Film “1 Kakak 7 Ponakan” Sentuh Budaya Keluarga Indonesia, Menbud Fadli Zon Beri Apresiasi

Setelah menyaksikan film “1 Kakak 7 Ponakan” (SaKaTuPu), Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkapkan apresiasinya terhadap film yang diadaptasi dari sinetron populer era 90-an tersebut. Ia menilai bahwa film ini mencerminkan eratnya budaya kekeluargaan di Indonesia, yang berbeda dengan masyarakat Barat yang lebih individualis. Menurutnya, film ini menggambarkan dengan baik bagaimana keluarga di Indonesia selalu mengutamakan kebersamaan dan gotong royong.

Film berdurasi 131 menit ini menghadirkan banyak pesan moral tentang pentingnya peran keluarga dalam kehidupan. Fadli menyoroti bagaimana anak tertua dalam keluarga sering kali harus mengambil tanggung jawab besar untuk mengurus saudara-saudaranya. Kisah ini diperlihatkan melalui tokoh utama, Hendarmoko, seorang arsitek muda yang tengah mengejar impiannya. Namun, ketika ia mendapatkan peluang besar dalam kariernya, ia harus menghadapi kenyataan pahit setelah kehilangan kakak-kakaknya secara mendadak. Situasi ini memaksanya memilih antara mengejar ambisi atau merawat keponakan-keponakannya yang kini yatim piatu.

Fadli menonton film ini dalam sesi pemutaran privat yang diadakan oleh produser Manoj Samtani di Studio Premiere XXI, Lippo Mall Kemang, Jakarta, pada Jumat (28/3). Film ini sebelumnya juga telah diputar perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada 7 Desember 2024. Ia berharap film ini dapat ditonton oleh lebih banyak masyarakat karena menyajikan kisah yang menyentuh dan relevan dengan kehidupan banyak orang di Indonesia, khususnya mereka yang berada dalam posisi sebagai generasi “sandwich”.

Menjelang perayaan Hari Film Nasional pada 30 Maret, Fadli juga mengajak masyarakat untuk semakin mendukung industri perfilman Indonesia dengan lebih sering menonton film produksi dalam negeri. Ia menegaskan bahwa film adalah salah satu bentuk ekspresi budaya yang sangat kuat karena menggabungkan berbagai elemen seni, mulai dari akting, musik, hingga sejarah. Dengan meningkatnya jumlah penonton film Indonesia yang telah mencapai 72 juta orang hingga akhir November 2024, Fadli berharap industri film Tanah Air semakin berkembang, termasuk dengan lebih banyaknya produksi film biopik yang menyoroti kisah inspiratif tokoh-tokoh besar Indonesia.

Scooby-Doo Kembali! Netflix Hadirkan Serial Live-Action Pertama

Netflix resmi mengumumkan bahwa mereka akan menghadirkan serial live-action pertama dari waralaba animasi legendaris Scooby-Doo. Serial ini akan terdiri dari delapan episode dan diproduksi oleh Warner Bros. Television. Peter Friedlander, wakil presiden serial naskah di Netflix, mengungkapkan kegembiraannya atas proyek ini dan menegaskan bahwa Mystery Inc. siap kembali beraksi dalam format baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Serial ini akan menggabungkan nuansa nostalgia bagi para penggemar lama serta memberikan pengalaman baru bagi generasi saat ini. Menurut Friedlander, waralaba Scooby-Doo telah memberikan pengaruh besar pada budaya populer dengan tema universal tentang persahabatan yang dicintai oleh berbagai generasi. Proyek ini juga melibatkan Greg Berlanti dan timnya di Berlanti Productions serta Midnight Radio, yang berkomitmen menghadirkan petualangan seru bagi semua penonton.

Josh Appelbaum dan Scott Rosenberg dipercaya sebagai penulis naskah sekaligus showrunner, serta bertindak sebagai produser eksekutif bersama André Nemec dan Jeff Pinkner. Berlanti, Sarah Schechter, dan Leigh London Redman juga turut serta dalam produksi. Berlanti menyebut bahwa tim kreatif telah berhasil menangkap semangat luar biasa dari waralaba ini dan menyampaikan apresiasi kepada Netflix dan Warner Bros. atas kolaborasi mereka.

Serial ini akan mengangkat kembali petualangan Shaggy, Daphne, Velma, dan Fred yang berusaha mengungkap misteri di sebuah perkemahan musim panas. Mereka akan menemukan seekor anak anjing Great Dane yang tampaknya menjadi saksi dari sebuah kasus supranatural yang menyeramkan. Ini menjadi penggambaran ulang modern dari kisah klasik yang telah dikenal selama bertahun-tahun.

Sebelumnya, waralaba Scooby-Doo telah beberapa kali diadaptasi ke layar lebar, termasuk film tahun 2002 yang sukses besar dengan pendapatan lebih dari 250 juta dolar AS. Selain itu, berbagai serial animasi juga telah dirilis sejak akhir 1960-an dengan berbagai versi yang terus berkembang. Kini, dengan hadirnya serial live-action terbaru ini, Netflix berupaya menghadirkan kembali semangat Mystery Inc. ke dalam format baru yang lebih segar dan mendebarkan.

Lili Reinhart Raih Penghargaan Aktris Terbaik di Series Mania 2025

Lili Reinhart berhasil meraih penghargaan Aktris Terbaik di Series Mania 2025, festival serial televisi terbesar di Eropa, berkat perannya dalam “Hal & Harper.” Sementara itu, Spanyol mencetak kemenangan bersejarah dengan dua penghargaan utama, yakni Grand Prize untuk “Querer” karya Alauda Ruiz de Azua dan Seri Terbaik untuk “Celeste” garapan Diego San José. Keberhasilan ini semakin mengukuhkan posisi Spanyol dalam industri serial global.

Penghargaan bergengsi lainnya jatuh kepada Florence Longpré dengan serial “Empathy,” yang berhasil memenangkan Audience Award. Di sisi lain, naskah terbaik diberikan kepada Moshe Zonder dan Ronit Weiss Berkowitz untuk serial “The German,” sementara Luca Marinelli memenangkan kategori Aktor Terbaik atas perannya sebagai Benito Mussolini dalam “M: Son of the Century.” Keberhasilan festival ini ditandai dengan peningkatan jumlah penonton yang mencapai lebih dari 108.000 orang serta pertumbuhan signifikan dalam kehadiran delegasi industri hingga 5.000 peserta, menjadikan Series Mania sebagai pusat utama pasar dan kerja sama produksi serial di Eropa.

Serial pemenang lainnya, “Hal & Harper,” menampilkan kisah emosional dua saudara yang masih terjebak dalam trauma masa lalu. Reinhart memukau penonton dengan kemampuannya memerankan Harper baik di masa dewasa maupun saat masih berusia sembilan tahun. Sementara itu, “Querer” menghadirkan drama keluarga yang mengisahkan perjuangan seorang wanita yang berusaha keluar dari hubungan penuh kekerasan setelah 30 tahun mengalami pelecehan. “Empathy,” yang memadukan komedi dan drama, menampilkan kisah seorang psikolog yang berusaha bangkit dari kehilangan besar di tengah pekerjaannya di sebuah institut kejiwaan di Montreal.

Dari Lionsgate Television, “The German” membawa ketegangan dalam kisah seorang mantan penjaga Auschwitz yang kini menjadi pahlawan perang Israel, tetapi harus menghadapi masa lalunya dalam misi untuk menangkap penjahat perang Nazi, Josef Mengele. Sementara itu, Marinelli tampil luar biasa sebagai Mussolini, menangkap sisi konyol dan manipulatif sang diktator dalam penampilannya yang penuh energi.

Penghargaan juga diberikan kepada Carmen Machi sebagai Aktris Terbaik di kategori Panorama Internasional berkat perannya dalam “Celeste,” sebuah drama komedi tentang seorang inspektur pajak yang menghadapi kasus penipuan seorang penyanyi terkenal. Selain itu, “The Deal,” yang mengisahkan negosiasi nuklir antara AS dan Iran pada 2015, menerima pujian khusus dari juri.

Festival ini semakin menegaskan keberagaman dalam industri serial dengan mengapresiasi karya dari berbagai negara, termasuk Amerika, Israel, Aljazair, dan Iran. Laurence Herszberg, pendiri dan direktur Series Mania, menegaskan bahwa festival ini semakin menjadi wadah utama bagi serial-serial berkualitas di kancah internasional. Series Mania juga telah mengumumkan tanggal edisi berikutnya, yang akan berlangsung pada 20-27 Maret 2026, dengan Forum industri digelar pada 24-26 Maret.

Alan Cumming Kembali Sebagai Nightcrawler di “Avengers: Doomsday”, Marvel Siapkan Crossover Epik

Alan Cumming, yang dikenal lewat perannya sebagai Nightcrawler dalam film X2 (2003), dipastikan kembali memerankan karakter tersebut dalam film terbaru Marvel Studios, Avengers: Doomsday. Kabar ini muncul setelah keberhasilannya sebagai pembawa acara reality show The Traitors, yang bahkan membawanya meraih penghargaan Emmy. Kehadirannya kembali sebagai Nightcrawler pun semakin menambah daftar panjang karakter ikonik yang kembali ke layar lebar.

Dalam X2, Nightcrawler dikenal dengan kemampuan teleportasi yang membuatnya menonjol meskipun hanya tampil dalam durasi terbatas. Marvel Studios tampaknya ingin menghidupkan kembali nostalgia penggemar dengan mengembalikan banyak aktor dari era X-Men besutan 20th Century Fox. Selain Cumming, beberapa aktor lain seperti Patrick Stewart (Profesor-X), Ian McKellen (Magneto), Rebecca Romijn (Mystique), dan James Marsden (Cyclops) juga dikabarkan akan bergabung dalam proyek ini.

Tak hanya dari X-Men, Avengers: Doomsday juga akan menjadi ajang pertemuan berbagai karakter dari waralaba Marvel lainnya, termasuk tokoh dari Captain America: Brave New World, Black Panther: Wakanda Forever, Thunderbolts, Ant-Man & The Wasp, Thor, Shang-Chi, dan Fantastic Four. Beberapa pemeran baru yang dipastikan tampil antara lainPedro Pascal akan berperan sebagai Mr. Fantastic, sementara Vanessa Kirby memerankan The Invisible Woman. Ebon Moss-Bachrach dipercaya untuk membawakan karakter The Thing, dan Joseph Quinn akan tampil sebagai The Human Torch.

Selain itu, Channing Tatum yang akan memerankan Gambit dipastikan muncul setelah debutnya di Deadpool & Wolverine. Kejutan lain datang dari Robert Downey Jr., yang kembali sebagai Iron Man setelah terakhir tampil di Avengers: Endgame (2019). Film ini pertama kali diumumkan di San Diego Comic-Con 2024 dan dijadwalkan tayang pada 1 Mei 2026, sebelum dilanjutkan dengan Avengers: Secret Wars pada 7 Mei 2027, dengan Russo Brothers sebagai sutradaranya.

Snow White 2025: Ketika Eksperimen Modernisasi Berujung Kegagalan

Disney menghadapi pukulan besar dengan kegagalan komersial dari adaptasi live-action Snow White tahun 2025. Film ini menerima ulasan negatif dan tampil buruk di box office, memicu diskusi luas mengenai keputusan kreatif yang diambil. Salah satu aspek yang paling disorot adalah perubahan signifikan terhadap materi sumber yang ikonik. Pemilihan Rachel Zegler sebagai pemeran utama menimbulkan kontroversi, karena banyak yang merasa karakter Snow White seharusnya tetap sesuai dengan deskripsi klasiknya. Selain itu, pernyataan Zegler yang mengkritik film animasi tahun 1937 dianggap meremehkan warisan Disney, membuat sebagian besar penggemar merasa terasing.

Tak hanya aspek pemeran, perubahan naratif juga menjadi faktor yang memperburuk penerimaan film ini. Snow White tidak lagi menunggu pangeran, tetapi diceritakan sebagai seorang pemimpin pemberontakan. Nama Snow White yang sebelumnya merujuk pada kulitnya kini diubah menjadi simbol badai salju saat kelahirannya. Tak hanya itu, penghapusan karakter tujuh kurcaci yang digantikan dengan makhluk CGI beragam juga memicu kritik luas. Banyak yang menganggap pendekatan ini sebagai pemaksaan agenda modern tanpa mempertimbangkan daya tarik asli cerita.

Kegagalan Snow White bukanlah yang pertama bagi Disney dalam tren adaptasi live-action. Beberapa film seperti Mulan (2020) dan Pinocchio (2022) juga mengalami nasib serupa. Kritik terhadap CGI yang kurang meyakinkan, perubahan karakter yang tidak sesuai ekspektasi, serta hilangnya elemen nostalgia menjadi pola berulang yang merusak citra Disney. Kegagalan ini memperlihatkan bahwa inovasi tanpa mempertimbangkan esensi cerita dapat berujung pada penolakan dari penonton setia.

Deretan Serial Baru yang Siap Menghibur: Dari Dunia Balet hingga Petualangan Futuristik

Prime Video siap menyajikan serial terbaru berjudul Étoile, yang menggambarkan dunia balet kompetitif di New York dan Paris. Digarap oleh Amy Sherman-Palladino dan Daniel Palladino, pencipta The Marvelous Mrs. Maisel, serial ini mengisahkan dua perusahaan balet ternama yang melakukan pertukaran penari sebagai upaya terakhir menyelamatkan masa depan mereka. Beberapa aktor yang turut membintangi serial ini antara lain Luke Kirby, Gideon Glick, Charlotte Gainsbourg, Lou de Laâge, serta David Alvarez. Serial yang terdiri dari delapan episode ini akan tayang di Prime Video mulai 24 April.

Sementara itu, Bravo menghadirkan reality show terbaru bertajuk Bravo’s Love Hotel yang menampilkan bintang-bintang dari The Real Housewives, seperti Shannon Storms Beador, Gizelle Bryant, Ashley Darby, dan Luann de Lesseps. Mereka akan menjalani liburan di Los Cabos, Meksiko, dengan harapan menemukan cinta sejati. Reality show ini akan menampilkan bagaimana keempat wanita tersebut berinteraksi dengan para kandidat pasangan sebelum menentukan pilihan mereka. Diproduksi oleh Shed Media, acara ini akan tayang perdana pada 27 April pukul 9 malam ET/PT di Bravo.

Tak ketinggalan, Apple TV+ juga menghadirkan musim kedua dari WondLa, serial animasi berbasis novel The Search for WondLa karya Tony DiTerlizzi. Musim baru ini melanjutkan perjalanan Eva, seorang remaja 16 tahun yang masih mencari jawaban tentang asal-usulnya. Dengan tujuh episode berdurasi setengah jam, serial ini menghadirkan pengisi suara seperti Jeanine Mason, Brad Garrett, Gary Anthony Williams, Teri Hatcher, John Harlan Kim, dan Ana Villafañe. WondLa musim kedua akan tayang mulai 25 April di Apple TV+.

Deretan Film Seru yang Wajib Ditonton Saat Libur Lebaran 2025

Menjelang libur Lebaran 2025, industri perfilman Indonesia kembali menghadirkan berbagai pilihan film yang siap menemani waktu santai bersama keluarga dan teman. Setelah berkumpul dengan keluarga, menonton film di bioskop menjadi salah satu aktivitas favorit untuk mengisi liburan. Tahun ini, sejumlah film menarik dari berbagai genre akan tayang, mulai dari horor, drama, hingga animasi yang cocok untuk semua usia.

Salah satu film yang patut dinantikan adalah Pabrik Gula, sebuah film horor produksi MD Pictures yang mengangkat kisah teror di sebuah pabrik tua. Film ini menceritakan para pekerja yang dihantui oleh kejadian-kejadian mistis hingga mengungkap rahasia kelam di baliknya. Kemudian ada Qodrat 2, sekuel dari film horor religi yang sukses di tahun 2022. Film ini melanjutkan kisah Ustad Qodrat dalam melawan kekuatan jahat yang mengancam istrinya, Azizah, yang kini menghadapi gangguan mistis di tempat kerjanya.

Bagi penikmat drama penuh emosi, Norma: Antara Menantu dan Mertua hadir sebagai kisah nyata yang sempat viral. Film ini mengisahkan perjuangan Norma yang harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya berselingkuh dengan ibu kandungnya sendiri. Di sisi lain, film Komang menyuguhkan drama romantis yang diadaptasi dari lagu hits Raim Laode. Film ini mengisahkan perjalanan cinta Ode dan Ade yang harus menghadapi perbedaan keyakinan serta tantangan jarak yang memisahkan mereka.

Untuk tontonan yang lebih ringan dan bisa dinikmati semua usia, animasi Jumbo menjadi pilihan yang tepat. Film ini bercerita tentang seorang anak bernama Don yang sering diejek karena tubuhnya yang gemuk. Namun, kehidupannya berubah setelah bertemu dengan arwah bernama Meri yang membawanya dalam sebuah petualangan seru.

Dengan beragam pilihan film berkualitas, libur Lebaran tahun ini semakin meriah dengan tontonan yang menarik di bioskop. Pastikan untuk tidak melewatkan pengalaman sinematik yang penuh emosi dan petualangan dalam momen spesial ini.

Perjalanan Linda di The Change: Revolusi Kecil yang Menggelitik dan Menginspirasi

Serial The Change kembali dengan musim keduanya, melanjutkan kisah Linda yang masih bertahan di Hutan Dean setelah menolak kembali ke kehidupan lamanya. Dengan waktu yang baru terpakai 4.320 menit dari total 3,5 juta menitnya sebagai ibu rumah tangga, Linda tetap teguh pada pendiriannya. Sementara itu, suaminya, Steve, masih dengan wajah belepotan selai, berusaha membawanya pulang. Namun, serial ini bukan hanya tentang menopause, tetapi juga menggali tema yang lebih luas seperti feminisme, komunitas, aktivisme, dan absurditas kehidupan domestik.

Musim kedua ini membawa konflik baru ketika Linda, yang kini dijuluki “Mick Lynch dari pekerjaan rumah tangga,” menghadapi pengadilan rakyat di kafe lokal. Hakim Joy, setelah mendengar pembelaan emosionalnya tentang beratnya tugas rumah tangga, memutuskan hasil voting yang nyaris sama dengan referendum Brexit: 48% menentang, 52% mendukung. Linda tetap tinggal! Dengan semangat revolusioner, para perempuan di kota mulai mencatat pekerjaan domestik mereka, mencetak kaus bertuliskan “Je suis Linda,” dan menuntut perubahan. Sementara itu, kaum pria akhirnya menyerah dan mengikuti program edukasi kebersihan bersama Pig Man.

Kisah ini semakin unik dengan episode bertema alam dan budaya. Dalam “Mycelium,” Linda mendapat pertanyaan tajam dari para perempuan yang mulai memasukkan aktivitas seksual ke dalam daftar pekerjaan rumah. “Jika terasa seperti tugas, masukkan saja,” jawabnya bijak. Sedangkan di “Psilocybin,” eels yang selama ini menjadi bahan makanan utama mulai langka, memicu pencarian alternatif vegan yang justru membuat para pria mengalami pengalaman psikedelik. Konflik memuncak saat para perempuan melakukan mogok kerja, memicu kekacauan rumah tangga yang bahkan membuat suaminya menggunakan satu kain lap untuk segalanya—sebuah mimpi buruk domestik yang mengerikan!

Dengan humor yang absurd dan cerdas, The Change berhasil menyentil berbagai isu sosial tanpa kehilangan sisi komedinya. Bridget Christie menghadirkan komedi yang unik, menggabungkan feminisme dengan kejenakaan khas Inggris. Dari sindiran terhadap budaya domestik hingga impian utopis tentang keadilan gender, serial ini adalah gambaran jenaka dari revolusi kecil yang bisa terjadi di sekitar kita.

David Blaine: Menyingkap Keajaiban di Seluruh Dunia Lewat “Do Not Attempt”

David Blaine kembali menggemparkan dunia hiburan dengan membawa keahliannya ke layar kaca dalam serial terbarunya, Do Not Attempt. Selama bertahun-tahun, Blaine telah memukau penonton global dengan aksi ketahanan dan ilusi yang menantang batas kemampuan manusia, bahkan sebelum era media sosial membuat segalanya viral. Kali ini, dalam acara yang tayang di National Geographic serta tersedia di Disney+ dan Hulu, ia membawa penonton dalam perjalanan selama tiga tahun ke berbagai belahan dunia untuk bertemu dengan individu luar biasa yang memiliki keterampilan menakjubkan.

Berbeda dari pendekatan sebelumnya yang berfokus pada ketahanan dirinya sendiri, Blaine kini lebih menyoroti kemampuan luar biasa orang lain. Ia terpesona bukan hanya karena aksi mereka yang terlihat ekstrem dan berbahaya, tetapi juga karena keyakinan serta dedikasi yang mereka curahkan untuk mencapai hal-hal yang tampaknya mustahil. Baginya, ini bukan sekadar soal keahlian fisik, tetapi juga tentang semangat dan kepercayaan diri yang menggerakkan mereka.

Dalam serial ini, Blaine menjelajahi berbagai lokasi seperti Brasil, Asia Tenggara, India, Lingkar Arktik, Afrika Selatan, dan Jepang, menyelami budaya lokal dan tradisi unik yang melampaui batas manusia. Ia mengagumi bagaimana banyak dari mereka menciptakan cara baru dalam melakukan sesuatu, sama seperti seorang pesulap yang menghabiskan ribuan jam untuk menyempurnakan trik agar tampak mustahil di mata penonton. Bagi Blaine, keajaiban sejati terletak pada dedikasi dan kerja keras di balik sebuah aksi luar biasa.

Selain menghadirkan acara ini, Blaine juga memperluas jangkauan pertunjukannya dengan menetapkan residensi di Wynn Las Vegas. Hal ini memungkinkan para penggemarnya menikmati pengalaman sulap yang lebih intim dan imersif di pusat hiburan dunia.

Stephen Graham dan “Adolescence”: Deretan Film dan Serial yang Wajib Ditonton

Serial terbaru Stephen Graham, Adolescence, sukses mencuri perhatian penonton di seluruh dunia. Dengan tema yang kuat mengenai maskulinitas beracun, kekerasan terhadap perempuan, dan radikalisasi melalui internet, serial ini memicu diskusi luas. Digarap bersama Jack Thorne, yang sebelumnya berkolaborasi dengan Graham dalam beberapa proyek, Adolescence hanya memiliki empat episode, membuat banyak penonton segera mencari tontonan serupa setelah menyelesaikannya.

Bagi yang menginginkan tontonan dengan atmosfer dan kualitas yang sebanding, ada beberapa rekomendasi film dan serial yang dibintangi oleh Stephen Graham. Salah satunya adalah Boiling Point, sebuah film dan serial TV yang menggambarkan tekanan di dunia kuliner, di mana Graham memerankan seorang koki dengan ketegangan yang lebih intens dibandingkan The Bear. Selanjutnya, ada The Virtues, drama emosional yang mengikuti perjalanan seorang pria menghadapi masa lalunya yang kelam.

Graham juga tampil dalam Help, film yang berlatarkan pandemi COVID-19, serta This is England, yang menjadi batu loncatan dalam kariernya. Serial lain yang tak kalah menarik adalah The Walk-In, yang membahas infiltrasi ke dalam kelompok neo-Nazi, serta A Thousand Blows, drama berlatar era Victoria yang menampilkan Graham sebagai petarung jalanan.

Tak ketinggalan, ada Time, drama penjara yang menampilkan interaksi emosionalnya dengan Sean Bean, dan Snatch, film kriminal klasik karya Guy Ritchie. Graham juga tampil dalam film terbaru Blitz, yang menggambarkan London saat Perang Dunia II, serta Gangs of New York, di mana ia beradu akting dengan Leonardo DiCaprio dalam garapan Martin Scorsese. Dengan berbagai pilihan tontonan ini, penggemar Adolescence dapat terus menikmati akting memukau dari Stephen Graham dalam berbagai genre.