Musim Semi Perfilman: Dua Permata Sinematik yang Menggetarkan Jiwa

https://hqclix.net

Musim semi selalu menjadi waktu yang menarik bagi perfilman: saat gemerlap Oscar telah usai dan deretan blockbuster musim panas belum sepenuhnya hadir, film-film dengan kualitas tinggi mulai bermunculan. Tahun ini, periode ini memberikan lebih dari sekadar hiburan ringan—ada setidaknya dua film yang diprediksi akan terus dibicarakan hingga akhir tahun. Salah satunya adalah The Shrouds karya David Cronenberg. Meski sebagai thriller ia terasa kurang solid secara plot, film ini menyimpan kedalaman emosional yang kuat. Vincent Cassel memerankan Karsh, seorang pria yang masih larut dalam duka atas kematian istrinya, diperankan Diane Kruger dalam berbagai mimpi. Karsh menciptakan kain kafan istimewa yang memungkinkan orang hidup menyaksikan pembusukan jenazah secara langsung, menciptakan kedekatan fisik yang aneh namun mengharukan. Ia bahkan membuka kompleks pemakaman lengkap dengan restoran mewah, menambah lapisan ironi khas Cronenberg. Ketika kompleks itu dirusak, Karsh dan keluarganya berusaha mengungkap dalangnya, sembari ia sendiri perlahan mencoba kembali ke kehidupan.

Film kedua yang mencuri perhatian adalah Warfare, hasil kolaborasi antara sutradara Ex Machina, Alex Garland, dan veteran Perang Irak, Ray Mendoza. Film ini merekonstruksi kejadian nyata di Ramadi pada 2006, ketika sekelompok Navy SEAL menghadapi serangan mendadak dari al-Qaeda. Cosmo Jarvis memerankan Elliott Miller, salah satu prajurit yang mengalami luka berat. Cerita dituturkan dalam waktu nyata, menawarkan pengalaman mendebarkan dan emosional. Mendoza menciptakan film ini sebagai “potret hidup” bagi Miller, yang tak bisa mengingat kejadian tersebut. Warfare berhasil menjadi karya yang brutal namun indah secara visual, mempersembahkan penghormatan yang kuat bagi mereka yang pernah berperang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *