Tonton untuk Penggemar Adrenalin Tinggi”

Bagi kamu yang penggemar film horor, Prime Video memiliki beragam pilihan yang siap membuat bulu kuduk merinding. Berikut adalah lima rekomendasi film horor yang harus masuk dalam daftar tontonanmu.

“Totally Killer” mengisahkan Jamie, seorang remaja yang secara tak sengaja terlempar ke tahun 1987 setelah bertemu dengan seorang pembunuh berantai yang dikenal sebagai Sweet Sixteen Killer. Pembunuh ini kembali muncul setelah 35 tahun dan mengincar korban berikutnya. Dalam upaya menghentikan aksi sang pembunuh, Jamie justru bertemu dengan ibunya yang masih muda dan berusaha mencegah tragedi mengerikan ini.

Berikutnya, “Thanksgiving” membawa kisah mencekam tentang serangkaian pembunuhan yang mengguncang kota Plymouth, Massachusetts. Semua berawal dari tragedi Black Friday yang menyebabkan banyak korban jiwa, dan setahun setelahnya, muncul sosok pembunuh misterius yang memburu mereka yang terlibat dalam kekacauan tersebut.

“The Manor” mengisahkan Judith Albright, seorang wanita tua yang pindah ke panti jompo hanya untuk menemukan bahwa tempat tersebut menyimpan banyak rahasia kelam. Kejadian-kejadian aneh mengganggu Judith yang berusaha melarikan diri dari tempat tersebut, namun ia terjebak dalam sebuah siklus kematian yang misterius.

“Hostel” mengikuti tiga remaja yang mencari petualangan di Eropa, namun mereka malah terjebak dalam sebuah jaringan penyiksaan manusia yang mengerikan setelah tiba di penginapan yang terlihat menarik namun ternyata berubah menjadi mimpi buruk.

Terakhir, “Dead Silence” menceritakan pasangan Jamie dan Lisa Ashen yang menerima paket misterius berisi boneka ventriloquist. Kejadian aneh pun mulai terjadi setelah Lisa bermain dengan boneka tersebut, yang mengarah pada terungkapnya misteri kelam tentang Mary Shaw dan kejadian mengerikan lainnya.

5 Momen Kematian Paling Mengharukan di Demon Slayer

Dunia Demon Slayer dipenuhi tragedi, di mana nyawa para pembasmi iblis selalu berada di ujung tanduk. Mereka bertarung melawan iblis-iblis mengerikan menggunakan pedang Nichirin, menyadari bahwa setiap pertarungan bisa jadi adalah yang terakhir dalam hidup mereka.

Karya Koyoharu Gotouge ini dikenal tidak segan menggambarkan kehilangan dan pengorbanan. Emosi yang kuat menjadi kekuatan utama serial ini, terbukti dari kesuksesan film Demon Slayer: Mugen Train, yang menyentuh hati penonton di seluruh dunia lewat kisah dan karakter-karakternya.

Baik itu para Hashira yang gagah berani maupun iblis yang menyimpan sisi manusiawi, kematian mereka selalu menyisakan luka mendalam. Berikut adalah lima momen perpisahan paling mengharukan di Demon Slayer yang dijamin akan membuat hatimu tersentuh.

1. Kyojuro Rengoku – Api yang Menyala Sebentar, Namun Terang

Sebagai Hashira Api, Kyojuro adalah lambang semangat, kehormatan, dan tekad. Karakternya yang penuh semangat dan hati yang bersih membuatnya dicintai oleh rekan-rekan serta penonton.

Dalam Arc Mugen Train, ia menghadapi Akaza, salah satu iblis terkuat, setelah mengalahkan Enmu. Meski menunjukkan keberanian luar biasa, Kyojuro gugur di medan laga. Di saat-saat terakhirnya, ia tetap tersenyum dan memberikan dorongan semangat kepada Tanjiro, menjadikan kepergiannya sebagai salah satu momen paling emosional dalam serial ini.

2. Muichiro Tokito – Cahaya yang Padam Terlalu Cepat

Muichiro, Hashira Kabut, adalah sosok jenius yang menjadi pilar di usia sangat muda. Meskipun terlihat dingin, ia menyimpan kenangan mendalam akan saudara kembarnya, Yuichiro, yang menjadi sumber kekuatan batinnya.

Dalam pertarungan di Arc Infinity Castle, ia melawan Kokushibo bersama Sanemi dan Genya. Walau menderita luka serius, Muichiro berhasil memberikan serangan penting yang menjadi kunci kemenangan mereka. Tragisnya, ia kehilangan nyawa tepat saat mulai memahami tujuan dan jati dirinya.

3. Shinobu Kocho – Pengorbanan Demi Keadilan

Shinobu, Hashira Serangga, memiliki cara bertarung yang berbeda karena fisiknya tak sekuat Hashira lain. Ia menggunakan racun wisteria untuk melawan iblis, dan menyimpan dendam mendalam terhadap Doma, pembunuh kakaknya.

Mengetahui dirinya tak mampu menang secara fisik, Shinobu menyusun rencana berani: meracuni tubuhnya sendiri agar bisa melemahkan Doma saat ia diserap. Meski nyawanya melayang, pengorbanannya membuka jalan bagi Kanao dan Inosuke untuk mengalahkan Doma, menjadikannya pahlawan yang gugur dengan kehormatan.

4. Obanai & Mitsuri – Cinta yang Terlambat Terungkap

Obanai Iguro dan Mitsuri Kanroji, masing-masing Hashira Ular dan Hashira Cinta, memiliki ikatan perasaan yang mendalam namun tak sempat mereka wujudkan di dunia ini.

Dalam pertarungan hidup dan mati melawan Muzan, keduanya terluka parah dan menyadari bahwa akhir sudah dekat. Dalam momen terakhir mereka, Mitsuri menangis karena tak bisa menikmati waktu bersama Obanai, namun ia diyakinkan bahwa di kehidupan berikutnya, mereka akan bersama tanpa pertempuran dan penderitaan.

5. Akaza – Penyesalan Seorang Iblis

Akaza mungkin dikenal karena membunuh Rengoku, tetapi kisah masa lalunya sebagai manusia bernama Hakuji menghadirkan sudut pandang yang menyentuh. Sebelum menjadi iblis, ia hanya ingin melindungi orang-orang yang ia sayangi.

Dalam pertarungan terakhir, ketika ia melawan Tanjiro dan Giyu, ingatannya kembali dan ia sadar akan segala dosa yang telah ia lakukan. Akaza akhirnya memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri, sebuah tindakan langka di antara para iblis, yang membuat kematiannya terasa penuh makna dan penebusan.

Demon Slayer bukan sekadar kisah tentang membasmi iblis. Ia juga bercerita tentang harapan, pengorbanan, dan kemanusiaan di tengah kegelapan. Kematian dalam serial ini bukan hanya kehilangan, tetapi juga pelajaran dan sumber kekuatan bagi mereka yang masih hidup.

Malam Film Seru di Bulan Mei: 7 Film Terbaik yang Hadir di Max

Jika Anda sedang mencari tontonan seru untuk malam film di bulan Mei, Max punya banyak pilihan menarik untuk Anda. Salah satu yang wajib ditonton kembali adalah The Goonies, karya legendaris dari Steven Spielberg, Chris Columbus, dan Richard Donner. Film petualangan ini mengisahkan sekelompok sahabat di Astoria, Oregon, yang berusaha menyelamatkan rumah mereka dengan mencari harta karun bajak laut One-Eyed Willy. Diperankan oleh Sean Astin, Josh Brolin, Ke Huy Quan, dan lainnya, The Goonies kini makin populer setelah kabar tentang sekuelnya dikonfirmasi.

Bagi pencinta horor, The Shining karya Stanley Kubrick siap memberikan pengalaman menegangkan. Film ini mengikuti Jack Torrance, seorang penulis yang menjadi penjaga hotel terpencil di musim dingin, di mana perlahan-lahan ia kehilangan akal sehat. Diperankan oleh Jack Nicholson dan Shelley Duvall, The Shining kini dikenal sebagai salah satu film horor terbaik sepanjang masa.

Pilihan lain adalah Adult Best Friends, sebuah komedi hangat tentang persahabatan masa dewasa, dan The Whale, film mengharukan tentang seorang profesor yang berusaha memperbaiki hubungannya dengan putrinya. Anda juga bisa menikmati Where the Crawdads Sing, drama penuh misteri tentang seorang gadis yang tumbuh sendirian di rawa. Untuk drama mendalam, The Brutalist mengangkat kisah seorang arsitek penyintas Holocaust yang berjuang membangun kembali hidupnya di Amerika. Terakhir, Mountainhead, komedi satir dari kreator Succession, membawa kisah para miliarder di tengah krisis ekonomi yang mendalam.

Scopper Gaban vs Rayleigh: Siapa yang Lebih Kuat di One Piece?

Scopper Gaban, salah satu anggota inti dari Bajak Laut Roger, kembali mencuri perhatian setelah kemunculannya di arc Elbaf. Kehadirannya memicu perdebatan di kalangan penggemar mengenai siapa yang lebih kuat di antara dirinya dan Silvers Rayleigh, sesama tangan kanan dan kiri Raja Bajak Laut. Sementara Rayleigh sudah memperlihatkan kekuatan luar biasa, Gaban baru memperlihatkan sedikit potensi kekuatannya dalam cerita ini.

Rayleigh pernah menunjukkan kemampuannya saat menghadapi Admiral Kizaru di Kepulauan Sabaody, meskipun sudah berusia lanjut. Dia mampu bertahan melawan Kizaru dengan mudah, bahkan tanpa membutuhkan bantuan. Rayleigh sangat mahir menguasai ketiga jenis Haki, yang semakin memperkuat reputasinya sebagai salah satu pejuang legendaris. Di sisi lain, Gaban belum sepenuhnya menunjukkan kekuatannya, namun sedikit apa yang telah diperlihatkan menunjukkan potensi luar biasa. Gaban mampu mengangkat kunci besar dan menghancurkan menara kastil tanpa kesulitan. Keahliannya dalam Haki Observasi dan Busoshoku juga patut diacungi jempol, bahkan kemampuannya dalam merasakan keberadaan musuh seperti God’s Knights menunjukkan penguasaan yang sangat tinggi dalam bidang tersebut.

Walau Rayleigh dikenal sebagai tangan kanan Roger, status tersebut tidak otomatis menjadikannya lebih kuat daripada Gaban. Tangan kanan dan kiri dalam banyak budaya, termasuk di dunia One Piece, biasanya memiliki kekuatan yang setara. Kedua karakter ini mungkin memiliki pendekatan bertarung yang berbeda, namun tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya berada pada level kekuatan yang sangat tinggi. Dengan perkembangan cerita yang semakin intens di Elbaf, Gaban akan semakin diuji, terutama dalam menghadapi God’s Knights yang jahat.

Aksi Polisi Pastel Kembali Hidup: Joseph Kosinski Siap Garap Film “Miami Vice” Baru

Sutradara kenamaan Joseph Kosinski dikabarkan sedang menggarap film adaptasi terbaru dari “Miami Vice” yang diproduksi oleh Universal Pictures. Menurut laporan dari The Hollywood Reporter pada Senin (28/4), naskah film ini dikerjakan oleh Dan Gilroy, berdasarkan versi sebelumnya yang ditulis oleh Eric Warren Singer. Proyek ini juga melibatkan Dylan Clark, produser di balik film “Batman”, yang turut memproduksi lewat Dylan Clark Productions, sementara Kosinski memproduksi melalui perusahaannya, Monolith.

“Miami Vice” sendiri bermula sebagai serial televisi populer pada era 1980-an, yang diciptakan oleh Anthony Yerkovich. Serial ini mengisahkan dua detektif Miami yang menyamar, diperankan oleh Don Johnson dan Philip Michael Thomas. Serial ini dikenal karena gaya visualnya yang ikonik, seperti penggunaan setelan pastel dan atmosfer kota Miami yang mencolok. Produser eksekutif Michael Mann pernah mengatakan bahwa serial ini diciptakan untuk menjadi terobosan dari format TV yang sudah ada sebelumnya.

Adaptasi layar lebar “Miami Vice” sebelumnya telah dirilis pada tahun 2006 dan dibintangi oleh Jamie Foxx serta Colin Farrell. Film tersebut disutradarai oleh Michael Mann dan sukses meraih pendapatan global sebesar 163,7 juta dolar AS. Meskipun proyek ini telah dikerjakan Kosinski sejak tahun lalu, film “Miami Vice” bukanlah proyek terdekatnya. Ia saat ini tengah terlibat dalam berbagai proyek besar, termasuk film konspirasi bertema UFO yang akan diproduksi Apple, serta drama balap Formula 1 yang dibintangi Brad Pitt yang dijadwalkan rilis pada Juni.

Kosinski kini dikenal sebagai salah satu sutradara paling dicari di Hollywood berkat karya-karyanya seperti “Top Gun: Maverick”, “Tron: Legacy”, dan “Oblivion”. Kembalinya “Miami Vice” ke layar lebar di bawah arahannya diharapkan akan menghadirkan sentuhan modern namun tetap mempertahankan nuansa khas dari warisan aslinya.

Siapa Hashira Paling Kuat di Demon Slayer?

Dalam dunia Demon Slayer, Hashira merupakan kelompok pendekar pedang terhebat yang telah menguasai berbagai teknik pernapasan, memungkinkan mereka mencapai kekuatan dan kecepatan yang luar biasa.

Di antara banyak prajurit di Korps Pembunuh Iblis, hanya satu orang yang dikenal sebagai Hashira terkuat — Gyomei Himejima. Yang lebih menakjubkan lagi, karakter ini adalah seorang tuna netra.

Mari kita telusuri lebih dalam mengenai kemampuan Stone Hashira, pilar yang menjulang tinggi dengan sifat yang unik. Kami akan mengulas kekuatannya serta mengapa dia dianggap sebagai Hashira terkuat dalam Demon Slayer.

Tidak perlu menunggu lama untuk Demon Slayer Season 5, berikut adalah alasan mengapa Gyomei Himejima dianggap sebagai Hashira terkuat.

Mengapa Gyomei Himejima adalah Hashira terkuat di Demon Slayer?

Hashira adalah sembilan prajurit elit yang memiliki keterampilan pedang luar biasa di dalam Korps Pembunuh Iblis. Mereka memiliki tekad yang kuat untuk menghapus keberadaan iblis dari dunia, dan karena itu, mereka mengabdikan diri untuk menyempurnakan teknik bertarung mereka tanpa henti.

Melalui latihan yang keras dan pertempuran tanpa akhir, mereka telah berkembang menjadi kekuatan yang hampir tak terkalahkan, serta dihormati dan ditakuti oleh banyak orang.

Jika Yoriichi Tsugikuni dianggap sebagai pembunuh iblis terkuat dalam sejarah, maka Gyomei Himejima adalah Hashira terkuat yang ada dalam kisah ini.

Gyomei Himejima, Sang Titan dengan Penglihatan yang Hilang

Gyomei memiliki tubuh raksasa dengan tinggi sekitar 220 cm dan tubuh yang sangat kekar. Namun, kekuatannya tidak hanya terletak pada ukuran fisiknya.

Sejak kecil, Gyomei kehilangan penglihatannya, yang membuatnya mengembangkan teknik konsentrasi luar biasa untuk memfokuskan energinya pada tingkat yang sangat tinggi.Selain itu, dengan memanfaatkan emosinya, dia mampu mencapai kesadaran yang lebih tajam, yang memungkinkannya merespons gerakan lawan dengan cepat dan mengantisipasi serangan mereka.

Alih-alih menggunakan katana, Gyomei memanfaatkan tongkat batu besar yang dipukulkan dengan kecepatan dan akurasi yang luar biasa. Dengan menggunakan Teknik Pernapasan Batu, ia dapat memperkuat serangannya dengan kekuatan bumi.

Menjadi Pembunuh Iblis Terkuat

Pada Chapter 134 manga, khususnya di Arc Pelatihan Hashira, Tanjiro Kamado dan Inosuke Hashibira sepakat bahwa Stone Hashira adalah pembunuh iblis paling kuat yang mereka temui.

Pada awal Arc Infinity Castle, pemimpin Korps Pembunuh Iblis, Ubuyashiki Kagaya, hanya mempercayakan rencana jebakan untuk mengalahkan Muzan Kibutsuji kepada Gyomei.

Gyomei berbeda dari para Hashira lainnya berkat tekadnya yang tak tergoyahkan.Meskipun menghadapi iblis-iblis terkuat dalam serial ini, dia tetap berkomitmen untuk melindungi umat manusia dari ancaman kejahatan.

Bahkan iblis-iblis tingkat atas yang dapat menyembuhkan diri mereka dalam sekejap pun terkejut oleh besarnya kerusakan yang bisa diberikan oleh Hashira terkuat ini. Kekuatan fisiknya yang luar biasa memungkinkan dia bertahan meskipun menerima serangan paling mematikan sekalipun, sementara konsentrasinya yang tak goyah membuatnya mampu bertahan dalam pertempuran yang sangat sengit.

Finn Wolfhard Refleksikan Pengalaman Bekerja dengan Willem Dafoe di The Legend of Ochi

Finn Wolfhard selalu mengagumi bakat luar biasa Willem Dafoe, namun saat mereka pertama kali bekerja bersama dalam The Legend of Ochi, ia tidak bisa menghindari untuk melihat Dafoe melalui peran ikoniknya — Norman Osborn dari Spider-Man. Wolfhard, yang berusia 22 tahun, mengingat bagaimana awalnya ia kesulitan untuk tidak membayangkan Dafoe sebagai Green Goblin yang terkenal, karakter yang diperankannya dalam film Spider-Man 2002, dan sekali lagi dalam Spider-Man: No Way Home di 2021, bersama aktor Spider-Man lainnya seperti Tobey Maguire dan Tom Holland.

Dalam The Legend of Ochi, sebuah film A24, Wolfhard dan Dafoe berbagi layar dalam sebuah petualangan yang mengikuti seorang gadis muda (yang diperankan oleh Helena Zengel) yang harus mengembalikan makhluk hutan yang ditakuti ke keluarganya. Mengenang waktunya bersama Dafoe, Wolfhard mengungkapkan bagaimana ia terus terkesan dengan suara khas aktor tersebut. “Setiap kali saya mendengar suaranya, saya akan berpikir, ‘Ya Tuhan! Dia nyata,’” kata Wolfhard, mencatat dampak bertahan dari nada vokal Dafoe yang ikonik dan kemampuan aktingnya yang legendaris.

Wolfhard juga memiliki kesempatan untuk menggali pengalaman Dafoe di dunia teater pada tahun 70-an dan 80-an di New York. Percakapan-percakapan ini membantu Wolfhard mendapatkan wawasan yang sangat berharga tentang seni akting. “Saya benar-benar bisa menonton dia, dan melalui menontonnya, saya merasa seperti belajar banyak tentang akting dan seni itu,” kenangnya Wolfhard, menambahkan bahwa hasrat Dafoe terhadap seni akting sangat terlihat di setiap momennya.

The Legend of Ochi kini sudah tayang di bioskop, menampilkan dinamika kuat antara kedua aktor tersebut.