Ryan Gosling Pimpin “Star Wars: Starfighter”, Proyek Baru yang Siap Menggebrak 2027

Lucasfilm resmi mengumumkan bahwa Ryan Gosling akan menjadi pemeran utama dalam film terbaru mereka bertajuk “Star Wars: Starfighter”. Film ini akan disutradarai oleh Shawn Levy dan dijadwalkan mulai produksi pada musim gugur, dengan penayangan perdana di bioskop ditetapkan pada 28 Mei 2027. Pengumuman besar ini disampaikan langsung oleh Presiden Lucasfilm, Kathleen Kennedy, dan Kepala Kreatif Dave Filoni dalam acara Star Wars Celebration di Tokyo. Proyek ini menjadi salah satu film “Star Wars” yang paling dinanti, terutama karena melibatkan Gosling yang dikenal jarang terlibat dalam waralaba besar.

Naskah film ini ditulis oleh Jonathan Tropper, yang sebelumnya juga menulis beberapa karya Levy seperti “The Adam Project” dan merupakan pencipta serial “Your Friends & Neighbors” di Apple TV+. Gosling dan Levy bahkan hadir dalam acara perayaan tersebut, menyapa para penggemar dan menunjukkan semangat mereka untuk proyek ini. Dengan mengenakan topi bertuliskan “Jangan pernah beri tahu saya peluangnya”, Gosling menyatakan bahwa atmosfer positif dan kecintaan para penggemar menjadi inspirasi tersendiri untuk film ini.

“Starfighter” akan menghadirkan karakter-karakter baru dan mengambil latar waktu lima tahun setelah peristiwa “The Rise of Skywalker.” Film ini menjadi bagian dari perluasan semesta “Star Wars” pasca era Skywalker, dan akan menyusul film layar lebar “The Mandalorian & Grogu” yang dirilis pada 2026. Belum ada informasi lebih lanjut mengenai pemain lainnya, namun film ini menjanjikan pengalaman baru yang penuh aksi dan emosi dalam jagat galaksi yang jauh, jauh sekali.

“Sah! Katanya”: Film yang Membuat Nadya Arina Renungkan Makna Keluarga

Aktris Nadya Arina mengungkapkan bahwa perannya sebagai Marni dalam film “Sah! Katanya” memberinya pelajaran berharga mengenai arti penting keluarga. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Rabu (16/4), Nadya menyampaikan bahwa pengalaman memerankan karakter tersebut membuatnya merenungkan kembali sikapnya terhadap orang-orang terdekat, seperti saudara dan orang tua. Ia menyadari bahwa hal-hal kecil yang dianggap sepele ternyata dapat memberikan dampak besar bagi anggota keluarga.

Tak hanya itu, Nadya juga merasakan kehangatan yang menyerupai keluarga baru selama proses syuting film tersebut. Ia menyebutkan bahwa bertemu dengan para pemain dan kru menciptakan ikatan emosional yang kuat, menjadikannya pengalaman yang sangat berkesan.

Film “Sah! Katanya” sendiri mengisahkan tentang Marni, anak bungsu dari empat bersaudara, yang harus menghadapi wasiat sang ayah untuk menikah dengan anak dari sahabat ayahnya. Perjalanan tersebut membawa Marni ke dalam konflik antara cinta dan tanggung jawab keluarga.

Disutradarai oleh Loeloe Hendra dan ditulis oleh Sidharta Tata bersama Dirmawan Hatta, film ini menjadi tantangan baru bagi mereka yang biasanya berkecimpung di genre festival dan laga. Loeloe mengatakan bahwa drama komedi ini dibuat dengan sentuhan segar agar bisa memberikan hiburan menyenangkan bagi penonton.

Film ini dibintangi oleh Dimas Anggara, Nadya Arina, Calvin Jeremy, dan sejumlah aktor lainnya, dan akan mulai tayang di bioskop Indonesia pada 24 April 2025.

Runtuhnya Kepercayaan: 6 Sosok Kuat yang Mungkin Membelot dari Pemerintah Dunia

Pemerintah Dunia dalam semesta One Piece selama ini menampilkan diri sebagai lembaga pelindung rakyat. Namun, di balik citra tersebut tersembunyi banyak kejahatan dan kebusukan yang perlahan mulai terungkap. Tidak sedikit karakter kuat dalam cerita yang telah menyadari sisi gelap dari institusi ini. Beberapa di antaranya bahkan diyakini akan segera membelot demi memperjuangkan keadilan yang sesungguhnya.

Monkey D. Garp, sang legenda Angkatan Laut, telah lama menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kaum Naga Langit. Meski belum terbuka menyatakan perlawanan, arah keberpihakannya mulai terlihat. Begitu pula dengan Sengoku, mantan Fleet Admiral, yang menyimpan pengetahuan akan semua rahasia kelam pemerintah. Situasi yang memanas, terutama di Pulau Egghead, dapat mendorongnya mengambil langkah yang lebih tegas.

Koby, anggota SWORD, juga menjadi sosok penuh potensi pengkhianatan. Dikhianati oleh institusinya sendiri saat ditangkap Blackbeard, membuatnya makin yakin akan perlunya perubahan. Fujitora, sang Admiral berhati mulia, telah secara terang-terangan menentang tindakan tidak manusiawi Pemerintah Dunia, bahkan mendukung gerakan pembebasan budak. Sementara Smoker, yang dikenal idealis, lambat laun memahami bahwa sistem yang ia bela menyembunyikan banyak kebohongan.

Kizaru pun tak luput dari konflik batin. Setelah dipaksa melawan sahabat dekatnya di Egghead, dan menyaksikan kekejaman Gorosei, kesetiaannya mulai tergoyah. Keenam karakter ini bisa menjadi awal dari akhir kekuasaan Pemerintah Dunia yang penuh kebusukan.

Chicco Jerikho Siap Tampil Memukau dalam Film “Perang Kota” dengan Peran yang Penuh Tantangan

Chicco Jerikho mengungkapkan bahwa dalam film terbarunya, “Perang Kota,” dirinya menghadapi tantangan ekstrem untuk mendalami peran sebagai guru Isa, seorang gerilyawan yang menentang kembalinya penjajah ke Tanah Air. Dalam wawancaranya saat berkunjung ke Antara Heritage Center di Jakarta Pusat, Chicco menjelaskan bahwa dirinya harus mengubah gaya tubuhnya agar sesuai dengan karakter yang sangat introvert dan tertutup. “Di peran ini, aku harus melatih gestur tubuh agar lebih tertahan, karena karakter yang aku perankan memang sangat minim ekspresi,” ujarnya.

Untuk menyesuaikan dengan karakter tersebut, Chicco mengatakan dirinya melakukan latihan khusus agar tidak banyak bergerak saat berbicara. Salah satu cara yang dia lakukan adalah dengan mengikat tubuhnya atau menjepit tangannya ketika duduk, agar gerakan tubuhnya lebih terbatas. “Ini adalah PR dari acting coach untuk membuat aku berbicara tanpa banyak gerak. Karena biasanya, aku suka berbicara dengan banyak gestur,” tambahnya.

Meski menghadapi proses yang cukup berat, Chicco menyebutkan bahwa tantangan ini justru membuatnya semakin menikmati perjalanan perannya. “Lumayan berat, tapi justru seru karena prosesnya,” tuturnya. Film “Perang Kota,” garapan sutradara Mouly Surya, mengangkat kisah tentang cinta, pengkhianatan, dan keyakinan di tengah situasi sulit pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1946. Film ini mengadaptasi novel karya Mochtar Lubis yang berjudul “Jalan Tak Ada Ujung,” dan akan tayang di bioskop Indonesia mulai 30 April 2025. Selain Chicco, film ini juga dibintangi oleh Ariel Tatum dan Jerome Kurnia.

6 Mahakarya Kyoto Animation yang Tak Boleh Dilewatkan Penggemar Anime

Kyoto Animation telah menjelma menjadi simbol kualitas tinggi dalam industri anime Jepang. Sejak didirikan pada tahun 1985, studio ini terus menghasilkan karya-karya luar biasa yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga kuat dari sisi cerita dan pengembangan karakter. Salah satu karyanya yang paling ikonik adalah Hyouka, yang menghadirkan perpaduan cerdas antara misteri ringan dan kehidupan sekolah. Kisah Hotaro Oreki dan teman-temannya dalam memecahkan teka-teki harian sukses menarik perhatian penggemar genre slice of life dan detektif remaja.

Kemudian ada K-On!, anime bertema musik yang mengisahkan perjalanan sekelompok siswi SMA dalam membentuk band musik ringan. Dengan momen-momen hangat dan penuh tawa, anime ini menjadi favorit banyak penggemar karena atmosfer positif dan karakter yang menggemaskan. Di sisi lain, Kyoukai no Kanata membawa nuansa gelap dengan sentuhan fantasi dan romansa yang emosional, mengisahkan perjuangan seorang gadis pemburu iblis bersama makhluk setengah youmu.

Tak kalah menarik, Miss Kobayashi’s Dragon Maid hadir dengan komedi ringan yang menghangatkan hati. Interaksi lucu antara karakter manusia dan naga menjadi daya tarik tersendiri. Sementara Nichijou menawarkan humor absurd yang disampaikan lewat animasi penuh energi, cocok bagi penonton yang mencari tawa tanpa henti. Terakhir, Love, Chunibyo & Other Delusions! menggambarkan fase remaja penuh khayalan dengan cara yang lucu namun menyentuh.

Setiap anime produksi Kyoto Animation memiliki ciri khas dan kualitas yang menjadikannya layak ditonton oleh siapa pun, baik penggemar lama maupun penonton baru.

Film Animasi “Jumbo” Capai Tiga Juta Penonton dalam Dua Pekan

Setelah sukses meraih dua juta penonton dalam 11 hari tayang, film animasi “Jumbo” kini telah disaksikan oleh tiga juta penonton Indonesia hanya dalam dua pekan sejak Lebaran 2025. Ryan Adriandhy, penulis sekaligus sutradara film tersebut, merasa sangat bangga atas sambutan hangat yang diberikan masyarakat Indonesia. “Perjalanan saya bersama para kreator selama lima tahun dan kini dicintai oleh banyak keluarga Indonesia. Ketika karya saya menginspirasi orang untuk menciptakan karya mereka sendiri sebagai respons terhadap karya saya, itulah kepuasan terbesar,” ungkap Ryan.

Pada akhir pekan lalu, “Jumbo” berhasil melipatgandakan jumlah penontonnya hingga mencapai angka tertinggi saat ini. Momentum kembali masuk sekolah turut memicu gelombang nonton bareng dari siswa, wali murid, dan guru, yang semakin memperbesar antusiasme terhadap film ini. Selain cerita yang menarik, film ini juga didukung oleh pengisi suara ternama Indonesia, seperti Prince Poetiray yang mengisi suara Don 10 tahun (Jumbo), Quinn Salman (Meri), M Adhiyat (Atta), dan banyak lagi.

Tak hanya itu, Prince Poetiray dan Quinn Salman berkolaborasi menyanyikan lagu tema film “Jumbo” yang berjudul “Selalu Ada di Nadimu”, dengan versi tambahan dari Bunga Citra Lestari. Anggia Kharisma, produser film ini, menyatakan bahwa film ini tidak hanya dibuat untuk menghibur, tetapi juga untuk menemani dan membantu membuka ruang diskusi bersama keluarga dan anak-anak dalam diri kita.

5 Drakor Healing yang Mengajarkan Tentang Kehidupan yang Santai dan Menerima Diri Apa Adanya

Dalam hidup yang penuh dengan tekanan dan hiruk pikuk, ada kalanya kita merasa perlu untuk berhenti sejenak dan memberi ruang bagi diri sendiri. Banyak orang sering kali menganggap merawat diri itu egois, padahal itu adalah hal yang penting untuk menjaga kesejahteraan mental dan fisik. Beberapa drama Korea (drakor) dengan tema healing berhasil menyentuh tema tentang kelelahan mental, stres, dan pentingnya beristirahat. Berikut adalah lima drakor yang mengajarkan kita untuk menerima diri apa adanya dan menjalani hidup dengan santai.

Love Scout menceritakan kisah Kang Ji Yun, seorang CEO sukses yang selalu memaksakan diri bekerja keras. Namun, setelah bertemu dengan asisten barunya, Yu Eun Ho, yang mengajarkan pentingnya merawat diri, Ji Yun mulai belajar bahwa menjadi kuat bukan berarti harus selalu keras pada diri sendiri. My Mister mengisahkan Lee Ji An yang penuh luka, tetapi melalui pertemuannya dengan Park Dong Hoon, ia belajar bahwa kadang kita hanya membutuhkan satu orang yang mendengarkan kita.

My Liberation Notes membawa kisah tiga bersaudara yang merasa terjebak dalam rutinitas tanpa makna, namun akhirnya menemukan kebebasan dan penerimaan diri berkat seorang pria misterius. Sementara itu, I’ll Go to You When the Weather is Nice menggambarkan Mok Hae Won yang kembali ke kampung halaman untuk menemukan ketenangan setelah burnout. Di sana, ia belajar bahwa hidup tak selalu harus mengikuti ekspektasi orang lain.

Terakhir, Hometown Cha-Cha-Cha menceritakan tentang Yoon Hye Jin yang menemukan kebahagiaan melalui kehidupan sederhana di desa, belajar bahwa kebahagiaan bisa datang dari hal-hal kecil dan hubungan tulus. Kelima drakor ini mengingatkan kita bahwa kadang berhenti sejenak, merawat diri, dan memperlambat langkah adalah cara terbaik untuk menyembuhkan diri.

Film Komang Raih 2 Juta Penonton, Sukses Besar di Box Office Indonesia

Film Komang, karya sineas Naya Anindita, berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan mencapai 2 juta penonton pada Senin, 14 April 2025. Kabar ini dikonfirmasi oleh produser Starvision Plus, Chand Parwez, yang merasa bangga atas pencapaian besar ini. “Ya, Bro, film Komang hari ini akhirnya mencapai 2 juta penonton,” ujar Chand dalam percakapan telepon. Menurutnya, angka ini akan segera diumumkan di media sosial.

Komang terinspirasi dari kisah cinta antara Raim Laode dan Komang Ade Widiandari, yang dibintangi oleh Kiesha Alvaro, Aurora Ribero, Arie Kriting, Cut Mini, dan Mathias Muchus. Cerita ini berfokus pada Komang (Aurora Ribero), seorang gadis yang tinggal bersama ibunya, Meme (Ayu Laksmi), dan kakaknya, Kadek (Rhesa Putri), di Baubau, Sulawesi Tenggara. Suatu hari, Komang diajak menonton pertunjukan stand-up comedy oleh Arya (Adzando Davema) dan bertemu dengan Ode (Kiesha Alvaro), seorang stand-up comedian yang menghiburnya.

Namun, perjalanan cinta mereka tidak mudah. Komang dan Ode menghadapi perbedaan keyakinan, cemburu, dan berbagai rintangan yang menghalangi hubungan mereka. Di sisi lain, Arya jatuh cinta pada Komang dan mendapatkan restu dari Meme. Komang sendiri sukses meraih 1 juta penonton hanya dalam sembilan hari penayangan, dengan 60 ribu penonton pada hari pertama. Raim Laode menyatakan bahwa angka tersebut baru permulaan, dan perjuangan panjang masih di depan mata.

The King of Kings (2025): Sebuah Kisah Mengharukan Tentang Harapan dan Pengorbanan

Setelah lama dinantikan oleh para penggemar film religi dan sejarah, The King of Kings (2025) akhirnya menyapa penonton di layar lebar. Disutradarai oleh seorang pembuat film visioner yang telah terkenal dengan karyanya di genre epik spiritual, film ini membawa kita kembali ke masa kehidupan Yesus Kristus dengan pendekatan sinematik yang penuh keindahan dan sentuhan emosional.

Film ini menggambarkan perjalanan hidup seorang anak yang berjalan di samping Yesus, menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya, dan memahami pengorbanan-Nya yang terbesar. The King of Kings mengundang kita untuk merasakan kembali kekuatan harapan, cinta, dan penebusan yang abadi melalui pandangan seorang anak.

Sejak detik pertama, film ini berhasil memukau penonton dengan visual yang megah. Setiap lanskap gurun, kota suci, hingga suasana di tengah rakyat jelata digambarkan dengan sinematografi elegan dan penuh perasaan. Tata artistik dan pencahayaan yang dramatis membuat kisah ini terasa hidup dan modern, namun tetap mempertahankan nilai-nilai spiritualnya.

Karakter Yesus diperankan dengan sangat mendalam oleh aktor muda berbakat yang mampu memadukan kelembutan, karisma, dan kekuatan batin seorang tokoh besar yang mengubah dunia. Karakter pendukung seperti Maria, Petrus, dan Pontius Pilatus juga tampil dengan lapisan emosional yang kuat, menjadikan setiap adegan terasa lebih personal dan menggugah hati.

Naskah film ini sangat reflektif, menyederhanakan narasi Injil tanpa kehilangan esensinya. Dialog antar karakter disusun dengan puitis, penuh makna, dan mengundang penonton untuk merenung tentang kasih, pengampunan, dan kekuatan iman dalam menghadapi kegelapan. Film ini bukan hanya mengisahkan kehidupan Yesus, tetapi juga menyuguhkan pesan besar yang disampaikan dengan cara yang sederhana namun mendalam.

The King of Kings (2025) bukan sekadar film religi, tetapi sebuah pengalaman spiritual yang kuat. Dengan kombinasi antara narasi, visual, dan musikalitas, film ini menciptakan perjalanan emosional yang tak akan terlupakan. Sangat cocok untuk ditonton bersama keluarga atau komunitas, film ini akan meninggalkan kesan mendalam di hati dan jiwa penontonnya.

Film Pengepungan di Bukit Duri, Mengangkat Kisah Kelam yang Menjadi Keresahan di Masa Depan

Sutradara dan penulis skenario Joko Anwar kembali dengan karya terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High), sebuah film yang terinspirasi dari keresahan sosial di Indonesia. Film ini mengangkat isu-isu seperti kekerasan, korupsi, dan kegagalan sistem pendidikan yang belum terselesaikan. Menurut Joko Anwar, skenario film ini sudah disusun sejak tahun 2007. Saat itu, ia berharap kondisi Indonesia akan membaik, namun kenyataannya, masalah-masalah tersebut terus berlanjut hingga saat ini. “Setelah 17 tahun, kita masih menghadapi kegelisahan yang sama,” ungkap Joko Anwar dalam konferensi pers pada 10 April 2025.

Film ini bercerita tentang Edwin, seorang pria keturunan Tionghoa yang masih dibayangi trauma akibat kerusuhan tahun 2009. Edwin, yang diperankan oleh Morgan Oey, menjadi guru di SMA Duri, sekolah yang dihuni siswa-siswa bermasalah. Keputusannya untuk menjadi guru terkait janji kepada kakaknya yang telah meninggal untuk mencari keponakannya yang hilang. Namun, Edwin malah terjebak dalam situasi berbahaya saat berhadapan dengan murid-murid yang kasar. Bersama beberapa rekannya, Edwin berjuang untuk bertahan hidup di dalam sekolah yang diserang oleh kelompok siswa brutal di bawah pimpinan Jefri, diperankan oleh Omara Esteghlal.

Joko Anwar melalui film ini ingin menggambarkan ketegangan sosial Indonesia pada 2027, yang dipicu oleh diskriminasi dan kebencian rasial. Ko-produser Tia Hasibuan menjelaskan bahwa film ini bukan hanya mengangkat kekacauan masa lalu, tetapi juga menggambarkan keresahan masa kini dan kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. Dengan latar waktu 2027, film ini menjadi peringatan mendalam akan pentingnya refleksi terhadap trauma masa lalu yang bisa berdampak buruk di masa depan.

Pengepungan di Bukit Duri dibintangi oleh aktor-aktor muda berbakat, termasuk Morgan Oey, Hana Pitrashata Malasan, dan Endy Arfian. Film ini juga merupakan kolaborasi pertama antara Come and See Pictures dan Amazon MGM Studios, yang diharapkan menjadi karya yang relevan dan menyentuh hati penonton.