Solo Leveling Geser One Piece, Kini Jadi Anime Paling Populer!

Serial Solo Leveling musim kedua resmi dimulai dengan Arc Jeju Island, yang menjadi salah satu bagian paling krusial dalam alur cerita. Kini, hanya tersisa dua episode sebelum musim ini berakhir.

Di musim pertama, Sung Jinwoo akhirnya mendapatkan kekuatan sebagai Necromancer. Sementara di musim kedua, ia telah resmi menjadi Hunter S-Rank ke-10 di Korea Selatan.

Perjalanan Sung Jinwoo semakin epik setelah berhasil menaklukkan Istana Iblis dan memperoleh ramuan penyembuh untuk ibunya. Sementara itu, para Hunter dari dua negara bersatu untuk menghadapi Ant King setelah sebelumnya berhasil mengalahkan Ant Queen. Sayangnya, Dungeon Break yang terjadi menyebabkan tragedi besar dan menewaskan banyak Hunter.

Popularitas Solo Leveling Melonjak

Tren Solo Leveling semakin menjadi sorotan di kalangan penggemar anime. Di platform streaming Crunchyroll, anime ini berhasil menarik lebih dari 594,6 ribu penonton, sedikit lebih tinggi dibandingkan One Piece, yang mencapai 594,4 ribu penonton.

Adaptasi anime yang dikerjakan oleh A-1 Pictures mendapatkan banyak pujian dari para penggemar. Beberapa bahkan membandingkannya dengan Tower of God dan God of High School, yang dinilai memiliki perbedaan mencolok dengan versi aslinya.

Keunggulan Solo Leveling terletak pada kualitas animasi yang memukau, soundtrack orisinal, desain karakter yang detail, serta koreografi aksi yang apik. Hal ini membuatnya menjadi salah satu adaptasi manhwa paling sukses yang memperluas jangkauan penggemar anime.

Di platform Crunchyroll, anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba menempati peringkat kedua, disusul oleh Jujutsu Kaisen di posisi ketiga.

Sebelum animenya tayang perdana pada Januari 2024, Solo Leveling memang sudah memiliki basis penggemar yang kuat. Sementara itu, anime besar lainnya seperti One Piece, Demon Slayer, dan Jujutsu Kaisen mengalami penurunan popularitas, karena saat ini mereka tidak sedang tayang. One Piece sempat mengalami hiatus selama enam bulan sejak Oktober 2024 dan dijadwalkan kembali pada 6 April 2024.

Di sisi lain, Demon Slayer akan merilis film terbaru di bioskop tahun ini, sementara jadwal rilis Jujutsu Kaisen Season 3 masih belum dikonfirmasi.

Adolescence: Drama Kejahatan Remaja yang Mengguncang, Terinspirasi Fakta?

Adolescence adalah serial terbaru dari Netflix yang mengangkat kisah kejahatan remaja. Drama asal Inggris ini merupakan karya terbaru dari Philip Barantini dan Stephen Graham setelah kesuksesan mereka dengan Boiling Point (2023).

Serial yang terdiri dari empat episode ini berfokus pada keluarga Miller, yang kehidupannya berubah drastis setelah Jamie (Owen Copper), anak bungsu mereka, ditangkap oleh pihak berwenang atas tuduhan pembunuhan.

Kisah dan Inspirasi di Balik Adolescence

Dalam serial ini, Stephen Graham tidak hanya berperan sebagai salah satu pemeran utama, tetapi juga ikut serta dalam proses kreatif sebagai co-kreator dan penulis bersama Jack Thorne. Ia mengungkapkan bahwa inspirasi cerita ini berasal dari berbagai pemberitaan mengenai kejahatan yang melibatkan anak muda, terutama yang berkaitan dengan penggunaan senjata tajam.

“Kami tidak mengambil kisah ini dari satu kejadian nyata tertentu, tetapi banyak laporan tentang anak-anak muda yang terlibat dalam insiden penusukan menjadi pemicu ide kami,” ungkap Graham dalam sebuah wawancara dengan Tudum.

Ia mengaku terkejut dengan banyaknya kasus serupa yang terus terjadi. “Saya berpikir, ‘Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa seorang anak bisa sampai tega melakukan tindakan seperti ini? Faktor apa saja yang memicunya?’”

Pendekatan Unik dalam Menceritakan Kejahatan Remaja

Dalam penggarapannya, Graham dan Thorne ingin menghadirkan perspektif yang lebih dekat dengan kehidupan keluarga biasa.

“Kami bisa saja membuat cerita tentang geng jalanan atau anak-anak yang berasal dari keluarga dengan latar belakang sulit, tetapi kami memilih pendekatan berbeda,” kata Graham.

Sebaliknya, mereka ingin menggambarkan sebuah keluarga yang tampak normal dan harmonis, sehingga penonton dapat merasa lebih terhubung dengan cerita yang disajikan. “Kami ingin penonton melihat keluarga ini dan berpikir, ‘Ini bisa saja terjadi pada siapa pun, bahkan kepada kita!’”

Dalam Adolescence, Stephen Graham memerankan karakter Eddie Miller, ayah dari Jamie (Owen Cooper) dan Lisa (Amelie Pease), serta suami dari Manda (Christine Tremarco). Ia berusaha menghadapi kenyataan pahit saat anak bungsunya berurusan dengan hukum, sambil berinteraksi dengan polisi Luke Bascombe (Ashley Walters), detektif Misha Frank (Faye Marsay), serta pengacara Paul Barlow (Mark Stanley).

Serial ini mengajak penonton untuk berpikir lebih dalam mengenai faktor-faktor sosial yang dapat mendorong remaja melakukan tindakan kriminal.

Live-Action Snow White Siap Hadir dengan Kisah yang Lebih Segar dan Berani

Film live-action Snow White siap memanjakan para penggemar Disney di layar lebar Indonesia dengan tampilan yang lebih modern dan memukau. Disutradarai oleh Marc Webb, film ini merupakan adaptasi dari animasi klasik Snow White and the Seven Dwarfs (1937) karya David Hand, yang menjadi salah satu film animasi pertama dalam sejarah perfilman. Tidak hanya menghadirkan kembali kisah legendarisnya, versi terbaru ini juga diperkaya dengan sentuhan musikal dari Benj Pasek dan Justin Paul, yang sebelumnya sukses menciptakan lagu-lagu dalam The Greatest Showman dan La La Land. Kehadiran musik baru ini akan memberikan pengalaman yang lebih emosional dan menyentuh bagi para penonton.

Film ini kembali mengangkat kisah Putri Salju, seorang putri yang memiliki kecantikan luar biasa hingga membuat Ratu Jahat iri dan berambisi menyingkirkannya. Tak ingin nasibnya berakhir tragis, Putri Salju melarikan diri ke dalam hutan, tempat ia bertemu dengan tujuh kurcaci yang baik hati. Para kurcaci ini tidak hanya memberinya perlindungan tetapi juga menjadi sahabat sejati dalam perjalanan hidupnya. Namun, ancaman dari Ratu Jahat terus menghantui, karena ia menggunakan segala cara untuk memastikan Putri Salju tidak akan kembali merebut tahtanya. Dengan sihir hitamnya, Ratu Jahat menyusun rencana licik untuk menyingkirkan sang putri selamanya.

Berbeda dari versi animasi klasiknya, film live-action Snow White menghadirkan Putri Salju dengan karakter yang lebih berani dan mandiri. Jika dalam versi asli ia lebih banyak bergantung pada orang lain, kali ini Putri Salju digambarkan sebagai sosok yang lebih kuat, memiliki tekad untuk menentukan nasibnya sendiri, dan berjuang untuk mendapatkan keadilan. Tema tentang kekuatan perempuan dan perjuangan melawan kejahatan menjadi pesan utama yang ingin disampaikan dalam film ini, menjadikannya lebih relevan bagi penonton masa kini.

Selain alur cerita yang lebih kaya, film ini juga menampilkan visual spektakuler dengan efek CGI yang memukau, membawa dunia dongeng Snow White ke dalam realitas yang lebih hidup. Detail kostum dan latar yang megah semakin memperkuat nuansa magis khas Disney. Dengan elemen musikal yang lebih dinamis, drama yang lebih mendalam, serta pengembangan karakter yang lebih kompleks, Snow White siap menghadirkan pengalaman sinematik yang lebih imersif.

Film Snow White dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 19 Maret 2025. Dengan kombinasi elemen klasik dan modern, film ini diharapkan bisa menghadirkan keajaiban baru yang akan dikenang oleh generasi masa kini. Apakah film ini akan membawa kisah Putri Salju ke tingkat yang lebih epik? Para penggemar Disney tentu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyaksikan petualangan magis ini di layar lebar.

Teror Ritual Kelam: “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” Siap Menghantui Bioskop

Screenplay Films bersama Rapi Films dan IFI Sinema resmi merilis trailer serta poster film horor terbaru berjudul “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” yang dijadwalkan tayang pada 30 April 2025. Film yang disutradarai oleh Tommy Dewo ini menyajikan horor penuh ketegangan yang dipadukan dengan aksi mendebarkan. Produser Wicky V. Olindo mengungkapkan bahwa film ini tidak hanya menghadirkan kengerian, tetapi juga membangun ketegangan yang memacu adrenalin.

Dalam trailer resminya, film ini memperlihatkan kisah pertempuran menegangkan antara Ningrum dan Pakunjara. Sosok Pakunjara menjadi ancaman bagi masyarakat dengan serangkaian pembunuhan misterius yang selalu menargetkan jantung pemuka agama. Sementara itu, Daru, seorang wartawan, berusaha mengungkap dalang di balik peristiwa mengerikan tersebut.

Kasus ini bermula ketika satu keluarga dibantai secara sadis saat sedang meruqyah anak mereka yang diduga kerasukan. Satu-satunya yang selamat adalah seorang ustaz yang melakukan ritual tersebut. Pelaku pembunuhan adalah Ningrum, gadis 19 tahun yang akhirnya ditahan di rumah sakit jiwa karena dianggap mengalami delusi. Saat diwawancarai, Ningrum mengaku sebagai penjagal iblis dan menyebut bahwa keluarga tersebut sebenarnya adalah iblis yang diperalat oleh Pakunjara untuk membangkitkan pemimpin sekte pemuja iblis.

Pertarungan sengit antara Ningrum, sang penjagal iblis, dengan Pakunjara yang memuja iblis pun tak terhindarkan. Di tengah konflik ini, Daru terjebak dan terpaksa ikut berjuang bersama Ningrum untuk menghentikan rencana jahat Pakunjara. Film ini dibintangi oleh Satine Zaneta, Marthino Lio, Niken Anjani, dan Kiki Narendra. Tommy Dewo, yang sebelumnya sukses dengan debut filmnya dan serial “Serigala Terakhir”, kembali menyuguhkan kisah yang mendalami mitos, kutukan, dan ritual gelap yang terinspirasi dari budaya Indonesia.

“Komang”: Kisah Cinta Raim Laode yang Menyentuh Hati Kini Hadir di Layar Lebar

Film “Komang” yang akan segera tayang di bioskop bukan sekadar kisah fiksi, tetapi terinspirasi dari perjalanan nyata Raim Laode dalam memperjuangkan cintanya kepada Komang Ade. Raim menggambarkan kisah mereka sebagai bukti bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan sesuatu yang patut dirayakan. Dalam konferensi pers di Jakarta, ia menegaskan bahwa cinta sejati dapat bertahan di tengah perbedaan agama, suku, dan budaya.

Raim mengungkapkan bahwa film ini mencerminkan perjalanan hidupnya yang penuh tantangan, tetapi tetap dipenuhi dengan takdir yang telah tertulis sejak lama. Komang Ade, sang istri, juga menuturkan bahwa menonton film ini terasa seperti melihat sejarah mereka sendiri dalam bentuk visual yang menyentuh hati. Ia berterima kasih kepada seluruh kru dan pihak yang terlibat dalam produksi film, yang telah menghidupkan kisah sederhana namun bermakna ini.

Film “Komang” menceritakan perjalanan cinta Ode, pemuda asli Buton yang bermimpi menjadi komedian dan musisi, dengan Komang, gadis keturunan Bali yang menetap di Baubau. Meski berasal dari latar belakang berbeda, keduanya saling jatuh hati. Namun, perjalanan cinta mereka tidak mudah karena dihadapkan pada berbagai rintangan, termasuk perjuangan Ode mengejar impiannya dan hadirnya orang ketiga yang memiliki keyakinan sama dengan Komang.

Disutradarai oleh Naya Anindita dan diproduksi oleh Starvision, film ini diangkat dari kisah nyata yang sebelumnya telah dituangkan Raim Laode dalam lagu “Komang”, yang dirilis pada 17 Agustus 2022 dan menjadi sangat populer. Dibintangi oleh Kiesha Alvaro, Aurora Ribero, Cut Mini, Arie Kriting, Mathias Muchus, hingga Pevita Pearce dan Afgansyah Reza, film ini akan tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Lebaran 2025.

Solo Leveling Diadaptasi Jadi Drakor! Akankah Sebagus Versi Animenya?

Anime Solo Leveling baru saja merilis musim keduanya dan langsung memukau para penggemar dengan animasi serta grafis yang luar biasa. Petualangan hunter Sung Jinwoo semakin dinantikan. Namun, ada kabar menarik terkait anime yang diadaptasi dari manhwa asal Korea Selatan ini. Ternyata, Solo Leveling juga akan diangkat menjadi drama Korea!

Pengumuman mengenai adaptasi drama Korea ini pertama kali disampaikan oleh CBR. Kakao Entertainment mengonfirmasi bahwa proyek ini saat ini masih dalam tahap pengembangan naskah serta proses pemilihan pemain.

Meskipun belum banyak detail yang diungkap, rumor tentang proyek ini sebenarnya sudah muncul sejak wawancara dengan Heaeun Kwak dan Wangho Lee, selaku Creative Director serta CEO dari D&C Webtoon Biz, pada tahun 2021.

Sementara itu, versi animenya diproduksi oleh A-1 Pictures dan telah memasuki musim kedua. Manhwa Solo Leveling pertama kali diterbitkan secara digital di KakaoPage pada 25 Juli 2016, kemudian diadaptasi menjadi webtoon pada tahun 2018 hingga 2021 di platform yang sama.

Popularitas manhwa ini tidak hanya terbatas di Korea Selatan, tetapi juga merambah ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan total pembaca mencapai 48 juta kali.

David Cronenberg Kembali Hadirkan Kengerian dalam The Shrouds

Sutradara legendaris David Cronenberg kembali menghidupkan genre sci-fi dan horor tubuh dengan karya terbarunya, The Shrouds. Film ini akan debut di New York dan Los Angeles pada 18 April sebelum tayang secara luas di seluruh Amerika Serikat pada 25 April. Trailer perdana The Shrouds telah dirilis, menampilkan Vincent Cassel sebagai Karsh, seorang pengusaha teknologi yang tengah berduka setelah kehilangan istrinya, yang diperankan oleh Diane Kruger. Dalam latar dunia futuristik yang dingin, Karsh menciptakan Shrouds, sebuah sistem pemakaman canggih yang memungkinkan orang menyaksikan tubuh orang tercinta mengalami proses pembusukan secara perlahan di dalam makam mereka. Di saat yang sama, ia menjalin hubungan dengan saudari mendiang istrinya, yang juga diperankan oleh Kruger.

Ketegangan mulai meningkat ketika pemakaman Shrouds mengalami perusakan brutal, termasuk makam sang istri, yang mengarah pada dugaan bahwa peristiwa ini bukan sekadar aksi vandalisme. Karsh mulai menyadari adanya kekuatan misterius yang mengincar teknologinya untuk tujuan yang lebih mengerikan. Trailer berakhir dengan adegan mengejutkan ketika Karsh sendiri terbungkus dalam Shrouds, mempertanyakan apakah inovasinya benar-benar ditujukan untuk yang hidup, yang mati, atau sesuatu yang jauh lebih gelap.

Selain Cassel dan Kruger, film ini turut dibintangi oleh Guy Pearce, Sandrine Holt, Elizabeth Saunders, dan Jennifer Dale. The Shrouds menjadi proyek yang sangat personal bagi Cronenberg, yang membuat film ini setelah kehilangan istrinya, Carolyn Zeifman. Karakter Karsh dalam film bahkan dirancang menyerupai sang sutradara, menegaskan keterlibatan emosionalnya dalam cerita. Ulasan awal menggambarkan film ini sebagai karya yang “gelap, penuh humor, dan menggugah pemikiran.” Apakah The Shrouds akan menjadi mahakarya baru dari Cronenberg? Jawabannya akan terungkap saat film ini menghantui layar lebar.

Ketegangan Cinta dan Rahasia di My Dearest Nemesis

Drama Korea My Dearest Nemesis terus menarik perhatian dengan kisah rumit antara Ban Ju Yeon (Choi Hyun Wook) dan Baek Su Jeong (Mun Ka Young). Cerita ini berawal dari hubungan mereka di masa sekolah, di mana Ju Yeon menggunakan nama Black Dragon dan Su Jeong memakai nama Stroberi dalam permainan online. Hubungan yang awalnya penuh kebahagiaan berubah menjadi luka mendalam, hingga akhirnya mereka kembali bertemu 16 tahun kemudian sebagai atasan dan bawahan di sebuah perusahaan ternama. Su Jeong kini adalah pemimpin tim yang berdedikasi di divisi perencanaan strategis Yongseong Department Store, sementara Ju Yeon adalah pewaris chaebol yang ternyata merupakan cinta pertamanya yang dulu begitu memalukan.

Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin berkembang. Ju Yeon dan Su Jeong mulai menjalin hubungan diam-diam setelah mengakui perasaan satu sama lain. Namun, sebuah kejutan besar terjadi ketika Su Jeong akhirnya mengetahui bahwa pria yang selama ini bersamanya adalah Black Dragon, sosok yang pernah mengisi masa lalunya dengan berbagai kenangan manis sekaligus pahit. Dalam cuplikan adegan terbaru, Su Jeong tampak berusaha mengendalikan emosinya dan menghindari tatapan Ju Yeon, sementara Ju Yeon justru menatapnya dengan penuh cinta, seolah menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan wanita itu pergi begitu saja.

Dengan semakin kompleksnya dinamika hubungan mereka, penonton dibuat penasaran akan kelanjutan kisah ini. Akankah Ban Ju Yeon dan Baek Su Jeong bisa melewati rintangan yang ada dan bersatu, ataukah rahasia masa lalu mereka akan menjadi penghalang yang tak terhindarkan?

Fadli Zon Perkuat Kiprah Film Indonesia di Kancah Global lewat Hong Kong FILMART 2025

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, memperkuat diplomasi budaya serta ekosistem perfilman Indonesia di kancah global melalui keikutsertaan dalam Hong Kong Asian Film Financing Forum (HAF) ke-23 dan Hong Kong International Film & TV Market (FILMART) yang akan berlangsung pada 18-21 Maret 2025.

Keterlibatan Indonesia dalam ajang perfilman terbesar di Asia ini menjadi strategi penting untuk memperluas jaringan kerja sama, menarik investasi, dan memperkuat distribusi film nasional ke pasar internasional.

“Film adalah produk budaya yang menjadi bagian dari objek pemajuan kebudayaan dan merepresentasikan identitas serta narasi bangsa,” ujar Fadli dalam pernyataan tertulis pada Selasa (18/3/2025).

Ia menambahkan bahwa film bukan sekadar hiburan, tetapi juga alat diplomasi budaya dan kekuatan ekonomi yang sejalan dengan amanat Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945, di mana negara bertanggung jawab memajukan kebudayaan nasional dalam peradaban dunia. Menurutnya, Indonesia tidak hanya berperan sebagai pasar industri film global, tetapi juga sebagai produsen yang aktif memasarkan karya-karya berkualitas, memperluas kolaborasi, dan memperkuat ekosistem perfilman nasional agar lebih kompetitif di tingkat Asia maupun global.

Dalam beberapa tahun terakhir, industri film Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan meningkatnya jumlah produksi, ekspansi pasar domestik, serta berbagai pencapaian di festival internasional. Sepanjang 2024, jumlah penonton film nasional mencapai rekor tertinggi, menembus angka 81 juta orang, bahkan melampaui jumlah penonton film impor. Hal ini menunjukkan bahwa industri film dalam negeri semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Meskipun memiliki potensi besar, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi industri film Indonesia, seperti keterbatasan akses pendanaan, distribusi global yang belum optimal, serta ekosistem yang belum sepenuhnya terintegrasi dengan pasar internasional.

Partisipasi Indonesia dalam Hong Kong FILMART 2025 menjadi langkah konkret dalam mengatasi tantangan tersebut dengan memperluas jaringan kerja sama dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat industri kreatif di kawasan Asia. Fadli menekankan bahwa Indonesia harus lebih proaktif dalam membangun kemitraan lintas negara.

“Melalui forum ini, kita berupaya menjalin aliansi strategis dengan pelaku industri film internasional, menarik lebih banyak investasi, serta memastikan distribusi film Indonesia semakin luas,” jelasnya.

Dalam ajang ini, Indonesia akan menghadirkan “Indonesia Pavilion” yang didukung oleh Telkom Metra. Paviliun tersebut akan menjadi wadah bagi 14 rumah produksi dan pemilik konten yang menawarkan lebih dari 100 proyek film serta konten siap jual kepada distributor, investor, dan platform streaming global seperti Netflix, Amazon Prime, serta Disney+. Fadli juga dijadwalkan membuka seminar bertajuk “Ready to Connect: Indonesia’s Diversity Fuels Creative Global Partnerships”.

Dalam sesi tersebut, ia akan menyoroti bagaimana keberagaman budaya Indonesia menjadi modal utama dalam pengembangan industri budaya populer, termasuk perfilman. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, pasar domestik menjadi kekuatan besar bagi ekspansi global, sementara keberagaman cerita dari berbagai daerah membuka peluang produksi konten yang dapat diterima secara luas di pasar internasional.

Selain itu, Fadli juga akan mengadakan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan di tingkat regional maupun global, seperti Asian Film Alliance Network (AFAN), Hong Kong Trade Development Council, FINAS Malaysia, serta Red Sea Souk atau Jeddah Film Market. Ia juga dijadwalkan bertemu dengan komunitas diaspora Indonesia di Hong Kong untuk memperkuat peran masyarakat dalam diplomasi budaya.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam membangun ekosistem industri kreatif yang lebih kuat dan kompetitif. Keikutsertaan Indonesia di Hong Kong FILMART 2025 menjadi momen penting dalam menggalang dukungan mitra global serta merealisasikan kebijakan yang dapat mempercepat perkembangan industri perfilman nasional.

“Jika strategi yang tepat diterapkan, Indonesia bisa menjadi pusat industri film di Asia, bahkan dunia,” tegas Fadli.

Dengan peluang investasi yang semakin luas dan dukungan penuh dari pemerintah, kehadiran Indonesia dalam FILMART 2025 diharapkan dapat membuka jalan bagi perkembangan industri film nasional yang lebih mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan di tingkat global.

Siulan yang Menghantui: ‘Singsot: Siulan Kematian’ Hadir dengan Teror Mencekam

Film horor Indonesia Singsot: Siulan Kematian yang dirilis pada 2025 mengangkat mitos Jawa yang melarang bersiul di malam hari, terutama saat maghrib. Kisahnya berfokus pada Ipung, seorang anak yang tinggal bersama kakek dan neneknya di sebuah desa terpencil di Jawa. Meskipun keluarganya sangat percaya pada mitos ini, Ipung yang penuh rasa penasaran nekat melanggar larangan tersebut. Akibatnya, ia mulai dihantui oleh berbagai teror mengerikan, termasuk mimpi buruk dan bisikan yang tak henti-hentinya mengikutinya.

Film ini merupakan adaptasi dari film pendek berjudul sama yang sukses meraih penghargaan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2016. Disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo, Singsot: Siulan Kematian menghadirkan para pemain berbakat seperti Ardhana Jovin yang memerankan Ipung, Landung Simatupang sebagai Kakek, dan Sri Isworowati sebagai Nenek. Dengan atmosfer horor yang mendalam, film ini menawarkan pengalaman menegangkan yang menggugah emosi penonton.

Cerita pun semakin mencekam ketika Ipung harus menghadapi pilihan hidup atau mati, berusaha menghindari kutukan yang menuntutnya berpindah raga dengan mereka yang telah melanggar pamali yang sama. Lokasi syuting yang mendukung suasana mistis semakin memperkuat atmosfer horor yang tercipta. Singsot: Siulan Kematian dirilis pada 13 Maret 2025 dan siap memberikan pengalaman berbeda bagi penggemar film horor, dengan elemen budaya Jawa yang kental dan cerita yang sarat makna.