Gowok Kamasutra Jawa: Menembus Batas di Festival IFFR 2025

Film “GOWOK KAMASUTRA JAWA” dengan judul internasional Gowok-Javanese Kamasutra telah mencetak prestasi gemilang dengan berhasil masuk ke dalam ajang Big Screen Competition di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Festival bergengsi yang berlangsung dari 30 Januari hingga 9 Februari 2025 ini dikenal sebagai salah satu perhelatan terbesar di dunia perfilman internasional, menonjolkan karya-karya yang mengutamakan eksplorasi estetika dan unsur hiburan.

Disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduseri oleh Raam Punjabi, film ini bersaing dengan 12 karya internasional lainnya. Keikutsertaannya dalam kompetisi ini merupakan pencapaian membanggakan bagi industri perfilman Indonesia, karena berhasil menyuguhkan cerita yang kaya akan budaya lokal dan mampu menarik perhatian penonton dari berbagai belahan dunia.

Produser Raam Punjabi menyatakan,

Dengan rasa bangga dan syukur, kami umumkan bahwa GOWOK KAMASUTRA JAWA telah berhasil terpilih untuk berkompetisi di Big Screen Competition IFFR 2025.Ini membuktikan bahwa cerita dengan akar budaya lokal yang kuat dapat diapresiasi di kancah internasional.”

Sementara itu, Hanung Bramantyo juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan berharga ini. Ia menuturkan bahwa meskipun temanya cukup kontroversial, film ini memiliki daya tarik universal sehingga layak tampil di tingkat dunia. “Awalnya saya sempat berpikir film ini hanya akan menjadi bagian dari seleksi resmi. Namun, ketika mengetahui bahwa film ini mendapatkan kesempatan untuk bersaing, saya merasa sangat terharu. Ini adalah berkah dan jawaban atas doa saya semasa haji, agar karya saya dapat dikenal di seluruh dunia,” ujarnya.

Berlatar antara tahun 1955 hingga 1965, film ini mengisahkan kehidupan seorang perempuan yang bekerja sebagai guru gowok—pengajar keterampilan seksual untuk calon pengantin pria. Meskipun profesi tersebut dianggap kontroversial, tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan cara menghargai dan mencintai pasangan di ranjang. Seiring berjalannya waktu, profesi ini dihentikan pasca peristiwa 1965 dan kini hanya tersisa sebagai bagian dari legenda.

Film ini juga dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris ternama Indonesia, seperti Raihaanun, Lola Amaria, Reza Rahadian, Slamet Rahardjo, dan Devano Danendra. Dengan perpaduan antara cerita yang mendalam dan penampilan akting yang memukau, GOWOK KAMASUTRA JAWA diharapkan dapat menyentuh hati penonton dari berbagai penjuru dunia.

Penayangan film ini di IFFR dijadwalkan pada tanggal 2, 3, 5, dan 6 Februari 2025. Partisipasinya di festival internasional tersebut tidak hanya menjadi simbol keberhasilan sineas Indonesia, tetapi juga membuka peluang lebih luas bagi karya-karya berbasis budaya lokal untuk dikenal di panggung perfilman global. Keikutsertaan ini semakin menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing dan meraih pengakuan di kancah dunia perfilman internasional.

Tantangan Syuting ‘PSYKOPAT’: Cornelio Sunny Ungkap Pengalaman Serunya

Psykopat: Film Horor Indonesia dengan Konsep Sinematografi Unik

Industri film horor Indonesia semakin berkembang dengan hadirnya karya terbaru yang menawarkan pengalaman berbeda bagi penonton. Psykopat, produksi dari Elior Tesla Pictures dan R1 Pictures, menghadirkan konsep horor yang lebih mendalam dengan pendekatan sinematografi yang tidak biasa.

Disutradarai oleh Renaldo Samsara dan Matthew Hart, film ini menantang para pemainnya dengan teknik pengambilan gambar inovatif. Salah satu elemen uniknya adalah penggunaan helm khusus yang menopang kamera, menciptakan pengalaman akting yang berbeda dari biasanya. Cornelio Sunny, salah satu pemeran utama, membagikan pengalamannya selama proses syuting yang penuh tantangan dengan perangkat ini.

“Helm ini cukup berat, sekitar 4,5 kilogram, tetapi pengalaman yang dihadirkan sangat menarik.”Pengalaman ini menghadirkan sudut pandang baru dalam industri perfilman Indonesia,” kata Cornelio Sunny saat diwawancarai di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, pada Kamis (30/1/2025).

Renaldo Samsara menambahkan bahwa tantangan utama dalam produksi Psykopat adalah bagaimana para aktor bisa tetap mendalami peran mereka meskipun harus mengenakan perangkat berat yang membatasi gerakan. Kamera diposisikan langsung di depan wajah aktor dengan berat total sekitar 4,5 kilogram. Para pemain tidak hanya harus fokus dalam berakting tetapi juga menyesuaikan diri dengan aspek teknis,” jelasnya.

Tak hanya unik dari segi teknis, Psykopat juga berusaha menciptakan atmosfer yang lebih intens dan mendalam. Dengan sudut pandang kamera yang dekat dan personal, film ini bertujuan membawa penonton langsung ke dalam ketegangan yang dialami oleh para karakter. Tim produksi berharap film ini tidak sekadar menjadi hiburan, tetapi juga mampu memberikan pengalaman sinematik yang membekas bagi penonton.

“Kami berharap Psykopat dapat menghadirkan pengalaman yang unik dan diterima dengan baik oleh para penggemar film horor.”Lebih dari sekadar tontonan yang menegangkan, kami ingin film ini memberikan kesan mendalam,” tambah Renaldo.

Film ini dibintangi oleh deretan aktor ternama, seperti Arifin Putra, Nino Fernandez, Nadine Alexandra, Irwansyah, Marthino Lio, dan Hannah Al Rashid. Psykopat mengisahkan tentang Rufus (diperankan oleh Arifin Putra), seorang mentalis terkenal yang mengundang empat peserta untuk tinggal di sebuah rumah mewah yang menyimpan masa lalu kelam—lokasi terjadinya kasus pembunuhan.

Dengan pendekatan horor yang segar dan penuh tantangan, Psykopat siap memberikan sensasi seram yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Film ini dijadwalkan untuk tayang di bioskop pada 6 Februari 2025.Jangan sampai ketinggalan!

Tissa Biani dan Nugie Nugroho Ciptakan Chemistry Memukau dalam Film ‘7 Hari untuk Keshia

7 Hari untuk Keshia: Film Penuh Emosi yang Siap Tayang di KlikFilm. Film 7 Hari untuk Keshia akan segera hadir di KlikFilm pada 24 Januari 2025. Disutradarai oleh Eman Pradipta, film ini menghadirkan deretan aktor berbakat, termasuk Nugie Nugroho, Tissa Biani, Kiki Narendra, Patty Sandya, Dewa Dayana, dan Royhan Hidayat. Uniknya, film ini menjadi momen pertama di mana Nugie Nugroho dan Tissa Biani berperan sebagai ayah dan anak.

Tissa Biani, yang memainkan karakter utama bernama Keshia, berbagi antusiasmenya saat berkolaborasi dengan Nugie Nugroho. “Ini pengalaman pertama saya bekerja sama dengan Papa Nugie di layar,” ungkap Tissa ketika ditemui di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, pada Selasa (14 Januari 2025). Nugie Nugroho juga menyampaikan pandangannya mengenai cerita film ini, yang mengangkat hubungan emosional antara ayah dan anak. “Kisahnya tentang seorang ayah yang dulu dikenal sebagai anak band berperilaku nakal, tetapi kemudian mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Saya merasa cerita ini sangat menyentuh karena ada beberapa kesamaan dengan pengalaman pribadi saya,” ujar Nugie. Ia menambahkan bahwa film ini memberikan pesan moral yang kuat dan relevan bagi banyak orang.

Mengusung berbagai elemen cerita, 7 Hari untuk Keshia menggabungkan kebahagiaan, humor, hingga drama yang menyentuh hati. Tissa menyebutkan bahwa proyek ini sangat istimewa baginya. “Film ini seperti campuran rasa dalam satu sajian. Penonton akan diajak tertawa, terharu, bahkan merenung,” jelasnya. Dalam cerita ini, Tissa memerankan seorang gadis muda berbakat di bidang musik yang memiliki impian besar untuk bermain band.

Alur utama film ini berpusat pada Sadewa, seorang ayah yang diberikan kesempatan tak terduga untuk kembali ke masa lalu selama tujuh hari sebelum kehilangan putrinya, Keshia. Dalam waktu singkat tersebut, Sadewa berusaha memperbaiki kesalahan masa lalunya, meminta maaf, dan menciptakan kenangan indah bersama Keshia. Namun, kesempatan ini membawa konsekuensi besar, karena Sadewa harus rela mengorbankan dirinya demi kebahagiaan sang putri.

Film ini menawarkan perjalanan emosional yang mendalam, mengangkat tema tentang penyesalan, cinta tanpa syarat, dan pengorbanan. 7 Hari untuk Keshia siap menyentuh hati para penonton dan akan tayang perdana di KlikFilm pada 24 Januari 2025. Jangan lewatkan film yang sarat makna ini!