Deretan Film Seru yang Wajib Ditonton Saat Libur Lebaran 2025

Menjelang libur Lebaran 2025, industri perfilman Indonesia kembali menghadirkan berbagai pilihan film yang siap menemani waktu santai bersama keluarga dan teman. Setelah berkumpul dengan keluarga, menonton film di bioskop menjadi salah satu aktivitas favorit untuk mengisi liburan. Tahun ini, sejumlah film menarik dari berbagai genre akan tayang, mulai dari horor, drama, hingga animasi yang cocok untuk semua usia.

Salah satu film yang patut dinantikan adalah Pabrik Gula, sebuah film horor produksi MD Pictures yang mengangkat kisah teror di sebuah pabrik tua. Film ini menceritakan para pekerja yang dihantui oleh kejadian-kejadian mistis hingga mengungkap rahasia kelam di baliknya. Kemudian ada Qodrat 2, sekuel dari film horor religi yang sukses di tahun 2022. Film ini melanjutkan kisah Ustad Qodrat dalam melawan kekuatan jahat yang mengancam istrinya, Azizah, yang kini menghadapi gangguan mistis di tempat kerjanya.

Bagi penikmat drama penuh emosi, Norma: Antara Menantu dan Mertua hadir sebagai kisah nyata yang sempat viral. Film ini mengisahkan perjuangan Norma yang harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya berselingkuh dengan ibu kandungnya sendiri. Di sisi lain, film Komang menyuguhkan drama romantis yang diadaptasi dari lagu hits Raim Laode. Film ini mengisahkan perjalanan cinta Ode dan Ade yang harus menghadapi perbedaan keyakinan serta tantangan jarak yang memisahkan mereka.

Untuk tontonan yang lebih ringan dan bisa dinikmati semua usia, animasi Jumbo menjadi pilihan yang tepat. Film ini bercerita tentang seorang anak bernama Don yang sering diejek karena tubuhnya yang gemuk. Namun, kehidupannya berubah setelah bertemu dengan arwah bernama Meri yang membawanya dalam sebuah petualangan seru.

Dengan beragam pilihan film berkualitas, libur Lebaran tahun ini semakin meriah dengan tontonan yang menarik di bioskop. Pastikan untuk tidak melewatkan pengalaman sinematik yang penuh emosi dan petualangan dalam momen spesial ini.

David Blaine: Menyingkap Keajaiban di Seluruh Dunia Lewat “Do Not Attempt”

David Blaine kembali menggemparkan dunia hiburan dengan membawa keahliannya ke layar kaca dalam serial terbarunya, Do Not Attempt. Selama bertahun-tahun, Blaine telah memukau penonton global dengan aksi ketahanan dan ilusi yang menantang batas kemampuan manusia, bahkan sebelum era media sosial membuat segalanya viral. Kali ini, dalam acara yang tayang di National Geographic serta tersedia di Disney+ dan Hulu, ia membawa penonton dalam perjalanan selama tiga tahun ke berbagai belahan dunia untuk bertemu dengan individu luar biasa yang memiliki keterampilan menakjubkan.

Berbeda dari pendekatan sebelumnya yang berfokus pada ketahanan dirinya sendiri, Blaine kini lebih menyoroti kemampuan luar biasa orang lain. Ia terpesona bukan hanya karena aksi mereka yang terlihat ekstrem dan berbahaya, tetapi juga karena keyakinan serta dedikasi yang mereka curahkan untuk mencapai hal-hal yang tampaknya mustahil. Baginya, ini bukan sekadar soal keahlian fisik, tetapi juga tentang semangat dan kepercayaan diri yang menggerakkan mereka.

Dalam serial ini, Blaine menjelajahi berbagai lokasi seperti Brasil, Asia Tenggara, India, Lingkar Arktik, Afrika Selatan, dan Jepang, menyelami budaya lokal dan tradisi unik yang melampaui batas manusia. Ia mengagumi bagaimana banyak dari mereka menciptakan cara baru dalam melakukan sesuatu, sama seperti seorang pesulap yang menghabiskan ribuan jam untuk menyempurnakan trik agar tampak mustahil di mata penonton. Bagi Blaine, keajaiban sejati terletak pada dedikasi dan kerja keras di balik sebuah aksi luar biasa.

Selain menghadirkan acara ini, Blaine juga memperluas jangkauan pertunjukannya dengan menetapkan residensi di Wynn Las Vegas. Hal ini memungkinkan para penggemarnya menikmati pengalaman sulap yang lebih intim dan imersif di pusat hiburan dunia.

Misteri Scribbly Gum: Warisan, Rahasia, dan Intrik Keluarga

Serial adaptasi dari novel Liane Moriarty ini menghadirkan nuansa misterius yang berpadu dengan sentuhan sastra yang lembut. Berlatar di Pulau Scribbly Gum yang fiktif, lokasi indah di dekat Sydney, hampir seluruh penghuninya berasal dari keluarga yang sama dan menyimpan rahasia kelam. Sebagai serial misteri-thriller, setiap rahasia yang terungkap tidak hanya mengejutkan tetapi juga sarat dengan intrik yang menarik.

Tokoh utama dalam kisah ini adalah Sophie (Teresa Palmer), seorang jurnalis berusia 30-an yang tiba-tiba mewarisi sebuah properti dari kerabat mantan pacarnya yang hampir tidak dikenalnya. Alasan di balik keputusan Connie (Angela Punch McGregor), sang pemilik sebelumnya, menjadi salah satu misteri utama yang terungkap perlahan sepanjang episode. Tidak hanya itu, serial ini juga mengangkat misteri lama tentang hilangnya pasangan muda bertahun-tahun lalu, sementara bayi mereka yang selamat kemudian dibesarkan oleh Connie dan Rose (Miranda Richardson). Bayi tersebut tumbuh menjadi Enigma (Helen Thomson), yang kini menggunakan kisah itu sebagai daya tarik wisata bagi pengunjung pulau.

Dalam perjalanan mengungkap kebenaran, Sophie berinteraksi dengan berbagai karakter unik, termasuk Veronika (Danielle Macdonald), yang awalnya bersikap dingin, serta keluarga besar yang terhubung dengan Enigma, seperti Margie (Susan Prior), Ron (Jeremy Lindsay Taylor), dan Grace (Claude Scott-Mitchell). Dengan jajaran pemain yang kuat, setiap karakter tampil begitu hidup, menciptakan dinamika yang kaya. Teresa Palmer memerankan Sophie dengan keanggunan yang penuh misteri, sementara Claude Scott-Mitchell menghadirkan emosi mendalam sebagai Grace, seorang ibu muda yang menghadapi luka batin.

Serial ini juga menampilkan beberapa elemen visual yang memikat, seperti adegan surreal di episode kedua di mana seorang karakter menyaksikan masa lalunya melalui jendela, menciptakan perpaduan waktu yang unik. Meskipun alur ceritanya tersusun dengan rapi, kejutan-kejutan besar tetap disajikan dengan detail yang tak terduga, menjadikannya salah satu tontonan terbaik dari Australia dalam beberapa tahun terakhir.

Ne Zha 2 Suguhkan Aksi Spektakuler dan Humor yang Mengocok Perut

Film animasi asal China, Ne Zha 2, sukses menghadirkan perpaduan aksi dan humor yang menghibur penonton saat penayangan perdananya di Cinepolis Lippo Mall Nusantara, Jakarta. Salah satu adegan yang paling mencuri perhatian adalah pertarungan Ne Zha melawan sekelompok pasukan yang dikemas dengan sentuhan humor khas. Sementara itu, bagian credit scene yang menyuguhkan kelucuan tambahan membuat suasana bioskop dipenuhi tawa.

Sebagai sekuel dari film pertamanya yang rilis pada 2019, Ne Zha 2 membawa kualitas animasi dan alur cerita yang lebih matang. Film ini berhasil memecahkan rekor sebagai film animasi terlaris dunia sepanjang sejarah dan mulai tayang di Indonesia pada 21 Maret melalui distribusi Warner Bros. Indonesia. Adel, salah satu penonton yang menyaksikan film ini, mengungkapkan bahwa kualitas Ne Zha 2 jauh melampaui pendahulunya dan layak masuk dalam daftar film terbaik. Bahkan, ia berencana untuk menontonnya kembali bersama teman-temannya karena begitu terkesan dengan jalan ceritanya.

Sementara itu, Ai Siti, penonton lain yang turut menikmati film ini, mengaku terharu dengan hubungan emosional antara Ne Zha dan kedua orang tuanya. Ia juga menyoroti aspek budaya China yang diselipkan dalam film, seperti makna sakral bunga teratai yang digunakan untuk membangun kembali tubuh fisik Ne Zha dan Ao Bing. Selain itu, visual film yang luar biasa disebutnya mampu menyaingi kualitas animasi Barat.

Menurut Kepala Pemasaran Warner Bros. Indonesia, Oscar Prajnaphalla, Ne Zha 2 merupakan film China pertama yang mereka hadirkan di Indonesia. Kesuksesan film ini di China juga menarik perhatian para pecinta film di Indonesia, terbukti dari antusiasme yang tinggi di berbagai platform media sosial.

Ballerina: Ana de Armas Siap Beraksi dalam Spin-off John Wick

Trailer terbaru film Ballerina menampilkan Ana de Armas sebagai Eve Macarro, seorang balerina asal Rusia yang bertransformasi menjadi pembunuh bayaran demi membalas dendam atas kematian keluarganya. Dalam film ini, ia tidak beraksi sendirian karena Keanu Reeves kembali memerankan John Wick. Ballerina mengambil latar waktu di antara John Wick: Chapter 3 – Parabellum dan John Wick: Chapter 4, memperkenalkan karakter yang sebelumnya dimainkan oleh Unity Phelan dan kini diperankan oleh de Armas.

Spin-off ini hadir setelah dua tahun sejak John Wick: Chapter 4 tayang, yang mencatat kesuksesan besar dengan pendapatan lebih dari 440 juta dolar AS atau sekitar Rp7 triliun. Secara keseluruhan, keempat film dalam waralaba John Wick telah meraih lebih dari 1 miliar dolar AS atau setara Rp16 triliun secara global. Film ini juga menandai langkah baru Ana de Armas di dunia film aksi setelah perannya dalam No Time to Die bersama Daniel Craig dan Ghosted bersama Chris Evans. Pada tahun 2023, ia juga meraih nominasi Oscar berkat perannya sebagai Marilyn Monroe dalam film Blonde.

Film Ballerina disutradarai oleh Len Wiseman yang dikenal lewat Underworld, serta ditulis oleh Shay Hatten, penulis di balik Army of the Dead. Produksi film ini turut melibatkan Basil Iwanyk, Erica Lee, dan Chad Stahelski, yang sebelumnya terlibat dalam seluruh film John Wick. Dengan alur cerita yang menjanjikan aksi intens dan mendebarkan, Ballerina dijadwalkan tayang di bioskop pada 6 Juni dan diharapkan menjadi bagian yang memperkaya semesta John Wick.

Adolescence: Drama Netflix yang Mengguncang dengan Kisah Tragis dan Teknik Sinematografi Unik

Serial terbaru Netflix, Adolescence, mendapat perhatian besar dari kritikus dan penonton berkat alur cerita yang kuat dan pendekatan sinematografi yang unik. Drama Inggris empat episode ini berhasil menjadi salah satu tontonan paling populer di dunia sejak dirilis pekan lalu. Setiap episodenya direkam dalam satu pengambilan gambar tanpa putus, memberikan pengalaman yang intens dan imersif bagi penonton.

Kisahnya berpusat pada pembunuhan seorang gadis remaja dan penangkapan seorang bocah 13 tahun bernama Jamie yang diperankan oleh Owen Cooper. Stephen Graham berperan sebagai ayah Jamie, sementara drama ini menyoroti dampak negatif media sosial serta pengaruh figur misoginis terhadap remaja laki-laki. Serial ini lahir dari keprihatinan Graham setelah membaca berita tentang anak-anak yang melakukan tindakan kekerasan serupa, mendorongnya untuk mengangkat isu ini ke dalam sebuah cerita yang menyentuh dan menggugah.

Kritikus memberikan pujian tinggi terhadap Adolescence. Tom Peck dari The Times menyebutnya “sangat sempurna”, sementara Lucy Mangan dari The Guardian menilainya sebagai pencapaian luar biasa dalam dunia televisi. Sutradara Paul Feig bahkan menyebut episode pertamanya sebagai “salah satu tontonan terbaik dalam sejarah televisi”. Kritik sosial yang tajam dan akting luar biasa dari para pemain, terutama Cooper yang tampil mengesankan di usia 15 tahun, semakin memperkuat kesan mendalam yang ditinggalkan oleh drama ini.

Drama ini tidak menawarkan solusi terhadap masalah yang diangkatnya, tetapi lebih kepada refleksi tentang meningkatnya misogini di kalangan anak muda. Beberapa kritikus menilai bahwa Adolescence menjadi karya yang relevan dan penting untuk membangkitkan diskusi mengenai pengaruh media sosial dalam kehidupan remaja. Dengan alur cerita yang menyentuh, teknik pengambilan gambar unik, serta penampilan para aktor yang luar biasa, serial ini disebut sebagai salah satu drama televisi terbaik tahun ini.

Can Yaman Kembali ke Layar Kaca Lewat Serial Epik “El Turco”

Aktor Turki, Can Yaman, akhirnya kembali ke dunia hiburan setelah tiga tahun vakum. Kali ini, ia hadir dalam serial besar berjudul El Turco, yang tayang perdana pada 21 Maret. Serial ini terdiri dari enam episode dan mengangkat kisah seorang tokoh legendaris dari sejarah Turki. Sebagai produksi berskala internasional, El Turco melibatkan aktor dari sembilan negara dan tersedia di berbagai platform streaming di negara seperti Rumania, Rusia, dan Brasil.

Dalam serial ini, Yaman memerankan Hasan Balaban, seorang prajurit Ottoman abad ke-17 yang terluka dan terdampar di desa Moena, Italia, selama kampanye Kekaisaran Ottoman untuk menaklukkan Wina pada tahun 1683. Keberadaannya di desa tersebut membuatnya dijuluki “El Turco” dan menjadikannya pahlawan lokal. Peran ini sangat spesial bagi Yaman karena menjadikannya aktor utama dalam serial Turki yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama.

Dalam wawancaranya dengan Variety, Yaman mengungkapkan ketertarikannya pada peran ini karena memiliki keterkaitan dengan sejarah pribadinya. Ia menjelaskan bahwa Moena kini merupakan destinasi ski terkenal, tetapi banyak penduduknya masih merasa memiliki ikatan dengan Turki. Setiap tahun, desa ini mengadakan pekan budaya Turki dengan pengibaran bendera Turki dan penghormatan terhadap sosok Hasan Balaban.

Dari trailer yang telah dirilis, El Turco menampilkan perpaduan antara sejarah, aksi, dan romansa. Salah satu hubungan yang menjadi sorotan dalam cerita adalah antara karakter yang diperankan oleh Yaman dan Greta Ferro. Serial ini mulai tersedia di berbagai negara pada 21 Maret, meskipun jadwal tayang untuk wilayah Amerika Serikat masih belum diumumkan.

Jonathan Majors Bangkit dari Keterpurukan Lewat “Magazine Dreams”

Jonathan Majors, aktor yang kariernya sempat hancur akibat kasus hukum yang menimpanya, kini mencoba bangkit melalui film “Magazine Dreams”. Setelah kehilangan perannya sebagai Kang the Conqueror di Marvel Cinematic Universe (MCU), Majors menemukan harapan baru saat Briarcliff Entertainment mengambil alih distribusi film yang sebelumnya dibatalkan oleh Searchlight Pictures. Film ini akhirnya dijadwalkan rilis pada Jumat.

Majors mengungkapkan bahwa “Magazine Dreams” adalah bentuk refleksi atas kompleksitas manusia, menggambarkan perjalanan emosional seorang binaragawan yang menghadapi berbagai tantangan hidup. Ia menyebut film ini sebagai “surat cinta kepada umat manusia” yang mengeksplorasi sisi baik dan buruk seseorang. Namun, adegan kekerasan dalam film ini menuai perdebatan karena dianggap mencerminkan kehidupan pribadinya yang penuh kontroversi.

Majors menegaskan bahwa ia telah melalui proses pembelajaran setelah persidangan yang mengguncang kariernya. Ia juga menyoroti pentingnya membangun hubungan sehat dan mengubah pandangan terhadap maskulinitas yang lebih manusiawi. Meski terus membantah tuduhan yang dialamatkan kepadanya, rekaman audio terbaru yang bertentangan dengan pernyataannya semakin memperumit situasi.

Aktor yang kini tampak lebih kurus dengan tato “Kelahiran Kembali” di lehernya itu mengakui peran besar tunangannya, Meagan Good, dan orang-orang terdekat dalam mendukungnya melewati masa sulit. Majors sebelumnya dikenal luas setelah memerankan Kang di “Ant-Man and the Wasp: Quantumania”, namun kariernya runtuh usai ditangkap karena dugaan kekerasan terhadap mantan pacarnya, Grace Jabbari. Akibatnya, Marvel mencoret namanya dari proyek mendatang, dan berbagai film yang melibatkannya juga batal diproduksi.

Disney Pixar Konfirmasi Sekuel “Coco”, Siap Tayang di 2029

Disney Pixar secara resmi mengumumkan bahwa sekuel dari film animasi sukses mereka, “Coco,” sedang dalam tahap pengembangan di Pixar Animation Studios. Kabar ini disampaikan langsung oleh CEO Disney, Bob Iger, dalam rapat tahunan pemegang saham perusahaan. Sekuel tersebut masih berada dalam tahap awal produksi dan dijadwalkan untuk tayang di bioskop pada tahun 2029.

Meskipun belum banyak detail yang diungkap, Iger memastikan bahwa film ini akan kembali menghadirkan kisah penuh emosi, humor, dan petualangan yang menjadi ciri khas Pixar. Tim kreatif dari film pertama akan kembali terlibat dalam proyek ini, termasuk sutradara Lee Unkrich dan Adrian Molina, serta produser Mark Nielsen yang sebelumnya menggarap “Toy Story 4” dan “Inside Out 2.”

Film “Coco” pertama kali dirilis pada tahun 2017 dan mengisahkan perjalanan Miguel, seorang anak berusia 12 tahun yang bercita-cita menjadi musisi meskipun keluarganya melarang musik dalam kehidupan mereka. Pada perayaan Dia de Los Muertos, Miguel secara ajaib memasuki Negeri Orang Mati untuk mengungkap rahasia leluhurnya dan mencari restu dari kakek buyutnya yang telah meninggal.

Kesuksesan “Coco” tak hanya terbukti dari popularitasnya, tetapi juga dari berbagai penghargaan yang diraihnya. Film ini memenangkan dua Academy Awards untuk kategori Film Animasi Terbaik dan Lagu Orisinal Terbaik melalui “Remember Me” yang diciptakan oleh Robert Lopez dan Kristen Anderson-Lopez. Selain itu, “Coco” juga menyabet penghargaan Golden Globe, BAFTA, dan Critics’ Choice untuk kategori film animasi terbaik.

Teror Ritual Kelam: “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” Siap Menghantui Bioskop

Screenplay Films bersama Rapi Films dan IFI Sinema resmi merilis trailer serta poster film horor terbaru berjudul “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” yang dijadwalkan tayang pada 30 April 2025. Film yang disutradarai oleh Tommy Dewo ini menyajikan horor penuh ketegangan yang dipadukan dengan aksi mendebarkan. Produser Wicky V. Olindo mengungkapkan bahwa film ini tidak hanya menghadirkan kengerian, tetapi juga membangun ketegangan yang memacu adrenalin.

Dalam trailer resminya, film ini memperlihatkan kisah pertempuran menegangkan antara Ningrum dan Pakunjara. Sosok Pakunjara menjadi ancaman bagi masyarakat dengan serangkaian pembunuhan misterius yang selalu menargetkan jantung pemuka agama. Sementara itu, Daru, seorang wartawan, berusaha mengungkap dalang di balik peristiwa mengerikan tersebut.

Kasus ini bermula ketika satu keluarga dibantai secara sadis saat sedang meruqyah anak mereka yang diduga kerasukan. Satu-satunya yang selamat adalah seorang ustaz yang melakukan ritual tersebut. Pelaku pembunuhan adalah Ningrum, gadis 19 tahun yang akhirnya ditahan di rumah sakit jiwa karena dianggap mengalami delusi. Saat diwawancarai, Ningrum mengaku sebagai penjagal iblis dan menyebut bahwa keluarga tersebut sebenarnya adalah iblis yang diperalat oleh Pakunjara untuk membangkitkan pemimpin sekte pemuja iblis.

Pertarungan sengit antara Ningrum, sang penjagal iblis, dengan Pakunjara yang memuja iblis pun tak terhindarkan. Di tengah konflik ini, Daru terjebak dan terpaksa ikut berjuang bersama Ningrum untuk menghentikan rencana jahat Pakunjara. Film ini dibintangi oleh Satine Zaneta, Marthino Lio, Niken Anjani, dan Kiki Narendra. Tommy Dewo, yang sebelumnya sukses dengan debut filmnya dan serial “Serigala Terakhir”, kembali menyuguhkan kisah yang mendalami mitos, kutukan, dan ritual gelap yang terinspirasi dari budaya Indonesia.